Festival Sarung dan Musik Jadi Agenda Tahunan di NTT

Melihat keseruan gelaran Festival Sarung dan Musik di NTT yang akan jadi agenda tahunan.

oleh Meita Fajriana diperbarui 04 Mar 2019, 16:05 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2019, 16:05 WIB
Festival Sarung dan Musik NTT
Festival Sarung dan Musik NTT. (Foto: Dok. Dekranasda NTT)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia terdiri dari banyak provinsi dengan kekayaan alam dan budaya masing-masing. Salah satunya Kupang, NTT yang menggelar event Festival Sarung dan Musik untuk melestarikan budaya daerahnya. Bahkan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Nusa Tenggara Timur (NTT) Julie Sutrisno Laiskodat memastikan akan menjadikan Festival Sarung dan Musik menjadi agenda rutin tahunan.

Hal ini karena suksesnya Festival Sarung dan Musik NTT yang digelar di arena Car Free Day di Kota Kupang, NTT, Sabtu (2/3). Acara yang digelar pukul 06.00 hingga 10.00 Wita ini dihadiri ribuan warga yang tumpah ruah di sepanjang Jalan El Tari, Kupang. Mereka antusias mengikuti kegiatan akbar yang baru pertama kali digelar di NTT itu.

Pada Festival Sarung dan Musik ini menampilkan 10.000 peserta yang menari bersama dengan mengenakan berbagai kain tenun ikat tradisional hasil karya masyarakat Flores, Sumba, Timor, dan Alor. Tak hanya itu, sebanyak 1.800 pelajar memandu tarian massal Flobamora seperti Gawi, Dolo-Dolo Jai, dan Tebe.

Selama festival digelar, panitia juga menghadirkan bazar aneka makanan serba kelor dari UMKN, lalu ada instalasi tenun, paduan suara pelajar yang diikuti 2.000 orang, musik tradisional, serta olahraga bersarung.

“Ini luar biasa. Walau baru pertama kali digelar, tetapi antusias masyarakat tinggi. Mereka datang meramaikan dan menampilkan tenun-tenun yang luar biasa kayanya hasil warisan leluhur. Karyanya bervariasi dari 22 kabupaten,” kata Julie di sela-sela festival.

Dalam keterangan tertulisnya yang diterima Liputan6.com, Minggu (3/3), Julie menjelaskan, bukan hanya kain tenun yang bervariasi, tetapi melalui kegiatan itu, masyarakat NTT ingin menunjukkan kepada publik nasional dan internasional bahwa masyarakat NTT bersatu, baik etnis, dan agama.

Hal ini sesuai tema yang diusung yakni “Sarung Tenun Ikat NTT Identitas Budaya, Pemersatu Bangsa”. Kegiatan ini digelar berkat kerjasama Dekranasda NTT bersama Pemprov NTT.

“Kita tunjukkan ke nasional dan internasional, bahwa NTT bersatu menampilkan seluruh kekayaan budanyanya. Kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang mendukung. Kegiatan ini kami gelar memang tanpa budget, tanpa biaya, tetapi kita bisa melaksanakan seperti ini, sebuah perkara yang sangat besar,” tuturnya.

 

Festival Sarung dan Musik NTT

Festival Sarung Indonesia 2019
Pengunjung Festival Sarung Indonesia 2019 di Plaza Tenggara Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (3/3). Festival ini untuk menghidupkan kesadaran dan kebanggaan generasi muda akan kekayaan budaya Indonesia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dekranasda NTT akan terus menggelar kegiatan iini secara rutin tiap tahunnya, tentunya dengan dukungan dari Pemprov NTT, terutama atas dorongan Gubernur NTT, Victor Laiskodat. Sejumlah peserta festival juga berharap kegiatan itu bisa digelar tiap tahun.

“Tujuannya agar masyarakat NTT bisa mengenal budaya NTT melalui sarung dan musik,” kata Gratia Zacharias siswa SMKN 1 Kupang salah satu peserta festival.

Pemprov NTT akan terus mengupayakan agar tenun ikat NTT diakui sebagai warisan budaya oleh UNESCO. Julie Laiskodat yang juga istri Gubernur NTT dikenal sebagai "Bunda Tenun NTT". Ia bahkan pernah membawa hasil tenun NTT ke ajang peragaan busana internasional seperti Paris Fashion Week, London Fashion Week, dan New York Fashion Week.

“Kami ingin mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya penenun. Juga untuk membangkitkan kebanggaan di kalangan generasi muda dan kaum milenial terhadap kain sarung NTT. Bahkan hingga mancanegara,” tutup Julie.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya