Liputan6.com, Jakarta - Brand fashion lokal, Tangan memamerkan deretan koleksi Spring/Summer 2019 bertajuk Shift di Plaza Indonesia Fashion Week 2019. Fashion show ini termasuk dalam rangkaian curated show The Future is Female yang digelar Kamis, 21 Maret 2019 di The Warehouse, Level 5 Plaza Indonesia.
"Tangan mencoba lebih explore lagi peranan wanita yang sudah sejajar dengan pria. Dilihat dari koleksi yang sudah ada kita terus mengusung tema itu," kata Margaretha Novianty, founder Tangan di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis, 21 Maret 2019.
Untuk menyejajarkan pria dan wanita, brand yang didirikan pada 2015 ini menghadirkan koleksi unisex sebelumnya. Tangan berusaha mengeksplorasi gaya baru yang lebih light dan feminin dengan busana flowy dan detail.
Advertisement
Baca Juga
Selain koleksi Shift, Tangan juga menjalin kerja sama bareng seniman sekaligus art director, Lianggono Soetanto. Kolaborasi tersebut berupa instalasi yang bermakna interpretasi mengingat kembali hal yang kerap dialami dalam keseharian.
Instalasi yang dapat dinikmati di Plaza Indonesia Level 5 mulai 21-28 Maret 2019 tersebut juga bicara soal perspektif yang kerap berubah pada setiap orang hingga merefleksikan diri.
"Lebih ingin create story berbeda-beda dari setiap instalasi, tekstur, dan permainan shadow. Ini saya re-create saat berjalan-jalan di taman dengan bayangan pohon dan daun-daun," kata Lianggono.
Kisah awal dari tercipta ide ini sendiri ketika Lianggono kerap pergi ke sebuah taman dan hanya berjalan satu arah. Ketika ia berbalik ke arah satunya, ia menemukan pengalaman yang berbeda dan gagasan itu yang dituangkan dalam instalasi kolaborasi ini.
"Koleksi Tangan dengan tema Shift relasinya adalah berbicara kemungkinan ketika kita datang dari one direction kemudian shifted the other side. Koneksi ke Tangan itu, lebih kepada act of moving through," tambahnya.
Bermain dengan Indra
Ada pun beberapa material yang Lianggono sertakan dalam instalasi seperti penggunaan kain organsa, dedaunan, hingga kayu. Di sisi lain, sang art director juga mengungkap kisah di balik kehadiran kayu tersebut.
"Ini ada daun ketapang, jati, daun-daun pohon pada umumnya dicampur. Yang perlu saya highlight, kayu ini berasal dari taman tempat saya discover hal ini. Saya selalu ingin memasukkan cerita di instalasi," katanya.
Lianggono ingin kembali membawa nuansa ketika merasakan pengalaman di taman dengan memberi nuansa putih yang bertujuan memberi transparansi menciptakan shadow yang menjadi highlight.
"Selain dari material yang saya gunakan berasal dari tempat inspirasi saya, ketika saya dapat batang ini juga komunikasi dengan orang yang ada di sana. Itu re-create satu hubungan saya dengan tempat itu, sangat connected," katanya lagi.
Menariknya, ia juga memasukkan unsur musik ke dalam instalasi. "Setiap saya berjalan ke satu tempat, saya selalu pakai headset dengerin musik dan musik klasik. Itu yang membuat saya ingin orang merasakan ketika menjadi saya," tutur Lianggono.
Melalui instalasi ini, Lianggono berharap ketika orang-orang datang, mereka dapat bermain dengan indra. Bagaimana setiap keindahan dapat dimainkan.
"Ketika kita fisik menginjak, merasakan, mencium harumnya, dan disaat yang bersamaan juga telinga," tutup Lianggono.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement