Liputan6.com, Jakarta - Penyanyi Malaysia, Alena Murang, kembali melanjutkan misinya dalam melestarikan tradisi dan bahasa yang terancam punah di Borneo, Malaysia. Semangat pelestarian ini terekam dalam album solo kedua Alena, Sky Songs.
Dilansir dari laman South China Morning Post, Selasa (27/4/2021), penyanyi Malaysia ini lahir dari ayah asal Kelabit, dataran tinggi Sungai Baram di timur laut Sarawak di Borneo Malaysia dan ibunya seorang Anglo-Italia yang menghabiskan sebagian besar hidupnya meneliti di Kalimantan.
Alena jadi salah satu perempuan yang piawai memainkan sape, alat musik mirip kecapi dari suku Dayak Kalimantan yang secara tradisional dimainkan oleh laki-laki. "Saya mulai (memainkan sape) pada usia 10 tahun," kata Alena.
Advertisement
Baca Juga
"Orang-orang terkejut dan memberi semangat. Saya tidak pernah menemui perlawanan dari para tetua. Kini mereka hanya menolak mengajarkan beberapa lagu dan tradisi dari sistem kepercayaan lama," lanjutnya.
Sementara, Sky Songs adalah album berisi delapan lagu yang didistribusikan oleh label punk-hardcore berbasis di Kuala Lumpur, Tandang Records, dan didukung Dayak Cultural Foundation dan Kementerian Komunikasi dan Multimedia Malaysia.
Album ini sekaligus mengembuskan kehidupan etnik-pop baru ke dalam lagu-lagu leluhur yang diwariskan ke Alena oleh bibi buyutnya yang tinggal di rumah panjang. "Baik pria maupun perempuan dapat mewariskan budaya Kelabit, entah menari, bernyanyi, memperbaiki jala ikan, manik-manik, berburu, menanam padi, maupun bahasanya," kata Alena.
"Tapi, saya pikir, di banyak budaya, perempuan, sebagai ibu dan pengasuh, punya peran penting dalam mewariskan tradisi," tuturnya.
Sky Songs terinspirasi oleh kepercayaan leluhur suku yang dinyanyikan dalam bahasa Kelabit dan Kenyah yang terancam punah di dataran tinggi Kelabit, yakni daerah perbatasan yang terjepit antara Brunei dan Indonesia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Semangat Alena
Alena mengaku selalu merasa dekat dengan lingkungan alam, sungai, dan khusnsya hutan hujan, dan "memandang ke langit sebagai kubah besar yang menopang semua itu."
"Saya menulis banyak lirik ketika saya bepergian dengan pesawat, karena di masa sebelum Covid-19, saya banyak terbang dan itu satu-satunya waktu saya memiliki ruang untuk diri saya sendiri," tambahnya.
Ia telah menghabiskan beberapa tahun terakhir menjalani tur dan melebarkan karier dalam kancah internasional, termasuk di Eropa dan Amerika Tengah. Video musiknya Midang Midang memenangkan Best Styling Award di Festival Video Musik Buenos Aires 2020, di mana ia juga masuk nominasi dalam kategori Video Internasional Terbaik bersama video Madonna.
"Saya benar-benar menulis banyak lirik di langit," katanya.
Sky Songs adalah album pertama yang ia rekam dengan band cadangan, membawa dimensi etnik-pop baru ke dalam musiknya. Perpaduan vokal dan lagu-lagunya selalu didominasi oleh sape, "gitar" suku asli Kalimantan. (Muhammad Thoifur)
Advertisement