Liputan6.com, Jakarta Raja Ampat adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Waisai. Kabupaten ini memiliki 610 pulau, termasuk kepulauan Raja Ampat. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar.
Dari seluruh pulau hanya 35 pulau yang berpenghuni sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama. Kabupaten ini memiliki total luas 67.379,60 km persegi dengan rincian luas daratan 7.559,60 km persegi dan luas lautan 59.820,00 km persegi. Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat adalah 93.918 orang pada 2019.
Raja Ampat sangat memperhatikan kelestarian alamnya, salah satu cara mereka menjaganya adalah dengan tidak membiarkan setiap orang bebas berkunjung ke pulau Raja Ampat. Jumlahnya pun dibatasi dalam waktu tertentu. Karena memang kecintaan masyarakat Raja Ampat sangat luar biasa, mereka akan melakukan apa aja demi menjaga keindahan pulau tempat tinggal mereka.
Advertisement
Baca Juga
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Raja Ampat. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Raja Ampat yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
1. Sejarah Raja Ampat
Konon, suatu hari seorang perempuan menemukan tujuh telur, empat di antaranya berubah menjadi pangeran dan tiga sisanya menjadi seorang perempuan, hantu dan sebuah batu. Empat pangeran tadi berpisah lalu masing-masing berkuasa di Waigeo, Salawati, Batanta dan Misool.
Dari sisi sejarah, Kepulauan Raja Ampat di abad ke-15 merupakan bagian dari kekuasaan Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berpusat di Kepulauan Maluku. Untuk menjalankan pemerintahannya, Kesultanan Tidore menunjuk empat orang Raja lokal untuk berkuasa di pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool. Istilah empat orang Raja dalam yang memerintah di gugusan kepulauan itulah yang menjadi awal dari nama Raja Ampat.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Penemu Raja Ampat
Setiap daerah atau wilayah biasanya ada seorang penemu di baliknya, begitu pun Kepulauan Raja Ampat. Surga wisata yang satu ini ternyata bukan ditemukan oleh orang Indonesia, melainkan oleh orang berkebangsaan Belanda di 1900, yakni Max Ammer.
Ia membawa temannya yang merupakan ahli perikanan, Gerry Allen untuk meneliti lebih lanjut mengenai pulau yang ditemukannya itu. Di Kepulauan Raja Ampat, mereka meneliti dan menemukan bahwa terdapat banyak sekali bangkai pesawat akibat sisa-sisa Perang Dunia Kedua. Ini merupakan fakta mengejutkan dari Pulau Raja Ampat selain dari segi wisatanya, karena ternyata Raja Ampat juga memiliki sejarah yang sangat tidak terduga.
Advertisement
3. Geografi Raja Ampat
Kabupaten Raja Ampat terdiri dari kurang lebih 600 buah pulau besar dan kecil. Yang termasuk ke dalam pulau besar di antaranya adalah Pulau Salawati; Pulau Butanta; Pulau Misool dan Pulau Waigeo yang merupakan pulau non vulkanik, berbukit-bukit yang sebagian besar ditutupi oleh hutan hujan tropis yang lebat. Sedangkan pulau-pulau kecil yang tersebar di antara pulau besar tersebut ada yang merupakan pulau karang dan pulau non vulkanik yang banyak ditumbuhi oleh pohon kelapa dan semak belukar.
Kabupaten Raja Ampat memiliki wilayah daratan yang relatif tidak besar dan pada umumnya topografi daerahnya didominasi oleh wilayah perbukitan yang masih dipenuhi dengan hutan alami. Sedangkan wilayah pesisir pantai memiliki karakteristik yang beragam seperti pantai landai berpasir hitam, pantai landai berpasir putih dengan terumbu karang yang sudah rusak sampai dengan yang masih perawan, pantai dalam dan hutan mangrove. Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Batanta dan Pulau Misool merupakan pulau non-vulkanik yang berbukit-bukit dan sebagian besar masih ditutupi oleh hutan hujan tropis yang cukup lebat.
4. Budaya Tradisional
Raja Ampat memiliki beragam budaya yang menjadi ciri khas kabupaten ini, salah satunya adalah Tradisi Wala, sebuah tradisi lisan berupa nyanyian yang dibawakan bersamaan dengan gerakan tarian, Tradisi Wala dikenal oleh Suku Matbat, yang merupakan suku asli dari pulau Misool dan tradisi Wala hanya digelar pada acara tertentu saja.
Penduduk di Misool secara umum mengenal Tradisi Wala. Mereka menyebutnya sebagai 'lan batan o' atau lagu tanah, yang menceritakan tentang asal usul 'Batan Me' atau lahirnya komunitas di pulau Misool dan persebaran kehidupan masyarakat suku Matbat.
Tradisi ini sempat hampir punah, karena tidak dipelihara oleh penduduk lokal. Namun, pada 8 Oktober 2019, tradisi Wala diakui sebagai budaya nasional dan telah dituangkan dalam bentuk sertifikat yang ditandangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Effendy Muhadjir, di Jakarta.
Advertisement
5. Kuliner khas Raja Ampat
Ada beragam kuliner khas Kabupaten Raja Ampat, salah satunya adalah Cacing Laut. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah luar Papua mungkin menganggap makanan ini menggelikan. Namun bagi masyarakat Papua terutama Raja Ampat, cacing laut justru menjadi makanan atau camilan sehari-hari.
Proses pengolahannya pun tidak langsung digoreng begitu saja, namun melalui langkah-langkah tertentu. Selain itu ada Ulat Sagu yang juga bisa ditemukan di daerah lainnya di Papua. Biasanya, ulat sagu dibakar seperti satai. Jika diolah seperti itu, teksturnya saat matang mirip dengan sosis bakar. Bumbunya bisa macam-macam, seperti rica-rica atau balado, bahkan bisa juga dibuat pepes. Makanan khas lainnya dari Raja Ampat adalah Baha-Baha, Gani Nu, Habo Kon, Ikan Bakar Manokrawi, Ikan Bungkus Papua dan Papeda Ikan Kuah Kuning.
6. Wisata Raja Ampat
Raja Ampat terletak di bagian barat Papua dan memiliki luas kurang lebih 4,6 juta hektare. Raja Ampat merupakan surga wisata yang berada di wilayah Indonesia timur. Menurut laporan dari The Nature Conservancy and Conservation Internasional, ada kurang lebih 75 persen spesies karang dunia di kepulauan ini.
Selain itu, Raja Ampat juga memiliki 1.318 jenis ikan, 699 moluska, dan 547 terumbu karang. Kepulauan ini diketahui berada di jantung Segitiga Terumbu Karang Dunia. Arus laut dalam yang kuat membawa banyak nutrisi di perairan ini hingga ke hutan bakau, danau air asin, dan hamparan padang lamuan.
Kepulauan ini memiliki terumbu karang yang sangat melimpah. Keindahan bawah laut Raja Ampat membuat banyak orang ingin menyaksikan langsung dengan cara menyelam ke dalam lautan. Kebanyakan wisatawan yang datang ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam.
Untuk yang bukan penyelam ada sejumlah pantai berpasir putih, gugusan pulau karst dan flora dan fauna endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih Wilson, maleo waigeo, beraneka burung kakatua dan nuri, kuskus waigeo, serta beragam jenis anggrek. Wisata bahari Raja Ampat pernah tercatat sebagai situs selam atau diving terbaik dunia tahun 2015 dan 2017 versi CNN.
Advertisement