Anggota Parlemen Prancis Tuntut AS Kembalikan Patung Liberty, Alasannya?

Prancis, Liberty, dan Trump mendadak jadi perbincangan panas. Simak kisahnya berikut ini.

oleh Tanti YulianingsihKhairisa Ferida Diperbarui 19 Mar 2025, 09:57 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2025, 00:55 WIB
Patung Liberty terlihat dari Staten Island Ferry, Senin, 9 September 2024, di New York, Amerika Serikat.
Patung Liberty terlihat dari Staten Island Ferry, Senin, 9 September 2024, di New York, Amerika Serikat. (Dok. AP Photo/Pamela Smith)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Seorang anggota Parlemen Eropa bikin geger setelah menuntut Amerika Serikat (AS) mengembalikan Patung Liberty ke Prancis. Menurutnya, AS sudah tidak lagi mewakili nilai-nilai yang mendorong Prancis untuk memberikan patung tersebut.

"Kembalikan Patung Liberty kepada kami," kata politikus Prancis berhaluan kiri-tengah Raphael Glucksmann (45) dalam konvensi gerakan politik progresif, Place Publique atau Public Place, yang dia pimpin pada Minggu (16/3/2025), seperti dikutip dari France24.

"Kepada warga AS yang memilih berpihak kepada para tiran, kepada warga AS yang memecat peneliti karena menuntut kebebasan ilmiah, kami sampaikan, 'Kembalikan Patung Liberty kepada kami'."

Dia menambahkan, "Kami memberikannya kepada kalian sebagai hadiah, tapi ternyata kalian meremehkannya. Jadi, lebih baik patung itu kembali ke tempat asalnya."

Glucksmann adalah seorang pembela setia Ukraina, yang telah mengkritik keras perubahan kebijakan AS di bawah Donald Trump terhadap perang dengan Rusia. Dia turut menyoroti pemangkasan anggaran oleh Trump terhadap lembaga-lembaga penelitian AS, yang telah mendorong pemerintah Prancis mengambil inisiatif menarik beberapa peneliti untuk bekerja di Prancis.

"Hal kedua yang akan kami katakan kepada warga AS adalah 'Jika kalian ingin memecat peneliti terbaik kalian, jika kalian ingin memecat semua orang yang, melalui kebebasan dan rasa inovasi mereka, selera mereka akan keraguan dan penelitian, telah membuat negara kalian menjadi kekuatan terdepan di dunia maka kami akan menyambut mereka'," ujarnya.

Sejak Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari, pemerintahannya telah memotong pendanaan penelitian dan berusaha memberhentikan ratusan pekerja federal yang menangani penelitian kesehatan dan iklim.

Pada saat bersamaan, Glucksmann mengkritik pula para pemimpin sayap kanan-jauh di Prancis, menuduh mereka sebagai "klub penggemar" Trump dan miliarder Elon Musk, yang memimpin upaya Trump untuk memangkas pengeluaran federal.

Promosi 1

Bisakah Prancis meminta Kembali Patung Liberty?

Raphael Glucksmann
Politikus Prancis berhaluan kiri-tengah Raphael Glucksmann (45) yang meminta Amerika Serikat mengembalikan Patung Liberty. (Dok. AP/Pascal Bastien)... Selengkapnya

Paris sendiri memiliki replika Patung Liberty yang lebih kecil, letaknya di bagian barat Ile aux Cygnes, pulau buatan kecil di Sungai Seine.

Tapi, bisakah Prancis meminta kembali Patung Liberty? Mengutip AP, jawabannya adalah mustahil.

UNESCO, badan budaya PBB yang memasukkan patung ini dalam daftar Situs Warisan Dunia, menegaskan bahwa monumen ikonik ini adalah milik pemerintah AS.

Apakah pernyataan Glucksmann mendapat dukungan dari pemerintah Prancis pimpinan Presiden Emmanuel Macron?

Hubungan Prancis-AS harus benar-benar merosot tajam sebelum Glucksmann mendapatkan dukungan dari pemerintahan Macron.

Saat ini, Macron digambarkan sedang berjalan di garis yang sangat tipis. Di satu sisi, dia berusaha bekerja sama dengan Trump dan meredam beberapa perubahan kebijakannya. Di sisi lain, dia menentang keras beberapa keputusan Gedung Putih, terutama soal tarif.

Tapi, Macron membiarkan perdana menterinya, Francois Bayrou, menjadi suara yang lebih kritis. Bayrou mengkritik keras "kebrutalan" yang dialami Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy selama kunjungannya ke Gedung Putih. Dia juga menyatakan bahwa keputusan pemerintahan Trump untuk menghentikan bantuan militer ke Ukraina berisiko memberikan keuntungan kepada Rusia.

Public Place pimpinan Glucksmann bahkan lebih keras lagi dalam kritiknya. Di situs web-nya, mereka menuduh Trump menggunakan kekuasaan secara "otoriter" dan "bersiap menyerahkan Ukraina dengan mudah" kepada Rusia.

Respons Gedung Putih

Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt pada Senin (17/3) merespons pernyataan Glucksmann dengan menyatakan bahwa AS sama sekali tidak akan melepaskan patung ikonik tersebut.

"Nasihat saya kepada politikus tingkat rendah Prancis ... ingat bahwa berkat AS warga Prancis tidak berbicara dalam bahasa Jerman," kata Leavitt, merujuk pada perjuangan AS bersama sekutu untuk membebaskan Prancis dari pendudukan Nazi di Perang Dunia II, serta keterlibatan AS di pihak Prancis selama Perang Dunia I. "Mereka seharusnya sangat bersyukur."

Namun, utang budi sepatutnya dilihat dari dua sisi. Leavitt melewatkan peran krusial Prancis dalam mendukung AS selama perang kemerdekaannya melawan Inggris.

 

Perempuan di Balik Patung Liberty

Patung Liberty dan Fenomena Keindahan Supermoon Terakhir di Tahun 2020
Bulan purnama terlihat di belakang Patung Liberty, New York City, Amerika Serikat, Kamis (7/5/2020). Fenomena supermoon atau di belahan Bumi lain disebut flower moon ini merupakan yang terakhir di tahun 2020. (Dok. Johannes EISELE/AFP)... Selengkapnya

Patung Liberty adalah salah satu patung paling ikonik di dunia dan sering dianggap sebagai simbol kebebasan Negeri Paman Sam. Patung kolosal ini dirancang dan dipahat oleh pemahat Prancis Frederic Auguste Bartholdi.

Secara resmi dinamai "Liberty Enlightening the World", patung ini menggambarkan Liberty yang dimahkotai, dipersonifikasikan sebagai seorang perempuan, mengangkat obor dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang sebuah tablet yang bertuliskan "JULY IV, MDCCLXXVI", tanggal di mana Deklarasi Kemerdekaan AS diadopsi dalam angka Romawi.

Dalam puisi "The New Colossus", penyair Emma Lazarus menyebutnya sebagai "Ibu Para Pengasingan". Tapi, apa yang diketahui tentang perempuan dalam kehidupan nyata yang menjadi inspirasi bagi sang Lady Liberty?

Menjawab pertanyaan di atas memerlukan penelusuran kembali ke tulisan dan sketsa Bartholdi—bukan tentang Patung Liberty, melainkan tentang patung sebelumnya yang memiliki kemiripan mencolok. Bartholdi mulai mencoba-coba membuat patung kolosal pada akhir tahun 1850-an, hampir 30 tahun sebelum Patung Liberty selesai dibangun.

Dia menggambarkan ketertarikannya pada patung kolosal sebagai sesuatu yang terinspirasi oleh monumen-monumen klasik, seperti Colossus of Rhodes. Namun, gaya yang dia pelajari "dengan perhatian paling besar" adalah gaya bangsa Mesir kuno.

Bartholdi melakukan perjalanan ke Mesir sekitar tahun 1856 dan terpesona oleh Colossi of Memnon, dua patung Firaun Amenhotep III. Dengan tinggi 21 meter, patung-patung itu menjulang di atas reruntuhan Thebes kuno selama lebih dari 3.200 tahun.

Seperti dikutip dari Britannica, Bartholdi menuliskan, "Makhluk-makhluk granit ini, dalam keagungan mereka yang tak tergoyahkan, seolah-olah masih mendengarkan zaman kuno yang paling jauh. Pandangan mereka yang ramah namun tak tertembus seakan mengabaikan masa kini dan tertuju pada masa depan yang tak terbatas.... Desainnya sendiri, dengan caranya sendiri, mengungkapkan keabadian."

Perjalanan Bartholdi ke Mesir memiliki dampak yang sangat transformatif dan berpengaruh besar dalam hidupnya. Pada tahun 1868, dia kembali ke Mesir untuk sekali lagi mengagumi keagungan Colossi. Kemudian, pada tahun 1869, Bartholdi mengajukan proposal patung kolosal kepada penguasa Mesir Ismail Pasha. Dia berharap desain patungnya akan digunakan sebagai monumen untuk memperingati penyelesaian Terusan Suez, yang baru saja dibuka pada tahun itu.

Terusan Suez, sebagai jalur terpendek antara Laut Mediterania dan Laut Merah, berfungsi sebagai jembatan laut yang menghubungkan Eropa dan Asia. Jika proposalnya terpilih, Bartholdi berharap patungnya akan menjadi simbol kemajuan budaya dan pemahaman antar bangsa.

Desain Bartholdi untuk sang penguasa Mesir terinspirasi oleh seorang petani perempuan Mesir. Sayangnya, sangat sedikit yang diketahui tentang sosok perempuan yang dimaksud selain status sosial ekonominya. Bartholdi tidak meninggalkan catatan yang menunjukkan ketertarikannya pada kisah pribadi perempuan tersebut.

Meskipun demikian, memilih seorang perempuan disebut bukanlah suatu kebetulan. Bartholdi menyadari tradisi artistik Eropa yang telah berlangsung selama berabad-abad, yaitu mempersonifikasi nilai-nilai, gagasan, bahkan negara dalam bentuk perempuan. Personifikasi ini sering dihormati dan terkadang dipuja, tapi yang paling penting bagi Bartholdi adalah bahwa mereka hidup dan tertanam dalam pikiran orang-orang yang melihat wujud mereka. Logika ini jelas terlihat dalam nama, bentuk, dan fungsi proposal yang diajukan Bartholdi.

Berjudul "Egypt Carrying the Light to Asia", patung perempuan kolosal ini rencananya akan ditempatkan di tengah Terusan Suez di atas fondasi yang kokoh. Berpakaian seperti yang dikenali orang Mesir sebagai pakaian petani dan diabadikan sebagai monumen, dia akan menjadi kebanggaan bagi orang Mesir dari semua lapisan sosial. Patung ini juga berfungsi ganda sebagai mercusuar, memegang obor tinggi-tinggi, dan memancarkan cahaya dari kepalanya. Saat kapal-kapal dari berbagai negara melintas di bawahnya, perempuan ini dimaksudkan untuk dilihat sebagai perwujudan fisik dari Mesir dan kemajuannya.

Mengutip situs web Layanan Taman Nasional AS, ide pembangunan Patung Liberty lahir dari seorang intelektual politik dan aktivis anti-perbudakan asal Prancis bernama Edouard de Laboulaye pada 1865, tahun berakhirnya Perang Saudara dan dimulainya penghapusan perbudakan di AS. Gagasannya adalah menghormati 100 tahun kemerdekaan AS dan persahabatannya dengan Prancis.

Adapun Prancis bertanggung jawab dalam pembuatan patung dan mengirimkannya ke AS, sementara rakyat AS bertanggung jawab membiayai dan membangun alas (pedestal) tempat patung akan berdiri.

Patung Liberty diresmikan pada 28 Oktober 1886, setelah diangkut dalam 350 potongan atau bagian terpisah untuk memudahkan pengirimannya dari Prancis.

Di tengah cuaca yang basah dan berkabut pada hari itu, sekitar satu juta warga New York tetap datang untuk menyaksikan dan menyambutnya dengan sorak-sorai. Perayaan diwarnai dengan parade megah di darat dan laut.

Upacara peresmian resmi berlangsung di bawah patung raksasa yang "berkilauan karena hujan". Saat Bartholdi melepaskan bendera triwarna Prancis yang menutupi wajah Liberty, suara gemuruh senjata, peluit, dan tepuk tangan menggema, menandai sebuah momen bersejarah.  

 

 

 

 

Menakar Masa Depan Hubungan AS-Eropa

Patung Liberty
Patung Liberty yang diselimuti langit berkabut difoto dari Staten Island Ferry, New York, Amerika Serikat, Rabu (7/6/2023). (Dok. AP Photo/Yuki Iwamura)... Selengkapnya

Liputan6.com menghubungi Muhadi Sugiono, pengajar di Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada dengan fokus pada kajian Eropa, untuk menjelaskan sudut pandang ahli tentang pernyataan Glucksmann.

"Apa yang disampaikan Glucksmann memang mencerminkan kekecewaan terhadap kebijakan AS di bawah Trump. Dan tentu saja kekecewaan ini bukan hanya dimiliki oleh Glucksmann. Ada banyak politisi lain yang memiliki kekecewaan yang sama. Hanya memang Gluckmann adalah salah satu yang sangat kritis terhadap kebijakan AS. Dan pernyataannya terkait tuntutan pengembalian patung liberty, yang menjadi ikon AS, menjadikan sikapnya semakin terlihat," tutur Muhadi.

Lantas, apakah kebijakan "America First" yang diusung Trump akan mengubah dinamika hubungan AS-Eropa dalam jangka panjang?

Muhadi menuturkan, "Pertanyaannya bukan lagi apakah akan mengubah karena Uni Eropa sudah mengambil keputusan untuk berubah saat Ursula von der Leyen (presiden Komisi Eropa) mengatakan akan membangun persenjataan (re-arm) dan pembicaraan mengenai ini semakin bergulir. Padahal selama ini upaya untuk membanguin kemandirian strategis (Uni Eropa) selalu mentok karena ketergantungannya terhadap AS. Dengan kebijakan AS di bawah Trump, Uni Eropa tidak lagi bisa bergantung pada AS."

"Pertanyaannya sekarang adalah keputusan untuk memperkuat kemandirian strategis ini bisa dijalankan atau tidak atau apakah ada hambatan bagi Uni Eropa untuk merealisasikannya. Ada beberapa hambatan yang perlu diatasi Uni Eropa untuk membangun kemandirian strategisnya. Yang jelas, rivalitas sejarah Prancis dan Jerman akan menjadi pertimbangan. Selama ini, Uni Eropa bisa berkembang dengan asumsi Jerman tidak akan mendominasi kekuatan di Eropa. Dengan realitas bahwa Jerman merupakan negara paling besar dan berpengaruh, aspek psikologis masa lalu terkait dengan dominasi Jerman ini mungkin akan muncul kembali," terang Muhadi.

Mungkinkah kembalinya Trump memicu perpecahan di dalam Uni Eropa, mengingat beberapa negara anggota lebih condong ke AS, sementara yang lain lebih skeptis?

"Benar, Trump tidak sepenuhnya hanya memperoleh penolakan di Eropa, tapi juga dukungan atau setidaknya simpati. Bukan hanya beberapa negara menunjukkan simpati dan kedekatannya dnegan AS di bawah Trump, tapi dinamika politik internal negara-negara anggota Uni Eropa juga menunjukkan adanya dukungan dan simpati kepada Trump. Seperti sudah terlihat dalam kasus bantuan Uni Eropa ke Ukraina, perbedaan-perbedaan sikap ini akan menyulitkan atau setidaknya menghambat kebijakan luar negeri Uni Eropa," ungkap Muhadi.

Walau dihadapkan dengan situasi tersebut, menurut Muhadi, Uni Eropa tidak akan mengincar kemitraan strategis baru dengan kekuatan global lain.

"Uni Eropa selama ini mengidentifikasi dirinya sebagai kekuatan normatif yang mempromosikan dan mendorong tatanan yang liberal yang berbasis rule of law, demokrasi, HAM, dan multilateralisme. Dalam pandangan Uni Eropa selama ini adalah AS yang dianggap masih sejalan dengan visi Uni Eropa, sementara kekuatan-kekuatan lain berada dalam posisi berseberangan dengan Uni Eropa. Jadi, saat AS tidak lagi dianggap sejalan dengan visi Uni Eropa, tidak berarti Uni Eropa akan berpaling ke kekuatan lain yang berseberangan dengan visi Uni Eropa," imbuhnya.

Infografis Alasan Prancis Minta AS Kembalikan Patung Liberty.
Infografis Alasan Prancis Minta AS Kembalikan Patung Liberty. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya