Pandemi Jadi Akhir Bisnis Hostel?

Hostel dikenal sebagai akomodasi bernuansa berbeda dengan kesan hangat interaksi antar tamu dan tawaran harga cukup terjangkau.

oleh Asnida Riani diperbarui 16 Jul 2020, 11:41 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2020, 11:05 WIB
[Fimela] hostel
ilustrasi hostel | pexels.com/@curtis-adams-1694007

Liputan6.com, Jakarta - Sudah lama sejak hostel jadi salah satu akomodasi andalan pelancong selama liburan. Nuansa berbeda dengan kesan hangat interaksi antar tamu dan tawaran harga cukup terjangkau membuat penginapan ini kian populer.

Namun, atmosfer tersebut nyatanya tak bisa diadopsi selama masa pandemi. Menjaga jarak aman antar individu dengan tak berbagi kamar dengan orang lain jadi salah satu cara mencegah transmisi COVID-19.

Lalu, bagaimana nasib bisnis hostel? Melansir laman Lonely Planet, Rabu, 15 Juli 2020, sejumlah hostel di dunia menciptakan kenormalan baru. Praktiknya termasuk menginstal layar plastik, menambah frekuensi pembersihan menyeluruh, dan mengurangi kapasitas.

Kendati, banyak di antara pihaknya yang tetap ingin mempertahankan interaksi sebanyak mungkin dengan cara-cara aman. Beberapa kuis dan pertunjukan musik sudah kembali dengan tetap menjaga jarak aman antar tamu.

"Apa yang coba kami dorong adalah orang datang dalam grup. Jadi, mereka bisa mengambil satu kamar terdiri dari beberapa tempat tidur untuk grup mereka sendiri," kata Sophie Herbert dari Winston Hostel, Amsterdam, Belanda.

Aturan penjarakan sosial itu sendiri berarti lebih sedikit tempat tidur di tiap kamar dan beberapa hostel mengubah dormitory jadi ruang pribadi. Terlepas dari peraturan baru, tamu dikatakan tetap datang ke hostel.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Lakukan Berbagai Penyesuaian

[Bintang] Malaysia
Love Lane, George Town, Penang, Malaysia. (Hostel World)

Tingkat okupansinya memang tak sebagaimana waktu musim panas di tahun-tahun sebelumnya, namun Sophie melihat prospek positif. "Saya pikir September akan jadi bulan yang menjanjikan," katanya.

Circus Hostel di Berlin, Jerman pun telah kembali membuka pintu mereka untuk turis. "Kami saat ini punya 16 tamu di hostel dan kebanyakan warga Jerman. Saya sendiri merasa aneh karena biasanya sangat banyak turis mancanegara," kata Maja Stefanovic, perwakilan hostel tersebut.

Sejak kembali buka, pihak hostel telah mengurangi angka dormitory, menerapkan aturan pemakaian masker, dan mengganti breakfast buffet dengan penyedian porsi individual. Juga, menurunkan rate.

"Kami melakukan penyesuaian lain juga dengan membebaskan biaya pembatalan dan check-out telat. Kami berusaha memberi opsi pada orang-orang," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya