Liputan6.com, Jakarta - Sudah tahu toxic, tapi nyatanya ada saja yang mau-maunya kembali ke pelukan mantan pacar, kendati sudah berkali-kali disakiti. Orang di luar hubungan tersebut boleh jadi keheranan, bahkan bertanya-tanya alasan di balik tindakan yang acap kali bikin gagal paham tersebut.
Melansir Brightside, 24 Februari 2020, ahli di bidang psikologi yang fokus pada hubungan modern, Shelby Sells, mengungkap sederet sebab di balik seseorang mau balikan dengan mantan yang sudah berkali-kali menyakiti mereka.
Advertisement
Baca Juga
Mudah dan familiar
Balikan dengan mantan pacar dianggap sebagai tindakan paling mudah dan familiar bagi orang tersebut, terlebih bagi meraka yang sudah lama pacaran. Mulai dari kebiasaan, sampai keinginan terdalam, semua biasanya sudah sama-sama tahu.
Faktor terbiasa ini membuat seseorang familiar dengan rasa sakit yang diberi pasangan. Di tahap ini, mereka sudah tahu bahwa akan sakit lagi, bahkan dengan sebab yang sama, namun sudah terbiasa.
Tak bisa berdamai dengan kesepian
Tak bisa ditampik bahwa putus cinta bukanlah perkara mudah. Out of nowhere, seseorang menemukan dirinya sendirian tanpa ada rasa nyaman yang biasa diberi pasangan. Dari situ, mereka biasanya akan mempertanyakan keputusan menyudahi hubungan.
Orang-orang ini hanya akan membayangkan kenangan manis selama bersama dan melupakan alasan putus. Bayangan ini merupakan tanda bahwa ia tak bisa sendiri, apalagi berdamai dengan kesepian. Jadi, lebih baik tersakiti berkali-kali ketimbang sendiri.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Tak Bisa Mengendalikan Emosi
Putus cinta cenderung dramatis dan meninggalkan rasa sakit mendalam bagi sekian banyak orang. Emosi tak terkendali ini acap kali membuat orang memutuskan kembali bersama pasangan untuk menyudahi rasa sakit tersebut.
Shelby menjelaskan, dalam tahap ini, kebanyakan orang akan secara tak sadar menghilangkan memori negatif untuk melindungi diri dari rasa sakit yang sama.
Berharap berubah
Percaya pasangan akan berubah tanpa melakukan sejumlah usaha terukur adalah sebab paling menjerumuskan dari yang lain. Apalagi, keyakinan ini sering kali lebih kuat pada pikiran logis yang sebenarnya sudah tahu akhir cerita.
Â
Advertisement