Cerita Akhir Pekan: Setelah Earth Hour, Selanjutnya Apa?

Earth Hour sendiri telah diselenggarakan pada hari Sabtu terakhir di bulan Maret pukul 20.30--21.30 waktu setempat setiap tahunnya.

oleh Asnida Riani diperbarui 27 Mar 2021, 10:29 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2021, 08:30 WIB
Earth Hour 2018, Asian Games 2018, Stadion Utama GBK
Komunitas sepeda membentuk angka 60 untuk memperingati Earth Hour 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (24/3/2018). Earth Hour 2018 menjadikan Stadion Utama GBK sebagai ikon menyambut Asian Games 2018. (Bola.com/Nick Hanoatubun)

Liputan6.com, Jakarta - Bertahun sudah sejak Earth Hour pertama kali diselenggarakan dengan meminta warga Bumi mematikan lampu dan alat elektronik tidak terpakai selama satu jam. Seiring panjang daftar partisipan dari berbagai negara, jangan sampai nyala semangatnya hanya ada di momen selebrasi tersebut. Selepas Earth Hour 2021, selanjutnya apa?

Koordinator Kota Earth Hour Jakarta, Anang, menjelaskan bahwa satu jam peringatan Earth Hour bisa jadi sangat berpengaruh pada gaya hidup sehari-hari.

"Walau sebagian orang masih menganggap enteng, bahkan remeh, tapi bila momentum Switch Off dijadikan gaya hidup, bakal lebih banyak orang menghemat biaya bulanan penggunaan atau pembelian token listrik," katanya melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 26 Maret 2021. 

Patut dimaknai juga dalam logo 60+ pada Earth Hour, sambung Anang, yaitu ini tidak terbatas hanya mematikan lampu dalam satu jam, bahkan bisa dilakukan lebih dari satu jam dalam setiap hari.

"Saya rasa kesadaran juga tidak akan terbangun bila tidak ada keberlanjutan. Dimulai dari diri kita sendiri, kebaikan ini akan tertular pada orang lain," ujarnya.

Narasi senada juga diutarakan Diah R. Sulistiowati selaku Youth and Education Team Leader Yayasan WWF Indonesia. Ia menjelaskan, tujuan kampanye Earth Hour adalah meningkatkan kesadaran dan partisipasi publik dalam upaya mengurangi laju perubahan iklim.

"Jadi, kita tidak hanya fokus pada jumlah listrik yang dihemat, tapi pada peningkatan kesadaran dan pengetahuan publik pada perubahan gaya hidup. Juga, pada upaya menginformasikan pentingnya menjaga alam untuk keselamatan kita semua," Diah menjelaskan melalui pesan elektronik, Jumat, 26 Maret 2021.

Maka itu, selain hemat energi, publik juga didorong mencari lebih banyak pengetahuan dan pemahaman perihal cara menggunakan maupun mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) yang "sangat erat hubungannya dengan perubahan di alam, sehingga harus bisa mengelola SDA dan menggunakannya secara bijak saat ini dan di masa depan."

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Melampaui 60 Menit

Ketika Lampu Stadion Utama GBK Padam pada Peringatan Earth Hour
Sejumlah warga menyalakan lilin berbentuk 60+ pada peringatan Earth Hour 2018 di Jakarta, Sabtu (24/3). Sebanyak 7 ikon kota Jakarta ikut serta dalam peringatan Earth Hour. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menunjang semangat tersebut, Anang mengatakan bahwa pihaknya nyaring mengkampanyekan gaya hidup ramah lingkungan secara virtual. "Kami memberi gambaran-gambaran dampak dari apa yang kita lakukan apabila hidup secara sembrono tanpa memikirkan dampak lingkungan dan membandingkannya dengan gaya hidup ramah lingkungan," tuturnya.

Memantik kesadaran lebih luas, Earth Hour Jakarta juga "melempar" tantangan ke publik untuk memublikasikan cara masing-masing dalam menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. "Reward itulah yang kadang membawa seseorang jadi termotivasi untuk terus menerapkan gaya hidup ramah lingkungan," imbuh Anang.

Dalam memberi stimulus demi melanggengkan semangat Earth Hour, Subkoordinator Bimbingan Teknis Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eko Sudarmawan, mengaku telah melaksanakan berbagai program untuk mengajak masyarakat menerapkan konservasi energi.

"Di antaranya kebijakan penerapan manajemen energi bagi pengguna energi besar, yakni lebih dari enam ribu ton oil equivalen (ToE), pengembangan kompetensi manajer energi dan auditor energi, penerapan standar kinerja energi minimum dan label peralatan efisien energi, serta diseminasi dan sosialisasi peningkatan kesadaran publik terhadap konservasi energi," ia menjelaskan melalui pesan tertulis, Kamis, 25 Maret 2021.

Lebih lanjut, Eko memaparkan, konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri, serta meningkatkan efisiensi pemanfataannya.

"Pengurangan konsumsi energi harus dilakukan dengan cara-cara rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan, atau tanpa mengurangi keselamatan, kenyamanan, dan produktivitas," tegasnya.

Sementara, efisiensi energi dapat diartikan sebagai upaya mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan dalam menggunakan peralatan atau mesin yang mengonsumsi energi untuk mendapatkan hasil yang sama.

"Manajemen energi adalah upaya efisiensi dengan melakukan pengelolaan energi meliputi kerangka kerja dan metode terbaik untuk mengintegrasikan efisiensi energi ke dalam budaya dan pengendalian proses sehari-hari," imbuh Eko.

Komitmen Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Pemerintah siapkan Target Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
Pekerja melakukan pengecekan panel surya di atas gedung di kawasan Jakarta, Senin (31/8/2020). Pemerintah tengah menyiapkan peraturan presiden terkait energi baru terbarukan dan konservasi energi agar target 23 persen bauran energi di Indonesia bisa tercapai pada 2045. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Eko menjelaskan, Indonesia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030 dan 41 persen dengan bantuan internasional.

Sektor energi ditargetkan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 314--398 juta ton CO2 pada tahun 2030 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Peraturan Presiden nomor 22 Tahun 2017 tentang RUEN.

"Hingga tahun 2019, NDC di bidang energi telah mencapai 60,6 juta ton CO2, dicapai dengan upaya penerapan efisiensi energi, pengembangan energi terbarukan, penerapan bahan bakar karbon rendah, dan penggunaan teknologi generasi bersih," ucapnya.

"Untuk mencapai target tersebut, Kementerian ESDM menyempurnakan regulasi yang ada dan menyusun rencana aksi di berbagai sektor, termasuk peningkatan kapasitas dan kegiatan penelitian, serta pengembangan," katanya.

Pihaknya juga tengah mengupayakan metode pengembangan bisnis energi agar dapat mendorong kesiapan industri energi nasional dalam menghadapi pasar global industri 4.0. "Tidak hanya itu, Kementerian ESDM akan berupaya memperbaiki iklim investasi di sektor energi dengan memberi insentif, penyederhanaan regulasi, dan memberi kepastian investasi energi terbarukan," tuturnya.

Earth Hour dan Upaya Menahan Laju Perubahan Iklim

London Eye dan Gedung Parlemen Inggris
London Eye dan Gedung Parlemen Inggris menandai Earth Hour. (sumber: PA)

Diah menyambung, konsumsi energi mayoritas masyarakat memang masih berbasis fosil. Dengan menghemat energi, otomatis mengurangi emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil.

"Tentu saja ada banyak faktor lain yang juga harus dipertimbangkan, seperti pelestarian hutan dan terumbu karang, menjaga lahan gambut dan mangrove, juga upaya inovasi alternatif sumber energi yang ramah lingkungan," paparnya.

Anang mengatakan, Indonesia memilih "Unity in Biodiversity" sebagai tema Earth Hour 2021.

"Dalam tema tersebut, kami berharap kita semua dapat bersatu bersama seluruh unsur kehidupan di Bumi untuk saling menjaga kelestarian lingkungan demi menekan laju perubahan iklim. Dengan persatuan, kita bisa menjaga Bumi yang jadi tempat kita tinggal," tandasnya.

Infografis Hemat Listrik, Kantong Aman Bumi Senang

Infografis
Infografis Hemat Listrik, Kantong Aman Bumi Senang. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya