Kebutuhan Kontrasepsi 18 Persen Warga Belum Terlayani, Kehamilan Tak Diinginkan Meningkat 17 Persen

BKKBN menyebut alat kontrasepsi berguna untuk menjaga kesehatan reproduksi, terutama kaum perempuan.

oleh Putu Elmira diperbarui 15 Feb 2022, 03:01 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2022, 03:01 WIB
Ilustrasi Kehamilan
Ilustrasi kehamilan. (dok. Unsplash.com/@by_syeoni)

Liputan6.com, Jakarta - Masa pandemi Covid-19 turut berimbas dalam pelaksanaan layanan akses masyarakat terhadap alat kontrasepsi. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) menyebut kondisi ini terbukti dengan angka unmet need (kebutuhan Keluarga Berencana yang belum terpenuhi) meningkat.

"Mereka yang sebetulnya harus dilayani, tapi masih belum terlayani itu meningkat 18 persen. Ini kita lakukan terobosan baru, BKKBN melakukan macam ragam cara yang kita tempuh, seperti mendistribusikan alat kontrasepsi sampai ke end user dipermudah," kata dr. Hasto dalam konferensi pers virtual - Durex BKKBN IBI Klikdokter dan KlikKB "Pentingnya Peran Kontrasepsi Modern Untuk Menyukseskan Program Keluarga Berencana dan Meningkatkan Kesehatan Reproduksi", Senin (14/2/2022).

Upaya lainnya, sambung dia, adalah dengan mempermudah anggaran hingga melibatkan sumber daya manusia sebanyak-banyaknya, termasuk bidan. Meski Kehamilan tak diinginkan (KTD) kenaikannya tidak terlalu signifikan, yakni sekitar 17 persen, Hasto menyebut angka unmet need yang meningkat begitu menggelisahkan.

"Karena unmet need meningkat, KTD itu menimbulkan problema di tengah keluarga. Kita juga mendapat tugas mencegah stunting diperhatikan betul sejak dalam kandungan," lanjutnya.

Salah satu tugas besar BKKBN, dikatakan Hasto, pihaknya memiliki target kira-kira 70 per 100 ribu kelahiran hidup. "Sementara sekarang ini kalau menggunakan basic data di 2015 masih 305 per 100 ribu kelahiran hidup, ingin menurunkan menuju 70 untuk penurunan sekitar sembilan persen setahun," tambahnya.

Diakui dr. Hasto, target tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pihaknya. "Meski di 2024 kita targetkan 183 per 100 ribu kelahiran hidup sudah bagus," ungkap dr. Hasto.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Peranan Penting Kontrasepsi

Ilustrasi Kehamilan
Ilustrasi kehamilan. (dok. Unsplash.com/@annaelise)

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Eni Gustina, MPH, menyebut berdasarkan penyebab kematian ibu, kematian bayi, masih tingginya stunting salah satunya ditunjang oleh pelayanan kesehatan masyarakat. "Kontribusinya hanya 20 persen," kata dr. Eni.

"Justru yang paling tinggi kontribusi dari lingkungan dan salah satunya dari pengetahuan ibu," tambahnya.

Ia berharap masyarakat lebih banyak mendapatkan informasi-informasi pelayanan terkait Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi. dr. Eni menambahkan salah satu upaya BKKBN untuk mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah dengan kontribusi pemakaian kontrasepsi.

"Karena kontrasepsi bukan hanya untuk mencegah kehamilan atau membatasi kelahiran anak, tapi betul-betul masyarakat mengetahui, memahami, dan juga menggunakan kontrasepsi sebagai salah satu hak mereka untuk menjaga kesehatan reproduksinya," kata dr. Eni.

Ia menjelaskan dengan penggunaan kontrasepsi tidak hanya dapat membatasi kehamilan, tetapi juga mengatur jarak usia anak hingga dapat merencanakan setiap kehamilan. "Sehingga akan lahirlah anak-anak yang berkualitas, anak-anak tanpa risiko stunting dan meningkatkan sumber daya manusia di masa yang akan datang," terangnya.

Perencanaan Keluarga dari Sisi Psikologi

Ilustrasi pasangan cinta, romantis
Ilustrasi pasangan. (Photo by Alex Iby on Unsplash)

Psikolog klinis Inez Kristanti menyampaikan perencanaan keluarga dan kehamilan merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri. Keduanya perlu menghayati dan bertanya pada diri sendiri terkait pemahaman atau bahkan menjadi orangtua.

"Misalnya, mengapa ingin punya anak, kenapa rencananya punya anak, supaya kita bisa menghayati peran orangtua sebagai sesuatu yang lebih bertanggung jawab," ungkap Inez.

Pasangan suami istri penting memahami peranan yang setara dalam proses kehamilan dan parenting. "Karena walaupun kehamilan itu yang menjalani istri, tetapi tanggung jawabnya berdua dan parenting dilakukan berdua sehingga penghayatan bahwa kita satu tim yang bisa bekerja sama itu sangat penting," terangnya.

Sebelum merencanakan kehamilan, dikatakan Inez, suami istri perlu mengetahui perubahan-perubahan apa yang diekspektasikan saat menjalani kehamilan dan setelah kelahiran. Hal ini dikarenakan pasangan biasanya menjalani perubahan dan akan lebih mudah atau tidak terlalu berisiko ketika mereka telah memiliki pemahaman yang baik terkait ekspektasinya.

"Ini sangat penting, yaitu kemampuan komunikasi dan penyelesaian konflik karena kalau misalnya kita merencanakan keluarga sangat dibutuhkan kerja sama sebagai tim, kemudian di perjalanannya ada hal-hal yang bisa menimbulkan konflik. Konflik itu tidak apa-apa, tetapi yang bisa diselesaikan secara sehat bersama-sama," tuturnya.

Terakhir, dikatakan Inez, pasangan juga perlu manajemen ekspektasi yang berarti jika kenyataan tidak sesuai dengan rencana, pasangan tahu harus berbuat apa dan bagaimana mereka saling mendukung. "Di situ kemampuan dan kedewasaan si pasangan diuji, tetapi tidak perlu khawatir karena dengan mempersiapkan diri secara psikologis itu semua bisa diantisipasi," kata Inez.

Infografis Ibu Hamil Sudah Bisa Dapatkan Vaksin Covid-19

Infografis Ibu Hamil Sudah Bisa Dapatkan Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Ibu Hamil Sudah Bisa Dapatkan Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya