Nostalgia Suasana Zaman Belanda di Pameran Segar Bugar

Cukup dengan membayar Rp5 ribu sebagai tiket masuk Museum Bank Indonesia, Anda sudah bisa menikmati Pameran Segar Bugar.

oleh Putu Elmira diperbarui 25 Okt 2019, 18:01 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2019, 18:01 WIB
Nostalgia Suasana Zaman Belanda di Pameran Segar Bugar
Kolase foto-foto zaman Belanda di Pameran Segar Bugar (dok Liputan6.com/Ossid Duha Jussas Salma)

Liputan6.com, Jakarta - Telah secara resmi dibuka di Museum Bank Indonesia, Pameran Segar Bugar siap memboyong Anda seolah masuk lorong waktu untuk menikmati nuansa Jakarta di zaman pendudukan Belanda. Pameran bernuansa sejarah ini akan dibuka selama satu bulan ke depan.

"Kami sangat bangga bisa dipercaya memimpin pagelaran Pameran Segar Bugar yang mengajak orang untuk mengingat sejarah kita," kata Kurator Pameran Segar Bugar Ayos Purwoaji saat konferensi pers di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 24 Oktober 2019.

Bagi Ayos, mengenal sejarah seringkali tidak disukai milenial karena terkesan membosankan. Maka itu, Ayos menggerakkan seluruh pegiat seni di Indonesia untuk menampilkan karya bernuansa sejarah dengan sentuhan segar.

Para seniman yang terlibat adalah Angga Cipta, Ari Rusyadi, Reza Afisina dan Iswanto Hartono yang berkolaborasi di bawah bendera RA.IH, serta terdapat pula seniman video-visual Raslene.

Selain dibuat oleh pegiat seni dari seluruh Indonesia, pameran ini juga didukung langsung oleh pihak pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kerajaan Pemerintah Belanda.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Usung Jamu Sebagai Simbol

Pameran
Ruang gelap dan film dokumenter di Pameran Segar Bugar (dok Liputan6.com/Ossid Duha Jussas Salma)

Jamu diusung sebagai simbol dari Pameran Segar Bugar karena minuman herbal ini tergolong menyegarkan. Kesan ini kemudian diibaratkan sama dengan sejarah yang harus selalu disegarkan kembali agar ingatan tentang perjuangan tidak hilang.

Pameran sendiri terdiri dari pajangan foto-foto zaman Belanda, mulai potret proses pembangunan Jakarta, monumen-monumen, miniatur monumen bersejarah, buku-buku pengetahuan perkembangan kota Jakarta, dan terdapat ruang gelap yang dijadikan studio untuk memutarkan film-film dokumenter.

Selain itu, ada dokumen-dokumen bersejarah dan tulisan pidato Presiden Soekarno yang dipajang dengan papan besar. Pidatonya berisi harapan beliau atas kemajuan wilayah Jakarta.

Untuk melihatnya, Anda tidak perlu membayar lebih. Cukup masuk ke Museum Bank Indonesia dan membayar tiket sebesar Rp5 ribu, bahkan gratis bagi pelajar atau mahasiswa yang menunjukan identitas Kartu Pelajar/Mahasiswa.

Pengunjung rombongan yang telah mendaftar dan mendapatkan konfirmasi dari Museum Bank Indonesia, serta anak-anak sampai dengan usia tiga tahun pun bisa masuk tanpa membayar tiket.

(Ossid Duha Jussas Salma)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya