Liputan6.com, Jakarta Pelestarian budaya tidak melulu harus belajar tarian atau membuat benda-benda yang berbau budaya, karena kebudayaan sangat bisa diwariskan melalui media audio visual yang menarik, sehingga dapat dinikmati oleh generasi-generasi berikutnya. Hal inilah yang menginspirasi Muhammad Iqbal Umar beserta sang istri Vira Choliq untuk menginisiasi Procie Omah Rekam yang bermarkas di Yogyakarta.
“Kegelisahan pertama sebelum membuat Procie Omah Rekam ini adalah karena biaya membuat karya audiovisual yang mahal. Akhirnya kita mengajak rekan-rekan yang tidak punya dana, kita buat beasiswa karya buat teman-teman yang memiliki perencanaan bagus dan akhirnya berkembang hingga saat ini,” ungkap Iqbal saat diwawancara di Procie Omah Rekam, Selasa, (13/3/2017).
Baca Juga
Keyakinan sang pendiri ternyata juga disimpan dalam nama usaha yang sudah dirintis sejak tahun 2012 ini. Nama Procie sendiri terinspirasi dari kejadian rusaknya computer Iqbal akibat prosesor yang tidak berfungsi lagi. Akhirnya Iqbal sadar bahwa benda sekecil prosesor saja mampu menjalankan sebuah komputer yang besar, sama dengan sebuah hal kecil bila diniatkan dengan baik akan mampu menggerakkan hal besar lainnya.
Advertisement
Dengan misinya, ia bersama sang istri mulai menciptakan berbagai konten kreatif yang menggunakan unsur budaya tradisional. Proyek pertama yang berhasil membuat nama mereka mulai terkenal adalah “Gamelan” yang berkolaborasi dengan Jamaah Cinema Mahasiswa pada Oktober 2015. Film ini berhasil menampilkan berbagai unsur budaya nusantara di dalamnya mulai dari visual hingga musik yang ditata langsung oleh Iqbal.
“Berangkat dari keresahan pembuatnya yang melihat sudah banyak sekali kajian tentang gamelan di negara maju Eropa dan Amerika, bahkan Fast Furious 5 menjadikan gamelan sebagai instrumen soundtracknya. Jangan sampai ketika kita ingin belajar nabuh gamelan harus keluar negeri,” ungkap Iqbal.
Procie Omah Rekam
Tidak berhenti, Procie Omah Rekam terus mengembangkan dirinya sebagai salah satu rumah produksi yang dilengkapi dengan fasilitas pengambilan gambar dan olah suara. Berkat keuletan pasangan ini, channel youtube mereka berhasil tembus 4.500 subscriber hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Mereka juga menebarkan virus kedamaian dengan berbagai konten, mulai dari lagu, hingga visual yang menarik bagi pemirsa.
Tetap saja menghasilkan karya terbaik tidak lepas dari berbagai hambatan yang mereka rasakan, mulai kesulitan peralatan hingga tim yang bisa dipercaya. Selain itu masalah manajemen keuangan juga menjadi salah satu hambatan, sehingga mereka harus berbenah supaya Procie Omah Rekam dapat berjalan.
Melalui program "Youth Economy Empowerment in Indonesia's Heritage Sites through Capacity Building and Sustainable Tourism” yang diselenggarakan UNESCO dan Citi Foundation selama tahun 2017 - 2018, mereka akhirnya mendapatkan jalan keluar.
“Pelatihan ini memberikan kita ilmu mengenai penataan keuangan, Karena biasanya kita ngitung tanpa catatan. Tapi sekarang kita kenal namanya kanvas modal, sehingga secara akutansi sudah bisa menghitung keuangannya. Pelatihan ini juga menambah teman dan pengalaman,” ungkap Vira.
Advertisement
Youth Creative Competition 2018
Akhirnya perjuangan mereka menata bisnis kini mulai membuahkan hasil. Procie Omah Rekam dinobatkan sebagai salah satu pemenang dari Youth Creative Competition 2018 yang diselenggarakan oleh UNESCO dan Citi Foundation. Pencapaian ini juga terasa istimewa, karena tim Procie Omah Rekam merupakan satu-satunya tim pemenang dari kategori Film dan Musik yang berhasil menjadi juara.
“Kita mulai usaha dari hal yang kita sukai. Jika kita menghidupi seni semoga seni akan menghidupi kita. Jadi dalam berusaha kita tidak memikirkan untung ruginya saja, kita juga lebih berfikir bagaimana kita berusaha yang bisa bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Iqbal.
Setelah penghargaan ini diterima, mereka juga makin bersemangat untuk membuat musik tradisi dikenal lebih luas oleh masyarakat. Tidak hanya dari ciri khas musiknya saja, tapi juga dari visual yang menarik minat generasi saat ini, hingga berkualitas internasional. Sehingga nantinya musik dari berbagai daerah di Indonesia tampil sebagai tuannya di negeri sendiri, tidak kalah dari musik dan film dari India, dan Korea.