Terungkap Alasan Kenaikan Bertahap Harga Produk Chanel

Dalam beberapa bulan terakhir, Chanel telah jadi berita utama untuk kenaikan harga secara bertahap pada beberapa barang yang paling didambakan.

oleh Asnida Riani diperbarui 19 Des 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Des 2021, 10:00 WIB
Kate Middleton
Detail tas yang dibawa Duchess of Cambridge, Kate Middleton saat mengunjungi Natural History Museum di London, Rabu (9/10/2019). Tas Chanel bergaya klasik itu seharga 3.00 pound sterling atau hampir mencapai 50jutaan. (AP Photo/Kirsty Wigglesworth, pool)

Liputan6.com, Jakarta - Chanel tercatat telah bangkit kembali setelah dikalahkan pandemi tahun lalu. Seperti merek lain yang menawarkan desain abadi dan "barang investasi," merek ini diuntungkan oleh keinginan konsumen untuk membeli lebih sedikit, tapi degan kualitas lebih baik.

"Produk selalu jadi inti dari merek kami," kata Bruno Pavlovsky, presiden fesyen rumah mode Prancis tersebut, dikutip dari SCMP, Minggu (19/12/2021). "Anda bisa melupakan gambar dan hanya fokus pada produk."

Bersamaan dengan koleksi haute couture yang diperhalus, rangkaian Métiers d'Art, yang telah ditampilkan di lokasi-lokasi seperti Dallas, Edinburgh, dan Roma, adalah puncak komitmen Chanel terhadap apa yang disebut Pavlovsky sebagai "kemewahan tertinggi."

Ia menyebut, "Ada sesuatu yang sangat kuat dan autentik tentang produk kami dan itu membuat perbedaan besar dalam cara kami melibatkan pelanggan. Mengapa koleksi Métiers d'Art selalu sukses? Itu karena pelanggan kami merasakan hubungan dengan koleksi dan maknanya."

Koneksi itu, bagaimanapun, hadir bersama label harga yang semakin mahal. Dalam beberapa bulan terakhir, Chanel telah jadi berita utama untuk kenaikan harga bertahap pada beberapa barang yang paling didambakan seperti tas 2.55. Pihaknya bahkan membatasi jumlah tas yang dapat dibeli pelanggan di pasar utama seperti Korea Selatan.

Pavlovsky mengaitkan kenaikan ini dengan gangguan yang memengaruhi rantai pasokan global akibat pandemi. "Bahan baku semakin mahal dan biaya meningkat, dan kami terpengaruh oleh itu dan tidak punya pilihan," katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Situasi Global?

Mengapa Warga Korea Selatan Hanya Boleh Belanja 1 Tas Chanel per Tahun?
Ilustrasi tas Chanel. (dok. Laura Chouette/Unsplash)

Pavlovsky mengatakan, "Jika ingin tetap jadi merek mewah tertinggi, kami harus menawarkan yang terbaik pada pelanggan kami, dan yang terbaik semakin mahal. Saya pikir kenaikan akan terus terjadi bukan karena Chanel, tapi situasi global. Kami ingin menawarkan kreasi terbaik pada pelanggan kami, jadi ya, itu mahal."

Ia menambahkan bahwa Chanel telah mengakuisisi pemasok di Prancis dan Italia untuk menjamin kualitas tertinggi, juga mengontrol seluruh proses produksi. Bahkan pada puncak pandemi, merek tersebut terus mengirimkan banyak koleksinya.

Itu dilakukan tidak hanya untuk memenuhi permintaan pelanggan, tapi juga memastikan pemasok utamanya bisa bertahan di tengah pembatalan pesanan dari merek lain. Pandemi telah membuat Chanel semakin eksklusif, tapi Pavlovsky tidak percaya ini adalah hal yang buruk.

Ia menghubungkan peningkatan fokus Chanel atas kemewahan dengan komitmennya terhadap keberlanjutan. "Terkadang ada perasaan kelangkaan di butik kami," katanya.

"Tapi itu karena kami menjual semua persediaan dan tidak memproduksi terlalu banyak. Setiap produk memiliki peran bermacam-macam. Pertanyaannya untuk 10 tahun ke depan adalah menggabungkan pertumbuhan dan keberlanjutan. Tidak mungkin mengurangi ukuran bisnis, tapi kami harus memantau pertumbuhannya," urainya.


Perihal Pasar Barang Bekas

Chanel 2020/21 Métiers d’art Collection
Chanel 2020/21 Métiers d’art Collection. (doc. Chanel)

Chanel telah jadi outlier dalam konteks penjualan produk bekas. Isu ini sebenarnya bukan kali pertama menyambangi sederet merek mewah. Namun baru-baru ini, label seperti Gucci dan Louis Vuitton, jadi lebih nyaman dengan gagasan bahwa produk mereka memiliki kehidupan baru di pasar barang bekas.

"Bukan tugas kami untuk mempromosikan barang bekas, tapi menawarkan pengalaman terbaik pada pelanggan kami," kata Pavlovsky.

Ia menambahkan, merek tersebut malah memiliki program baru, Chanel & Moi. Layanan ini memungkinkan pelanggan memperbaiki tas yang diturunkan oleh ibu atau nenek mereka secara gratis, dan merupakan bukti nilai "transmisi" di Chanel.


Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion
Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya