Liputan6.com, Jakarta - Keterbatasan bukan penghalang untuk berkarya dan berprestasi. Hal itu sangat diyakini oleh seorang anggota prajurit TNI, Serda Mugiyanto yang kakinya diamputasi.
"Saya memang punya kekurangan, kaki saya satu, tapi saya bisa berdiri di atas kaki sendiri," ucapnya, dilansir dari akun Youtube Kementerian Pertanian, 1 Februari 2021.
Advertisement
Baca Juga
Cerita bermula ketika Serda Mugiyanto mendapat tugas khusus di wilayah Ambon pada 1998. Saat itulah ia terkena ranjau darat hingga kaki kanannya harus diamputasi. Kondisi fisik yang tak lagi sempurna harus diterimanya dengan lapang dada.
Ia menolak menyerah untuk berjuang. Dengan keterbatasan fisik, ia mencari cara untuk tetap bisa produktif. Ia tertarik menanam buah lengkeng kateki di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Lalu, apa yang membuatnya menjadi petani dan menamam lengkeng? "Memang sebelum musibah itu terjadi, saya suka dengan dunia pertanian. Saya seperti merasa hidup kembali setelah keterpurukan yang menimpa saya," terangnya.
Untuk menyalurkan minatnya tersebut, Mugiyanto menyewa lahan milik desa seluas 1,2 hektare dan menanaminya dengan sekitar 250 pohon kelengkeng Kateki pada 2014 lalu. Menurut dia, kelengkeng ini berkualitas unggul dan sudah terdaftar di Kementerian Pertanian RI.
Lengkeng ini juga bisa tumbuh kapan saja tanpa mengenal musim. Selain itu, buahnya relatif besar antara 15,9 hingga 20,7 gram per buah. Daging buahnya juga tebal, bertekstur kering dan renyah, serta kandungan airnya yang rendah alias tidak becek. Buah kelengkeng kateki juga masih layak dimakan walaupun didiamkan di suhu kamar selama 4-5 hari meski tanpa bahan pengawet.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Malu dan Ragu Jadi Petani
Dengan keuletan dan dukungan dari orang-orang sekitarnya, ia bisa mempekerjakan banyak orang. "Alhamdulillah, saat ini bukan hanya kebutuhan yang sudah terpenuhi, bahkan saya juga dapat memberi manfaat kepada warga sekitar Borobudur dalam mengembangkan pupuk organik yang saya gunakan," tuturnya.
Mugiyanto tak hanya mengandalkan panen kelengkengnya untuk memperoleh pendapatan. Dengan konsep Agro Eduwisata, dia mengatakan ada tiga pendapatan lagi yang diperolehnya selain dari berjualan buah.
"Kalau di sini buah tidak ada, saya masih bisa mendapatkan hasil. Bisa dari kunjungan wisata, penjualan benih, lalu edukasinya kita masukkan. Hablumminallah dan Hablumminannas kita masukkan di sini," terang Mugiyanto.
Mugiyanto juga berpesan agar para anak muda tidak malu dan ragu menjadi petani serta jangan takut melangkah dan jangan malu kalau dibilang orang-orang hanya jadi petani.
"Petani itu sangat luar biasa dan kaya sekali. Potensinya besar. Petani penghasilannya bisa ratusan juta rupiah dalam seminggu, atau tiga minggu, itu real dan nyata. Apalagi petani sekarang IQ-nya sangat luar biasa, inovatif, dan memiliki teknologi yang luar biasa. Makanya kita harus berani untuk memulai dan jangan lupa untuk terus berinovasi," pungkas Serda Mugiyanto.
Advertisement