Laris Manis Usaha Sepatu Bayi di Kala Pandemi

Pandemi tak menyurutkan semangat orang untuk berbelanja, bahkan penjualan online sepatu bayi turut mengalami peningkatan.

oleh Putu Elmira diperbarui 24 Nov 2021, 04:02 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2021, 04:02 WIB
Ilustrasi Sepatu Bayi
Ilustrasi sepatu bayi. (dok. Unsplash.com/@anyctophile)

Liputan6.com, Jakarta - Potensi berjualan online telah cukup lama dilirik banyak pihak untuk memulai usaha, termasuk bagi pria bernama Asep Soleh Hidayat. Sempat berprofesi sebagai karyawan swasta selama tujuh tahun, ia memberanikan diri merintis toko sepatu bayi, Syalu, pada 2018 setelah mengundurkan diri dari sebuah perusahaan.

"Pada 2016--2018 saya mencoba peruntungan sebagai driver online, saya banyak mendengar dan melihat teman-teman jualan online. Ada rasa penasaran dalam diri untuk mengikuti jejak mereka," kata Asep dalam bincang virtual "Rumpi Bareng Lazada: Terobosan Ekosistem Lazada, Buka Kesempatan Jadi #PahlawanEkonomiDigital", Selasa, 23 November 2021.

Sejak itu, Asep berupaya mencari ilmu dan referensi mengenai cara berjualan online yang baik. Pada Agustus 2018, ia lantas memulai jualan di e-commerce, Lazada. Bukan tanpa alasan pula Asep memilih berjualan sepatu bayi.

"Karena saya tahu ada satu daerah di Bogor yang sepatunya kualitas ekspor. Lalu, orangtua pasti memberikan yang terbaik untuk anaknya. Saya yakin produk laku di pasaran," tambahnya.

Asep mengaku, awalnya jualan sepatu bayi secara online tak lain untuk mencukup kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah buah hati. Namun setelah tiga tahun berjalan, hasil dari usaha jualan sepatu bayi di luar dugaannya.

"Bisnis ini sangat pesat menurut saya. Saya bisa mempekerjakan beberapa karyawan, kerja sama dengan beberapa mitra, dan bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Bahkan, di 2021 toko atau brand saya sudah terdaftar di Lazada Mall," terang Asep.

Tak bisa dipungkiri, masa pandemi turut berdampak pada beragam sektor. Para pelaku usaha mempersiapkan hingga mengantisipasi merujuk pada penjualan yang akan menurun.

"Tapi ternyata, perjualan kami di masa pandemi luar biasa, bahkan mencapai kenaikan omzet hampir 200 persen di masa pandemi," ungkap pengusaha sepatu bayi ini.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Usaha Berkembang

Laris Manis Usaha Sepatu Bayi di Kala Pandemi
Asep Soleh Hidayat, Pemilik Toko Syalu. (dok. Lazada)

Kondisi ini dilihat Asep karena ada berbagai pembatasan berinteraksi di luar rumah atau berbelanja secara offline untuk menekan laju transmisi Covid-19. Masyarakat pun tak banyak yang beralih berbelanja secara online.

"Saat pertama kali usaha, saya hanya ditemani satu perajin. Lalu, berjalannya waktu dari perajin bercerita ke perajin lain dan akhirnya di 2021, saya sudah bekerja sama dengan hampir 10 perajin di daerah tersebut," ungkap Asep.

Ia pun mengaku terbantu dengan berbagai fitur yang dihadirkan di e-commerce tempatnya berjualan, mulai dari gratis biaya kirim, pengadaan voucher, hingga cash on delivery (COD).

"COD menurut saya unik, di masa sekarang orang mulai enggan ke luar, inginnya belanja di rumah, tinggal bayar ke kurir," jelas Asep.


Tantangan hingga Proses Kreatif

Ilustrasi Sepatu Bayi
Ilustrasi sepatu bayi. (dok. Unsplash.com/@luiseandnic)

Tantangan berjualan sepatu bayi dikatakan Asep, ia temui ketika awal merintis usaha karena minimnya pengetahuan mengenai berjualan. Kala itu, ia juga pernah dikomplain pelanggan karena alas sepatu licin hingga ia berupaya memperbaikinya.

"Dulu saya mengoperasikan toko berdua sama istri, mulai dari upload produk, balas chat, semua dilakukan berdua. Jadi, kesalahan kirim pasti ada, kendala di awal usaha, sekarang minim karena timnya sudah banyak," tutur Asep.

Asep menambahkan produk di Syalu maksimal untuk anak berusia dua tahun. "Karena sepatu anak umur dua tahun tidak perlu sangat mahal karena perubahan size kaki itu akan cepat tumbuh besar. Jadi, anak pakai 1--2 bulan sudah ganti. Perputaran sepatu bayi akan terus berkembang cepat, jadi saya hanya mematok sampai ukuran dua tahun paling besar," jelasnya.

Soal desain, model, hingga pemilihan warna sepatu, Asep terbantu dengan hobi istrinya yang suka berbelanja online dan mengetahui model yang tengah jadi tren. "Saya hanya eksekusi, kalau pemilihan model biasanya istri dan perajin, istri usul dan dikerjakan perajin," ungkapnya.

"Lalu proses pengerjaan contoh dikerjakan sama perajin, kalau lolos hasil bagus, baru produksi massal," tutupnya.


Infografis Eksistensi Sepatu Lokal di Tanah Air

Infografis Eksistensi Sepatu Lokal di Tanah Air.
Infografis Eksistensi Sepatu Lokal di Tanah Air. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya