Liputan6.com, Jakarta - Toko-toko yang membawa konsep ramah lingkungan mulai bermunculan, salah satunya Tokopong, singkatan dari Toko Kelontong Parongpong. Berbeda dengan toko kelontong konvensional, toko yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat itu menerapkan minim sampah dan ramah lingkungan.
"Jadi, lebih banyak produk-produk bulkstore atau yang curah. Kemudian, produk-produk yang lain pun kemasannya lebih ramah lingkungan. Kami ingin mencoba mengedukasi masyarakat secara tidak langsung," ujar Co-Founder Tokopong, Amiroh Husna Utami, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu sore, 28 Juli 2021.
Advertisement
Baca Juga
Kata Ami, konsumen bisa belanja kebutuhan sehari-hari, seperti bumbu-bumbu, camilan, sampai produk sanitasi. Namun, Tokopong menjual semua itu secara curah. Karenanya, harganya relatif lebih murah dibandingkan dijual dalam kemasan.
"Namun, untuk produk yang kami jual lebih dulu dikurasi, seperti sabun cuci, handsanitizer, kita menggunakan ingredients-nya, yang natural, ramah lingkungan. Kalau dilihat memang tampak lebih mahal dengan yang di pasaran atau marketplace, tapi manfaatnya lebih banyak. Selain, minim sampah, produknya juga lebih ramah lingkungan, serta lebih sehat juga untuk konsumen," urai Ami.
Soal produk yang dijual, Ami mengatakan ada yang diproduksi sendiri, ada juga yang berasal dari UMKM-UMKM yang berada di kawasan Parongpong. Contohnya, berbagai jenis keripik dan bumbu-bumbu. Ada pula bubuk jamu rempah yang disuplai dari Jawa Tengah.
"Ada gula aren yang kami ambil dari Bandung Barat. Kami juga mengambil dari kelompok ibu-ibu yang memproduksi sabun-sabun artisan, ada hand sanitizernya," imbuh Ami. "Kami juga membuat produk kompos dan pupuk cair. Semua itu bahannya diambil dari sampah-sampah yang diolah di Parongpong," ia menerangkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Paling Diminati
Dari banyak produk yang tersedia di Tokopong, Ami menyebut ada beberapa produk yang paling diminati masyarakat. Selain camilan, masyarakat juga banyak yang beli sabun.
"Sekarang banyak yang beli sabun cuci baju. Itu banyak banget yang beli. Selain itu, ada sabun mandi, kami juga menyediakan sampo batang, itu juga sangat bagus penjualannya," tukas Ami.
Karena Tokopong berada di Rumah Stroberi, camilan juga banyak yang minat. Begitu juga dengan bumbu dapur, seperti garam dan kaldu jamur.
Tokopong berdiri sejak 2018 yang dibangun oleh Rendy Aditya Wachid sebagai Founder bersama Siska Nirmala, Nadilah Suci, dan Dina Irawan. Ami diajak bergabung untuk mengembangkan Tokopong pada 2020.
"Dulu itu produksinya sedotan, tumbler, tas belanja yang ramah lingkungan. Kalau sekarang produksi kami lebih variatif, ada makanan, bumbu, sambalnya juga. Sekarang mulai lebih lengkap," imbuh Ami.
Â
Â
Advertisement
Penitipan Sampah
Keberadaan Tokopong, kata Ami, direspons sangat bagus dari masyarakat. Masyarakat sudah mulai melek dan merasa resah dengan belanjaan yang penuh sampah.
"Jadi, mereka memang mencari toko-toko yang konsepnya curah. Karena kami punya program titip sampah setiap weekend, maka hal itu mengundang konsumen untuk datang ke toko. Jadi, selain mereka bisa belanja, mereka juga bisa menitipkan sampah," tutur Ami.
Tokopong memberikan tempat kepada mereka yang bingung sampah yang mereka punya mau dikemanakan. Sampah-sampah tersebut berupa kertas, plastik, dan kaca.
"Awalnya, kami hanya menerima sampah plastik itu yang berbentuk botol. Tapi sekarang, kami kerja sama dengan Rebricks. Jadi, kami menerima juga sampah kantong kresek yang sudah kering dan bersih," ujarnya.
Infografis 7 Tips Aman Belanja di Pasar Saat Pandemi Covid-19
Advertisement