Pandemi Corona Covid-19 Bikin Shopaholic di Tiongkok Jadi Insaf

Sebelum pandemi corona Covid-19, shopaholic di Tiongkok jarang berpikir panjang kala membeli barang

oleh Asnida Riani diperbarui 06 Mei 2020, 02:00 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2020, 02:00 WIB
Ilustrasi belanja
Ilustrasi belanja. Sumber foto: unsplash.com/rawpixel.

Liputan6.com, Jakarta - Jiang Zhuoyue dulunya sangat suka belanja dan berburu diskon. Namun, pandemi corona COVID-19 membuat Jiang mempertimbangkan gaya hidupnya sebagai shopaholic.

"Karena pandemi, saya punya lebih banyak waktu di rumah untuk memilah barang-barang saya. Setelah melihat baju, sepatu, dan tas tangan, saya sadar saya punya terlalu banyak barang," katanya dilansir dari laman South China Morning Post, Selasa, 5 Mei 2020.

Ia pun menggunakan aplikasi untuk menjual sekian banyak baju, tas, maupun tas tangan miliknya supaya ruang di rumah lebih lapang.

Mantan shopaholic ini mengatakan setidaknya sudah menjual 50 baju secara daring. Kebiasaan barunya ini dikatakan sebagai tren baru jenis barang dagangan di Tiongkok pada 2020.

Idle Fish, salah satu laman memfasilitasi pengguna menjual barang-barang mereka, melaporkan, terhitung Maret, transaksi harian mereka naik. Pengguna aplikasi tersebut pun bertambah 200 juta.

Peneliti mengatakan, dipengaruhi penyebaran corona COVID-19, pembelian barang-barang bekas dengan kualitas masih bagus di Tiongkok bakal bernilai 143 juta dolar Amerika atau setara Rp2,2 triliun sepanjang 2020.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Upaya Pertahankan Geliat Ekonomi

Ilustrasi
Ilustrasi baju bekas. (dok. pexels.com/mentatdgt)

Dalam upaya menghidupkan geliat ekonomi di masa pendemi, pihak-pihak tertentu telah memberi voucer belanja pada sejumlah konsumen.

Senior Strategic Analyst Zhongtai Securities Xu Chi mengatakan, akan butuh waktu lama untuk orang kembali belanja ke pusat perbelanjaan. Karenanya, belanja online tengah jadi andalan paling anyar di masa sekarang.

Keterbatasan pemasukan yang terjadi karena sekian banyak sektor tutup membuat barang bekas dengan kualitas bagus yang notabene berharga lebih murah pun jadi opsi paling masuk akal.

Jian sendiri mengaku, pandemi membuatnya tak akan lagi ceroboh menghabiskan uang dan nantinya menyadari bahwa ia punya terlalu banyak barang tak digunakan di rumah.

"Saya ternyata lebih suka dengan hidup sederhana yang nyaman, " tuturnya. "Mungkin saat saya beli baju atau barang lain nantinya, saya akan memilih yang benar-benar saya butuhkan," sambung dia.


Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya