Liputan6.com, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menginisiasi Hari Toleransi Internasional setiap 16 November. Tujuannya sebagai ajakan bagi masyarakat dunia untuk menghormati dan menghargai keberagaman budaya, serta bentuk ekspresi yang dimiliki manusia.
Dengan masih maraknya kasus kekerasan dan intoleransi di berbagai tempat, perayaan ini jadi pengingat bahwa toleransi bukan hanya kewajiban moral, melainkan kebutuhan di tengah keseharian. Salah satu bentuk intoleransi yang masih banyak terjadi adalah perundungan di tempat kerja (workplace bullying).
Advertisement
Baca Juga
Jika dibiarkan, kultur buruk ini dapat memengaruhi kesehatan mental pekerja, serta kinerja dan produktivitas perusahaan. Untuk itu, setiap perusahaan sepatutnya memiliki kebijakan yang mengedepankan kesetaraan dan hak asasi manusia (HAM) guna mempromosikan toleransi dan anti-kekerasan di lingkungan mereka.
Kristy Nelwan, Head of Communications PT Unilever Indonesia, Tbk. mengungkap, di momen Hari Toleransi Internasional, semua pihak berperan dan bertanggung jawab dalam menciptakan dunia yang lebih toleran, termasuk di sektor bisnis. Pihaknya meyakini, bisnis hanya dapat berkembang di tengah masyarakat yang HAM-nya dihormati, dijunjung tinggi, dan dikedepankan.
Hal tersebut sejalan dengan strategi global The Unilever Compass, khususnya pada pilar berkontribusi pada masyarakat yang adil dan inklusif. Dengan begitu, pihaknya bermaksud menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang positif.
"Sebagai perusahaan dengan zero tolerance terhadap salah satu bentuk intoleransi di masyarakat, yaitu aksi workplace bullying, kami ingin bisa saling berbagi mengenai langkah-langkah untuk mencegah dan menindaklanjutinya. Harapannya, bersama-sama kita dapat terus berupaya menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat," ucap Kristy dalam webinar Hari Toleransi Internasional bersama Unilever Indonesia, Senin, 15Â November 2021.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Batasan Bercanda dan Perundungan
Terkait ini, orang sering kali sulit membedakan antara perundung dengan bercandaan. Maksudnya mungkin sekadar bercanda, tapi ternyata masuk kategory bully. Lalu di mana batas antara bully dengan bercanda ini?
Psikolog klinis dari Universitas Indonesia, Pingkan Cynthia Belinda Rumondor, menjelaskan, "Kalau bercanda itu keduanya happy, mereka menertawakan bagaimana lucunya jokes itu. Tapi, kalau bullying, salah satu akan merasa tersakiti, merasa direndahkan."
"Bullying dilakukan sengaja dan berulang-ulang. Misalnya terjadi selama enam bulan hampir setiap hari untuk mengintimidasi atau menyakiti orang lain," tambahnya. Menurut Pingkan, ada tiga hal utama tentang perundungan, yaitu dilakukan dengan sengaja, berulang-ulang, dan ada ketidakseimbangan kekuasaan.
Advertisement
Terlibat dalam Perundungan
Contoh perilaku bullying antara lain menyebarkan gosip, berlaku secara tidak adil, mengejek dan merendahkan, serta sengaja mengisolasi orang. Namun, yang bukan termasuk tindakan negatif ini, yakni satu konflik terjadi sekali dan mutasi berdasarkan kompetensi.
Mereka yang terlibat dalam perundungan antara lain pelaku, saksi: mereka yang melihat, dan target atau orang yang diposisikan lebih rendah. Berbicara target, menurut Pingkan, biasanya merujuk pada "sosok-sosok berbeda dari mayoritas" di mana bullying terjadi.
Soal saksi, bila tak paham cara bertindak yang tepat saat bullying terjadi, mereka cenderung diam. Penyebabnya bisa beragam.
"Ketika semakin banyak yang melihat akhirnya ada semacam rasa berbagi tanggung jawab, yang melihat itu akan tunggu-tungguan siapa yang negur duluan. Saksi ini penting, supaya ia bisa melakukan sesuatu, tapi terkadang ada efek seperti itu," jelas Pingkan.
4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19
Advertisement