Liputan6.com, Jakarta - Terlepas dari pandemi COVID-19, Badan Pariwisata Nasional Jepang meyakini target 60 juta pengunjung tahunan pada 2030, yang ditetapkan sebelum krisis kesehatan global, masih dapat tercapai. Kurang dari 32 juta pengunjung internasional datang ke Jepang pada 2019.
Namun, melansir SCMP, Selasa (26/10/2021), target itu mungkin tidak semudah yang diyakini Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO). Perlu upaya lebih banyak untuk mendukung industri di luar jalur populer Tokyo, Kyoto, dan Osaka.
Advertisement
"Target audiens kami adalah (pelancong) dunia," kata Kyoji Kuramochi, yang tahun ini ditunjuk sebagai wakil presiden eksekutif JNTO.
Advertisement
Baca Juga
Terlepas dari target ambisiusnya, saat ini, persyaratan karantina mengindikasikan Jepang masih tertutup secara efektif untuk turis asing. Dalam aturan terbaru, mereka yang tiba dari luar negeri perlu dikarantina hingga 10 hari dan check-in melalui aplikasi untuk mengonfirmasi lokasi dan kesehatan mereka.
Namun, kasus domestik tercatat anjlok dalam sebulan terakhir, sementara hampir 70 persen populasinya telah menerima dua dosis vaksin COVID-19. Pemerintah Jepang diprediksi akan mencabut pembatasan bar dan restoran bulan ini.
Disusul dengan pembatasan perjalanan internasional yang diperkirakan berlaku mulai akhir November. "Kami merencanakan kampanye layanan jejaring sosial di pasar internasional yang mengajak orang-orang untuk mengingat Jepang sebagai destinasi wisata, meneruskan momentum Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo," kata Kuramochi.
JNTO sedang merancang strategi jangka panjang guna mendorong turis asing yang telah mengunjungi negara itu untuk kembali dan keluar dari jalur populer. "Kami menggunakan waktu ini (pandemi) untuk mempertimbangkan arah (kunjungan ke destinasi lain) yang harus kami ambil," imbuhnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kesehatan dan Keselamatan sebagai Kunci
Kesehatan dan keselamatan akan jadi elemen kunci lain dari kampanye tersebut, kata Kuramochi. Usai Paralimpiade, keramahan Jepang untuk pelancong yang memiliki keterbatasan fisik juga akan disorot.
Situs web JNTO memberikan informasi tentang fasilitas bebas hambatan telah ditingkatkan di sejumlah tempat, seperti Kuil Agung Ise dan tujuan olahraga musim dingin, Fujimi Kogen. Namun, dalam hal menjaga lingkungan, rencana JNTO tipis pada substansi.
Industri perjalanan sebagian besar sejalan dengan upaya JNTO untuk memenangkan kembali pengunjung. Menurut Hiroshi Sawabe, penasihat Asosiasi Agen Perjalanan Jepang, mereka melihat China, Korea Selatan, Taiwan, dan negara-negara Asia Tenggara sebagai sumber wisatawan potensial.
"Pasar-pasar ini menyumbang lebih dari 75 persen dari total perjalanan masuk ke Jepang sebelum pandemi dan saya yakin akan relatif mudah untuk memberi tahu negara-negara terdekat tentang pemulihan di sektor pariwisata Jepang," katanya.
Advertisement
Sorotan pada Perjalanan Bisnis
Kurun waktu 18 bulan terakhir telah menggarisbawahi industri pentingnya kolaborasi dan koordinasi pada saat krisis, kata Sawabe. Juga, meningkatnya kebutuhan akan kemitraan, dukungan pemerintah, dan pesan bahwa kesehatan dan kebersihan adalah "kenormalan baru."
Namun, Ashley Harvey, manajer umum perusahaan manajemen destinasi Aviareps Jepang, kurang optimistis. "Sebelum pandemi, dunia melihat pertumbuhan pariwisata terbesar secara global, dan itu juga yang terjadi di Jepang," katanya.
"Tapi, pertumbuhan itu banyak berkaitan dengan perjalanan bisnis yang sedang booming, karena pelancong kelas bisnis menyubsidi pelancong kelas rekreasi di bagian belakang pesawat," imbuh Harvey.
Mengingat dunia bisnis telah mengembangkan strategi karena tidak dapat melakukan perjalanan selama 18 bulan terakhir, dan menikmati pengurangan biaya yang dramatis sebagai hasilnya, Harvey mengatakan, tidak dapat diasumsikan bahwa perjalanan bisnis akan bangkit kembali dengan kuat.
Infografis Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah COVID-19
Advertisement