Sampah Dapur Bisa Jadi Pengharum Ruangan yang Menyegarkan

Sampah dapur yang sering dibuang begitu saja ternyata bisa jadi pengharum ruangan yang ramah lingkungan

oleh Putu Elmira diperbarui 25 Jul 2019, 05:03 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2019, 05:03 WIB
Ilustrasi sayur dan buah
Mengonsumsi banyak sayuran dapat membantu diet dan memiliki manfaat kesehatan lainnya. (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Sampah organik dari sisa dapur ini dapat dimanfaatkan menjadi Eco Enzim. Sebuah inovasi yang dikembangkan agar sisa sampah dapur tidak terbuang sia-sia dan dapat dimanfaatkan menjadi berbagai cairan pembersih yang serbaguna.

Dilansir dari FAO, Eco Enzim pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand. Rosukon telah terlibat aktif dalam penelitian enzim selama lebih dari 30 tahun. Ia mendorong orang untuk membuat enzim ramah lingkungan untuk meredakan pemanasan global.

Nur Anisa, mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia menjelaskan bahwa gagasan proyek dari Eco Enzim adalah mengolah enzim dari sampah organik yang biasanya kita buang ke dalam tong sampah menjadi pengharum ruangan organik.

"Untuk limbah organiknya sendiri dapat berupa limbah kulit buah-buahan atau bisa juga sayuran. Sangat dianjurkan menggunakan buah yang memiliki aroma wangi seperti jeruk, nanas atau buah lainnya," ujar Anisa lewat pesan teks kepada Liputan6.com pada Senin, 22 Juli 2019.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Penggunaan Sampah Dapur untuk Eco Enzim

Buah dan sayuran
Ilustrasi buah dan sayuran (Foto: unsplash)

Mahasiswa jurusan Pendidikan Teknologi Industri ini juga menambahkan bahwa Eco Enzim tidak boleh menggunakan buah ataupun sayuran yang busuk. Hal ini dikarenakan buah busuk dapat mempengaruhi aroma saat dibuat menjadi pengharum ruangan. 

Ia juga menjelaskan lebih jauh tentang pengolahan limbah bekas sampah dapur tersebut. Ia melakukan uji pembuatan Eco Enzim bersama kedua temannya yaitu Rama Tiyana dan Enjang Rohman yang juga merupakan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

"Eco enzim sendiri menggunakan sampah organik (limbah kulit buah-buahan atau sayuran) yang difermentasi dengan tambahan air dan gula. Untuk modifikasinya, kami menggunakan saccharomyces (ragi) sebagai katalisator agar mempercepat proses fermentasi," ujar Anisa.

Proses pembuatan Ezo Enzim biasanya membutuhkan waktu hingga tiga bulan. Namun, jika menggunakan ragi hanya akan membutuhkan waktu selama enam hari untuk membuatnya.

Cara Membuat Eco Enzim

Hasil Fermentasi Eco Enzim
Hasil Fermentasi Eco Enzim (dok. Nur Anisa)

Eco Enzim dapat dengan mudah dibuat. Caranya, dengan menyiapkan bahan-bahan limbah dapur seperti kulit buah atau sisa sayur, gula merah dan juga air. Setelah itu, buat perbandingan 1:3:10, menjadi 10gr gula merah, 30gr limbah dapur dan 100ml air.

Setelah itu, tuang semua sampah organik ke dalam botol bening dan campurkan dengan gula merah dan air. Kemudian, tambahkan ragi dan tutup botol tersebut hingga melakukan fermentasi. Botol yang sudah ditutup cukup dibolak-balik agar semuanya tercampur.

Saat proses fermentasi, botol harus sering dibuka tutupnya agar mengeluarkan gas metana di dalamnya. Hal ini dilakukan setiap hari saat cairan sudah bergelembung seperti buih soda hingga proses fermentasi selesai.

Ketika proses pembuatan Eco Enzim, ada pelepasan gas ozon (O3) yang dapat mengurangi karbondioksida (CO2) di atmosfer yang mengikat panas di awan. Selain itu, enzim yang dihasilkan dari fermentasi ini dapat mengubah amonia menjadi nitrat yang berguna untuk mengurai limbah dan menyuburkan tanaman.

Hasil jadi dari Eco Enzim sering disebut sebagai pembersih yang serbaguna. Selain penyegar ruangan, cairan bisa digunakan untuk mencuci piring, mengepel, membersihkan kaca, mencuci pakaian, pupuk kompos, hingga menjadi cairan pengusir hama. (Devita Nur Azizah)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya