Australia Rancang Pembukaan Wisata Tanpa Kewajiban Karantina bagi Negara Tertentu

Dialog tentang rencana pembukaan perjalanan wisata telah dilakukan Australia dengan beberapa negara, seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan beberapa negara Pasifik lainnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Okt 2020, 15:03 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2020, 15:03 WIB
Ilustrasi kota Melbourne, Australia (AFP/Christopher Futcher)
Australia Rencanakan Pembukaan Wisata Tanpa Karantina Wajib Khusus Negara Tertentu (AFP/Christopher Futcher)

Liputan6.com, Jakarta - Australia telah berdialog dengan beberapa negara terkait rencana pembukaan perbatasan dan menerima kembali wisatawan dari luar negeri. Rencana ini dianggap sebagai upaya memulihkan perekonomian dari jurang resesi pertamanya dalam hampir tiga dekade terakhir.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, menyampaikan bahwa pihaknya telah berdialog dengan mitranya di Jepang, Korea Selatan, serta beberapa negara Pasifik Selatan terkait rencana pelonggaran pembatasan perjalanan. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne juga telah berdialog dengan Singapura terkait rencana Australia untuk membuka kembali perjalanan wisata.

 

Melansir Asia One, Selasa (13/10/2020), hal tersebut dilakukan dengan alasan angka penyebaran virus Corona mulai mereda sejak awal Agustus lalu, seperti di Melbourne, Victoria. Namun, rencana ini baru akan diterapkan pada beberapa negara tertentu dengan penanganan kasus COVID-19 yang cukup sukses saja.

"Ada sejumlah negara yang telah berkinerja baik di bidang kesehatan, dan Australia serta negara-negara itu adalah salah satu dari sedikit negara yang memiliki tingkat keberhasilan yang sama," kata Morrison pada konferensi pers yang disiarkan televisi.

Menanggapi hal tersebut, penduduk Selandia Baru sudah diperbolehkan melakukan perjalanan ke beberapa negara bagian Australia mulai Jumat, 16 Oktober 2020. Beberapa tujuan yang diperkenankan adalah ke New South Wales, Canberra, dan wilayah utara Australia. Pendatang pun tidak perlu lagi menjalani karantina mandiri saat berkunjung.

Namun, Morrison juga mengatakan bahwa langkah ini juga diambil dengan tetap berhati-hati, mengingat kasus COVID-19 belum hilang sepenuhnya. "COVID-19 belum ke mana-mana. Itu masih ada. Dan sekarang ini tidak kalah agresif dibandingkan enam bulan yang lalu," ujarnya menambahkan.

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Beberapa Pembatasan Akan Dicabut

Suasana Melbourne saat Pemberlakuan Lockdown
Pellegrinis Cafe dan toko buku The Paperback tutup selama lockdown atau penguncian wilayah di Melbourne, Kamis (6/8/2020). Negara bagian Victoria, hotspot COVID-19 di Australia, melakukan lockdown dan menutup bisnis ritel sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona. (AP Photo/Andy Brownbill)

Australia menutup perbatasannya pada Maret 2020 untuk memperlambat penyebaran virus Corona. Beberapa bulan terakhir mereka terbilang cukup berhasil mengatasi situasi pandemi, dibandingkan dengan negara lainnya. Tetapi, saat ini Australia kembali memasuki gelombang kedua penyebaran virus di negara bagian Victoria, di mana kota Melbourne masih memberlakukan pembatasan yang cukup ketat.

Tercatat ada 19 kasus baru pada hari Minggu lalu, dan 12 di antaranya terjadi di Victoria. Kasus baru tersebut kemudian melaporkan satu kasus kematian, yang mana menjadikan total korban tewas COVID-19 di Australia menjadi 898 orang, lapor Asia One.

Untuk itu, peringanan pembatasan (lockdown) di negara bagian Victoria belum akan dilakukan sepenuhnya. Pemerintah negara bagian itu telah menetapkan perizinan bagi semua toko di Melbourne untuk dibuka kembali, aktivitas makan di luar ruangan dapat dilanjutkan, dan pergerakan yang lebih bebas akan dimulai pada 19 Oktober jika dalam dua minggu rata-rata kasus baru sudah turun di bawah angka 5.

Perdana Menteri Negara Bagian Victoria, Daniel Andrews, mengatakan bahwa hampir tidak mungkin untuk mencapai target tersebut di minggu depan, karena selama ini rata-rata angka kasus mencapai angka 9,3 dalam rentang waktu dua minggu. Namun, ia menambahkan beberapa pembatasan memang akan dicabut.

"Ini tidak akan menjadi langkah besar seperti yang kami harapkan, tetapi (pengurangan pembatasan) ini akan signifikan, dan aturan tersebut akan memungkinkan kami untuk bergerak lebih bebas," kata Andrews. (Brigitta Valencia Bellion)

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker
Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya