Terapkan Aplikasi OSS, Batam dan Danau Toba Jadi Incaran Investor

Ada Aplikasi OSS, Batam dan Danau Toba langsung diincar investor.

oleh Cahyu diperbarui 09 Mei 2019, 10:33 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2019, 10:33 WIB
Batam
Ada Aplikasi OSS, Batam dan Danau Toba langsung diincar investor. (foto: dok. Kemenpar)

Liputan6.com, Jakarta Batam dan Danau Toba menjadi incaran investor sejak menerapkan aplikasi Online Single Submission (OSS). Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menilai aplikasi OSS memudahkan investor pariwisata untuk melakukan aktivitas bisnis di Indonesia.

Asisten Deputi Investasi Kementerian Pariwisata, Hengki Manurung, mengatakan bahwa OSS memudahkan pelaku usaha dalam mengurus izin usaha. Pada Januari 2019, 10 ribu pelaku usaha bidang pariwisata sudah muncul dari 200 ribu Nomor Induk Berusaha yang terdaftar dalam OSS.

"Salah satunya Batam yang ditetapkan sebagai pintu gerbang guna meraup 2,5 juta wisatawan," ujarnya, Rabu (8/5/2019).

Penggunaan teknologi OSS yang dilakukan Badan Koordinasi Penanaman Modal membuat penerbitan izin usaha menjadi lebih cepat. Selain itu, izin operasional komersial juga langsung terurus.

Kemudahan tersebut berdampak positif terhadap perekonomian daerah. Menurut Hengki, investasi di Batam bakal menjadi salah satu jalur cepat meningkatkan jumlah pengunjung asing.

"Tahun 2005 (di Batam) masih banyak tanah lapang, sekarang banyak berdiri hotel megah. Sisi infrastruktur juga semakin mapan,” ucapnya.

Selain itu, Danau Toba yang menjadi salah satu destinasi prioritas 10 Bali baru juga memiliki wilayah khusus untuk investasi, yaitu Danau Aek Natonang di Pulau Samosir seluas 65 hektare. Kemenpar menargetkan satu juta wisatawan mancanegara datang ke Danau Toba pada tahun ini.

Ada dua calon investor yang menunjukkan ketertarikannya dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Samosir, yakni PT Sekarmas Nusantara dan PT Artha Prakarana dari Jakarta. Menurut Leo Rustandi, Direktur Utama PT Artha Prakarana, kawasan Danau Aek Natonang memerlukan pengembangan atraksi untuk menarik minat wisatawan di Kabupaten Samosir.

"Tempatnya bagus, tinggal dipikirkan atraksi apa yang cocok untuk mendatangkan orang lebih banyak, sambil mengembangkan PAD-nya," kata dia.

Leo menjelaskan, peningkatan hotel sebagai penginapan serta promosi bidang kesenian menjadi salah satu kunci pariwisata. Kedua hal ini mampu mendatangkan lebih banyak wisatawan, tetapi rencananya harus matang.

Sementara itu, pemilik sekaligus pengelola Merapi Park Yogyakarta, Bambang Utomo, mengatakan bahwa sektor pariwisata Pulau Samosir masih berpotensi besar untuk dikembangkan.

"Peluangnya besar karena Danau Toba sangat eksotis, banyak hamparan lansekap indah tapi belum ada pengembangan," ujarnya.

Kehadiran dua investor tersebut siap disambut baik oleh pihak Kabupaten Samosir. Wakil Bupati Kabupaten Samosir, Juang Sinaga, memastikan pemerintah setempat akan menyambut baik kehadiran investor sebagai upaya memajukan pariwisata Danau Toba.

"Namun, investor harus memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan menjaga muatan lokal," ucapnya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah pusat kerap tidak sejalan dengan pemerintah daerah. Contohnya, transformasi perizinan yang masih sulit dilaksanakan di sejumlah wilayah.

"Pengembangan sektor pariwisata justru lebih optimal bila perizinan dilakukan melalui pelayanan terpadu satu pintu (one stop service), salah satunya melalui OSS ini," kata dia.

 

 

(*)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya