Liputan6.com, Banyuwangi - Snorkeling bersama hiu di penangkaran hiu Bangsring, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, tidak terbayangkan sebelumnya oleh Candra. Meski berprofesi sebagai pekerja media di Jakarta dengan ‘jam terbang liputan’ tinggi, menyaksikan hiu berenang ke sana-kemari cukup memicu adrenalin. Ia bahkan ragu-ragu antara nyebur atau tidak.
Hiu sirip hitam yang berada di penangkaran Bangsring termasuk hewan dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Penangkaran hiu tersebut menjadi satu bagian dari Rumah Apung Bangsring.
Advertisement
Baca Juga
Saat menjejak Rumah Apung Bangsring, yang berjarak sekitar 200 meter dari dermaga dengan menggunakan perahu kecil, pengunjung akan disuguhkan empat keramba penangkaran hiu.
Advertisement
“Tadinya, aku tuh 50:50 (fifty-fifty) mau snorkeling atau enggak. Ya, bagaimanapun hiu kan punya naluri sendiri. Akhirnya, aku memberanikan diri nyebur. Alasannya, karena ‘tugas negara’ (liputan) dan penasaran. Penasaran kayak apa sih snorkeling bareng baby shark (bayi hiu) yang masih kecil,” cerita Candra saat mengobrol dengan Liputan6.com beberapa waktu silam.
“Pas aku melihat ke bawah (air yang ada di keramba) kurang lebih kedalamannya 3 meter. Dan hiunya yang seukuran lengan orang dewasa kelihatan banget. Okelah, hiunya enggak sebesar hiu yang pada umumnya itu, tapi ya tetap ada rasa takut sebelum nyebur.”
Tekad Candra pun kuat, berbekal baju pelampung dan peralatan snorkeling yang disewa, ia menyebur ke salah satu keramba penangkaran hiu. Air laut yang dingin langsung membasahi seluruh tubuhnya. Celana pendek dan kaos oblong yang dikenakannya pun basah.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Hiu Tidak Berani Mendekat
Rasa takut untuk snorkeling bersama hiu di Bangsring dialami Ervan, yang juga pekerja media asal Jakarta. Ia belum pernah ke penangkaran hiu Bangsring. Seluk-beluk snorkeling dengan hiu pun tidak ada di benaknya.
"Sudah dengar ternyata di sana (Bangsring) ada penangkaran hiu. Tapi belum pernah riset kayak gimana. Awalnya, ketakutan sendiri melihat itu hiu berenang. Hampir 20 menit sampai setengah jam buat meyakinkan diri sendiri bahwa kolam (keramba berisi hiu) itu aman. Enggak bisa kalau cuma bermodal ‘katanya aman," ungkap Ervan dengan raut wajah cemas.
"Iya, kalau aman. Nah, kalau enggak aman gimana. Misalnya, kalau tergigit hiu ya enggak lucu aja dan ngeri. Aku ‘Bismillah dan menguatkan diri.' Kemudian nyebur juga. Aku bisa nyebur di situ (keramba) rasanya keren banget. Ditambah snorkeling sama hiu, yang panjangnya hampir setengah meter."
Ketakutan dan kecemasan yang sempat dirasakan Candra dan Ervan lenyap. Hiu yang ada di dalam keramba justru menjauh. Mereka tidak berani mendekati Candra dan Ervan yang kepalang berenang. Dalam satu keramba kira-kira ada lima hiu sirip hitam, satu yang berukuran cukup besar.
“Justru ikan hiunya malah nyebar (berenang menjauh) dan enggak deketin kita. Dia menghindar dari manusia. Akhirnya, aku berani juga snorkeling di kerambanya meski enggak berani nyebur terlalu lama karena waktu aku ke sana, enggak ada pemandunya,” lanjut Candra.
Sambil berekspresi wajah senang, Ervan menambahkan, kita bisa meliat bagaimana hiu berenang sekitar, meski jaraknya cukup jauh. "Tapi memang karakter hiu di penangkaran itu rasanya takut karena ada benda asing masuk (pengunjung yang snorkeling). Pas nyebur, mendadak hiu-hiunya menghindar gitu,"ucapnya.
Advertisement
Melihat Hiu di Kamera GoPro
Walaupun hiu menjauh saat Candra dan Ervan masuk ke dalam keramba, kamera GoPro berhasil merekam bentuk hiu. Lewat kamera GoPro yang dibawa Ervan, tubuh hiu tampak memesona. Warna kulit hiu yang abu-abu dengan sirip mungilnya asyik berenang. Cepat dan tangkas di dalam air.
Pantulan cahaya matahari yang terik seakan memantul di tubuh hiu. Tubuh hiu terlihat makin jelas didukung air laut yang biru jernih dan bersih. Sekat-sekat berupa jaring yang memisahkan antar keramba seakan tidak mengurangi kenikmatan snorkeling dan menyaksikan hiu dari dekat.
“Beneran, keren banget. Di kamera GoPro-nya kelihatan banget, hiunya terlihat bagus. Berenang ke sana kemari. Memang benar, lokasi penangkaran ini untuk melestarikan hiu sirip hitam. Dan hiu-hiunya keren,” kata Ervan yang sampai berulang kali melontarkan kata ‘keren.’
Candra ikut terpesona dengan hiu yang ada di penangkaran. Walaupun hanya melihat dan tidak boleh menyentuh hiu, ia menikmati hiu yang berenang.
“Yang jelas, enggak megang karena nyebur aja udah deg-degan banget. Dibantu pencahayaan matahari yang terang, hiunya bagus banget. Kelihatan jelas hiunya. Seru sih, tapi aku sempat terkejut tiba-tiba di kaki ada yang nyeruduk. Kata teman-teman itu bukan hiunya, melainkan ada jenis ikan laut lain yang ada di keramba. Aku enggak tahu itu ikan laut apa namanya,” Candra melanjutkan.
Dari informasi yang diperoleh, hiu sirip hitam yang dilestarikan di penangkaran hiu Bangsring akan dilepas saat dewasa. Kalau sudah dewasa, hiu tersebut hidup di karang-karang laut. Mereka biasa muncul pada malam hari.
Suasana Laut yang Indah
Penangkaran hiu di Bangsring bukan hanya menawarkan adrenalin snorkeling dengan hiu sirip hitam. Suasana laut yang indah ikut memanjakan mata pengunjung. Candra dan Ervan merasa hilangnya rasa takut karena dimanjakan pemandangan laut.
Meski siang hari nan terik, angin laut berembus kencang. Pengunjung bisa melihat Taman Nasional Bali Barat dari kejauhan, yang di sampingnya terdapat Gilimanuk. Daratan berwarna cokelat itu pun tampak dekat di mata. Ibarat kata tinggal menyeberang sejenak ke Bali.
Lokasi perairan Bangsring menghadap Selat Bali, yang memisahkan Pulau Jawa dan Bali juga bersih pantainya. Pantai putih berpasir tampa berkilauan diterpa sinar matahari. Air laut yang dingin mampu membuat pengunjung yang hobi berenang atau snorkeling betah berlama-lama menikmati air laut.
“Kondisi air (lautnya) dingin banget, enak buat nyebur. Ini bisa jadi pengalihan atas rasa takut ikan hiu. Airnya jernih. Recommended (direkomendasikan) kalau mampir ke Banyuwangi ya ke sini (Bangsring) walaupun kalian enggak menikmati penangkaran hiu. Lebih afdol lagi sih nyobain snorkeling sama ikan hiunya. Keren deh,” Candra menambahkan.
Di sisi lain, Ervan berharap keindahan pantai dan penangkaran hiu sirip hitam ada pemandu wisata. Artinya, pengunjung yang berkesempatan ke Rumah Apung dan ingin snorkeling dengan hiu dipandu oleh pemandu wisata. Penjelasan seluk-beluk soal Rumah Apung dan hiu yang dilestarikan bisa menambah wawasan.
“Harapannya pemerintah kabupaten setempat menyediakan pengelola khusus (pemandu) yang berjaga sehingga pengunjung dapat knowledge (pengetahuan). Misalnya, sebelum nyebur apa aja sih yang boleh atau enggak dilakukan. Takutnya kan ada hal-hal yang enggak boleh dilakukan ya, apalagi kita berhadapan sama ikan hiu,” saran Ervan.
Candra turut menyarankan, ada petunjuk yang jelas terkait penyewaan alat snorkeling. Ia sempat mengira alat snorkeling sudah tersedia di Rumah Apung, tapi ia harus balik lagi ke tepian (dermaga) karena alatnya di sana.
Mengakhiri perbincangan dengan Liputan.com, Candra dan Ervan berkeinginan berenang lagi bersama hiu di penangkaran Bangsring. Asalkan, ada pemandu atau pengelola tempat wisata yang mengarahkan secara jelas dan meyakinkan pengunjung bahwa lokasinya terbukti aman.
Advertisement