Adu Debat Turis dan Pengelola Hostel Picu Kemarahan China pada Swedia

Pemerintah China menyampaikan kemarahan kepada Swedia akibat insiden adu debat antara warganya dengan polisi dan pengelola hostel di Stockholm.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 19 Sep 2018, 07:31 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2018, 07:31 WIB
Cuplikan video di Weibo yang menunjukkan turis China adu debat dengan pengelola hostel dan polisi Swedia pada Minggu, 16 September 2018 (AFP)
Cuplikan video di Weibo yang menunjukkan turis China adu debat dengan pengelola hostel dan polisi Swedia pada Minggu, 16 September 2018 (AFP)

Liputan6.com, Stockholm - Swedia dan China tengah terlibat pertikaian diplomatik yang belum pernah terjadi, setelah tiga turis China diusir dari sebuah hostel di Stockholm, karena terlibat adu argumen mengenai waktu check-in.

Sebuah video yang beredar viral di China menunjukkan seorang pria dan kedua oang tuanya dipaksa keluar oleh polisi Swedia, ketika mendesak untuk check-in dini di sebuah hostel di pinggiran Stockholm.

Dikutip dari Independent.co.uk pada Selasa (18/9/2018), insiden yang telah ditonton oleh lebih dari 100 juta kali di jagat media sosial China, membuat Beijing berang, dan menganggapnya sebagai "penganiayaan brutal".

Insiden tersebut terjadi pada tanggal 2 September, ketika sebuah keluarga yang diidentifikasi bermaga Zeng, tiba di Generator Hostels di Stockholm, satu malam sebelum tanggal pemesanan mereka.

Keluarga Zeng meminta untuk menunggu sisa malam di sofa lobi hostel, tetapi ditolak oleh pengelola terkait, yang meminta mereka pergi hingga tiba waktu menginap yang telah dipesan.

Ketika mereka keberatan, staf hostel memanggil polisi, yang di dalam rekaman video menunjukkan keluarga Zheng ditarik keluar oleh dua petugas. Mereka berteriak dalam bahasa Inggris dengan aksen China: "Ini membunuh, ini pembunuhan."

Reaksi di media sosial telah terbagi antara mereka yang mempertanyakan penanganan situasi oleh polisi Swedia, dan mereka yang mengkritik perilaku keluarga Zeng.

Pada satu titik dalam video --direkam oleh pejalan kaki yang lewat-- ketiganya berbaring di trotoar seraya menangis, dan terus menerus berseru minta tolong. Sementara polisi yang berada di sekitarnya tampak kebingungan, tidak tau harus berbuat apa.

Pemerintah China dikabarkan menganggap serius masalah ini. Dua pernyataan telah dikeluarkan oleh Kedutaan Besar China di Stockholm, yang pertama tentang peringatan keselamatan untuk berkunjung ke Swedia, yakni risiko menghadapi insiden yang melibatkan pencurian, perampokan dan perlakuan buruk di tangan polisi Swedia.

Pernyataan kedua menjelaskan bahwa China "sangat terkejut dan marah dengan apa yang terjadi, serta sangat mengutuk perilaku polisi Swedia".

Beijing mengklaim: "Apa yang telah dilakukan polisi (Swedia) telah membahayakan kehidupan dan melanggar hak asasi manusia warga negara China."

Protes resmi telah dibuat kepada pemerintah Swedia, baik di Stockholm maupun di Beijing, dan pemerintah China mengaku "tidak dapat mengerti mengapa pihak Swedia tidak memberi kami penjelasan dengan segera".

Swedia akhirnya mengeluarkan tanggapan resmi, dua hari setelah pernyataan kedutaan besar China dikeluarkan. Stockholm mengatakan mereka mengetahui insiden itu, dan seorang jaksa khusus akan ditunjuk "untuk menentukan apakah polisi benar-benar melakukan kelalaian atau tindakan ilegal".

 

Simak video pilihan berikut:

 

Dituding Berkaitan dengan Dalai Lama

Dalai Lama
Dalai Lama (AFP)

Di lain pihak, sebuah editorial yang diterbitkan pada Minggu malam oleh situs CGTN --yang dikelola pemerintah China-- mengatakan insiden itu meragukan peran yang ditunjuk Swedia sebagai "wasit hak asasi manusia".

"Tindakan polisi menimbulkan pertanyaan atas kemampuan Swedia dalam melindungi hak asasi manusia, dan melakukan penegakan hukum dengan cara yang beradab", tulis salah satu bagian dalam surat protes Beijing ke Stockholm.

Beberapa pengamat di Weibo --situs mikroblog khas China serupa Twitter-- telah menghubungkan eskalasi dramatis dengan fakta bahwa Dalai Lama mengunjungi Swedia minggu lalu.

Pemimpin spiritual Tibet itu masih tinggal di pengasingan di India, dan dipandang oleh Beijing sebagai pihak separatis yang bermusuhan.

"Dalai Lama mengunjungi Swedia dan Kementerian Luar Negeri setempat, menggunakan insiden ini sebagai dalih untuk membuat keributan," tulis seorang pengguna di Weibo, menurut terjemahan The Guardian.

Blogger lain, Ju Baiyu, menulis unggahan di WeChat, yang membandingkan perilaku turis dengan "pembeli egois China", yang melepaskan sepatu mereka dan sengaja tidur di atas ranjang di ruang pamer Ikea.

Seorang juru bicara untuk jaringan Generator Hostels mengatakan perusahaan itu masih bekerja untuk mengetahui secara pasti, apa yang terjadi dalam pertikaian antara tiga turis China, staf hostel dan polisi.

"Prioritas kami adalah memastikan kesehatan dan kesejahteraan seluruh tamu kami, dan sejauh yang kami ketahui, turis China adalah tamu yang telah memesan kamar di cabang kami di Stockholm," kata juru bicara Generator Hostels kepada The Independent.

"Kami ingin mengungkapkan betapa sedihnya kami dengan situasi ini, dan bersedia bekerja dengan kedua belah pihak, para wisatawan dan polisi, untuk mencari tahu apa yang terjadi di sini."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya