Cerita Akhir Pekan: Tanggung Renteng Para Pelaku Ekonomi Kreatif di Masa Pandemi Corona COVID-19

Sembari mempertahankan bisnis di masa pandemi corona COVID-19, para pelaku ekonomi kreatif berusaha tetap berdaya bagi komunitas.

oleh Asnida Riani diperbarui 19 Apr 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2020, 08:30 WIB
SOLOPUTRI Indonesia
Artisan lokal, SOLOPUTRI Indonesia, menjual masker kain yang penjualannya didonasikan untuk penanganan corona COVID-19. (dok. Instagram @soloputri.id/https://www.instagram.com/p/B_EFR2xgshD/)

Liputan6.com, Jakarta - Bahu-membahu mengatasi dampak penyebaran corona COVID-19 tengah dilakukan berbagai pihak, tak terkecuali para pelaku ekonomi kreatif. Upaya ini dilakukan terlepas dari mereka juga tengah berjuang mempertahankan bisnis dengan segala adaptasi dan keterbatasan di masa pandemi.

"Dari pertama, saya sudah kumpulin anak-anak (staf warung). Saya tanya, kita punya beberapa opsi, mau yang mana. Mereka bilang jangan sampai tutup. Selain butuh uang, mereka juga bingung mau ngapain di rumah," kata Uyul, pemilik Warung Kopi Imah Babaturan lewat sambungan telepon pada Liputan6.com, Rabu, 15 April 2020.

Bisnis kuliner dengan konsep warung ini pun akhirnya memutuskan tetap buka di masa pandemi virus corona baru hanya untuk takeaway maupun pemesanan lewat ojek online.

Mempertimbangkan tetap buka, tim Imah Babaturan beranggapan bahwa tempat makan merupakan benteng terakhir. "Karena biar bagaimanapun kan orang butuh makan. Makanya kita coba bantu dengan tetap jualan, sembari melakukan pertimbangan bisnis," imbuhnya.

Warung Kopi Imah Babaturan
Mi bebek, salah satu menu mingguan di Warung Kopi Imah Babaturan. (dok. Instagram @imahbabaturan/https://www.instagram.com/p/B-ynEAjAT5n/)

Perjuangan serupa juga tengah dilakukan SOLOPUTRI Indonesia. Artisan lokal di bidang fesyen yang notabene menitikberatkan kegiatan bisnis pada offline activity, seperti pameran dan retail, ini merasakan dampak secara masif.

"Challenge-nya adalah kita dituntut untuk lebih kreatif menciptakan pivot sebagai bentukan baru, baik model bisnis baru maupun produk baru. Fokus beralih ke online activity. Gabung dengan komunitas yang saling menguatkan karena kita tidak sendiri," ungkap Karina Trijono, founder SOLOPUTRI Indonesia melalui pesan, Kamis, 16 April 2020.

Soal adaptasi, Warung Kopi Imah Babaturan menerapkan beberapa modifikasi secara operasional di masa pandemi corona COVID-19, mulai dari mengubah menu, hingga secara konstan menjaga kebersihan dan kesehatan semua karyawan di warung.

"Setelah ngobrol, kami memutuskan tetap jualan, sembari kami juga harus berguna buat komunitas," jelas Uyul.

Jadi Perpanjangan Tangan Kebaikan

SOLOPUTRI Indonesia
Masker kain produksi artisan lokal, SOLOPUTRI Indonesia. (dok. Instagram @soloputri.id/https://www.instagram.com/p/B-QgjP9Ajkq/)

Di tengah berbagai adaptasi yang mesti cepat dilakukan, SOLOPUTRI Indonesia menggagas semacam gerakan donasi untuk bantu penanganan corona COVID-19. 

"Di pertengan Maret, kami merasakan masker N95 dan masker bedah sangat langka, harga melonjak tinggi. Kami juga sangat prihatin melihat para tenaga medis yang harus berjuang di garis terdepan, tapi sangat minim APD," kata Karin.

Setelah minta saran dari beberapa teman dokter dan mencari artikel-artikel penelitian, sambungnya, di Maret akhir, label lokal ini mulai memproduksi masker kain dengan standar yang disarankan ahli.

Karin menjelaskan, sistem donasi yang digagas SOLOPUTRI dilakukan dengan menjual masker kain yang profitnya disisihkan untuk membantu Gerakan 10.000 Face Shield, diinisiasi Sanur Innocraft dan ISP.

"Ada wheel of goodness. Produksi masker memperkerjakan penjahit lokal sehingga mereka bisa tetap dapat penghasilan, pembeli masker bisa menggunakan masker kain SOLOPUTRI yang aman dan ramah lingkungan, lalu profit penjualan masker kami sisihkan untuk donasi pengadaan APD tenaga medis," jelasnya.

Warung Kopi Imah Babaturan
Contoh menu Maks Drive berisi ayam goreng, mi goreng polosan, dan capcay kering di Warung Kopi Imah Babaturan. (dok. Instagram @imahbabaturan/https://www.instagram.com/p/B_By6TCgJQQ/)

Semenara dalam praktiknya, Warung Kopi Imah Babaturan menjalankan program day by day dengan perencanaan sederhana, tapi tepat sasaran. Salah satu yang sudah terlaksana adalah pengadaan menu MAKS DRIVER.

"Sudah ada program ini sebenarnya sebelum pandemi. Belum terlaksana karena keterbatasan dapur. Kalau ditanya kenapa, simpel sebetulnya karena kami pengin driver merasakan masakan kami juga," paparnya.

"Akhirnya, jadi diesksekusi karena konsumen ternyata suka mesenin makan buat driver. Beli mi bebek sama nasi goreng, dikasih note nasgor buat abang driver. Dari situ kami tahu program ini bisa jalan," sambung Uyul.

Menyesuaikan dengan kondisi mobilitas para pengendara ojek online, Warung Kopi Imah Babaturan memilih menu yang mudah dimakan. "Makanya dipilih menu yang simple. Semacam nasi rames supaya memudahkan teman-teman driver," ungkap Uyul.

Menu MAKS DRIVER dibanderol Rp10 ribu dan dapat dipesen melalui aplikasi ojek online. "Belum bisa setiap hari. Kami adakan seminggu sekali, tapi selalu diusahakan 40--50 pack sehari pas diadain," katanya.

Ketentuannya, dalam sekali pesan, konsumen hanya boleh memesan satu MAKS DRIVE. Pasal, dalam satu kali pesanan, konsumen hanya perlu satu pengemudi ojek online.

"Boleh gak mesen menu maks drive aja tanpa mesen menu yg lain? Boleh...tapi warung kami bisa bikin menu maks drive kalo secara bisnis warung kami juga jualan...Karena menu maks drive adalah menu PATUNGAN antara kami dan temen-temen semua yang jajan di warung kami," begitu keterangan tambahan di akun Instagram mereka.

Warung Kopi Imah Babaturan
Warung Kopi Imah Babaturan sempat membagikan masker kain yang merupakan titipan band asal Bandung, Cherry Bombshell, bagi pengemudi ojek online. (dok. Instagram @imahbabaturan/https://www.instagram.com/p/B-_NHlDg9yU/)

MAKS DRIVER bukan satu-satunya cara warung berlokasi di Jl. Kebon Bibit No.3, Bandung, Jawa Barat tersebut memperlihatkan solidaritas sosial. "Setiap hari kami usahakan berbagai. Apapun, diputar saja supaya rata," ucap Uyul.

"Misal, kayak hari ini ada bagi-bagi masker. Kemarin bagi-bagi pisang, lemon, kami pikir itu bisa buat sedikit bantu menuhin kebutuhan vitamin C. Kami berusaha lakukan apapun yang kami bisa sampai akhirnya beberapa teman ikutan," paparnya.

Dengan inisiasi tersebut, Uyul mengaku awalnya sempat khawatir dianggap sebagai pusat donasi. Dalam memberi bantuan, ia mengatakan berusaha tak menyinggung pihak manapun.

"Misal, kemarin ada teman yang titip kasih beras. Kami mikir bagamana caranya jadi lebih pantas. Makanya ditambahi lauk kayak sop-sopan. Itu sesuatu yang berbeda. Cara kita memberi itu tak pernah menyebut sumbangan, sembako. tapi bekal. Yang bisa mereka makan sendiri atau bawa pulang untuk dimakan bareng keluarga," ujarnya.

Kehati-hatian ini juga berlaku untuk tata bahasa dalam mengunggah konten di meda sosial dan pengemasan barang tersebut.

SOLOPUTRI dan Warung Imah Babaturan hanya dua dari sekian banyak pelaku ekonomi kreatif yang bahu-membahu membantu, baik secara penanggulangan maupun prevensif, di masa pandemi corona COVID-19.

"Penting untuk melawan pikiran-pikiran negatif, melawan rasa takut, melawan sikap egois dan acuh terhadap sesama. Sebarkan cinta bukan perang," tutup Karin.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya