Singapura Gelar Pemilu pada 3 Mei 2024 di Tengah Prospek Ekonomi Suram

Proses pemilu Singapura dimulai dengan pembubaran Parlemen oleh presiden atas saran perdana menteri.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 16 Apr 2025, 07:15 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2025, 07:14 WIB
Ilustrasi pemilu.
Ilustrasi pemilu. (Dok. Element5 Digital/Unsplash)... Selengkapnya

Liputan6.com, Singapura - Singapura akan menggelar pemilu ke-14 pada 3 Mei mendatang, setelah Presiden Tharman Shanmugaratnam membubarkan parlemen pada Selasa (15/4/2025).

Hari Pencalonan atau Nomination Day, di mana para calon anggota parlemen yang ingin maju secara resmi mendaftarkan diri, akan dilaksanakan pada 23 April.

Ini akan menjadi kontes pemilu pertama bagi Perdana Menteri Lawrence Wong, yang dilantik pada Mei lalu, sekaligus ujian bagi tim kepemimpinan generasi keempat (4G) Singapura. Wong ditetapkan sebagai Sekretaris-Jenderal Partai Aksi Rakyat (PAP) yang berkuasa pada Desember 2024, menggantikan Lee Hsien Loong.

Hari Pencalonan menandai dimulainya masa kampanye selama sembilan hari. Kampanye berakhir pada 1 Mei, bertepatan dengan Hari Buruh saat para pemimpin serikat pekerja dan mitra tripartit berkumpul dalam acara besar, termasuk pidato perdana menteri.

Esoknya, 2 Mei, adalah Hari Tenang untuk memberi waktu bagi pemilih merenung dan mempertimbangkan isu-isu kunci sebelum memutuskan pilihan.

"Menurut undang-undang, Hari pemungutan suara dalam pemilu adalah hari libur. Setiap pemberi kerja wajib memberi waktu yang memadai bagi karyawan yang terdaftar sebagai pemilih," jelas Departemen Pemilu pada Selasa seperti dikutip dari CNA.

Parlemen ke-14 Singapura yang dimulai pada 24 Agustus 2020 menjadi masa bakti terpanjang kedua dalam sejarah negara itu, berjalan selama empat tahun delapan bulan. Parlemen ini juga mengakhiri masa jabatannya dengan jumlah kursi kosong terbanyak sejak kemerdekaan, setelah enam anggota parlemen mengundurkan diri karena berbagai alasan.

Dalam sistem Singapura, menteri kabinet tidak melepaskan jabatan setelah pembubaran parlemen dan tetap menjalankan tugas hingga sidang pertama parlemen berikutnya.

Pesan PM Wong

Lawrence Wong.
PM Singapura Lawrence Wong. (Dok. AP)... Selengkapnya

Pemilu digelar di tengah prospek ekonomi suram akibat tarif impor Amerika Serikat (AS) yang mengancam aktivitas perdagangan Singapura. Pemerintah bahkan sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 menjadi 0 persen-2 persen, dari sebelumnya 1 persen-3 persen.

Wong sebelumnya menyatakan tarif dasar 10 persen yang dikenakan AS tidak terbuka untuk negosiasi dan memperingatkan risiko PHK massal jika perusahaan memilih relokasi ke AS.

"Kita sedang menyaksikan perubahan mendalam di dunia. Situasi global semakin tidak pasti, tidak stabil, dan bahkan kacau. Kondisi yang mendukung kesuksesan Singapura selama puluhan tahun mungkin tak lagi berlaku," tulis Wong di media sosial.

"Karena itulah saya memutuskan menggelar pemilu ini. Pada momen kritis ini, rakyat Singapura harus memilih tim yang akan memimpin negeri kita dan merancang jalan ke depan bersama."

Sistem Pemilu Singapura

Ilustrasi Singapura
Ilustrasi Singapura (AP/Wong Maye-E)... Selengkapnya

Dalam Pemilu Singapura yang akan dipilih adalah wakil rakyat untuk duduk di parlemen. Ada dua jenis kursi yang diperebutkan:

  • GRC (Group Representation Constituency): Pemilih memilih satu tim (biasanya 3–6 orang) dari partai yang sama. Tim yang menang akan mengisi semua kursi di GRC tersebut.
  • SMC (Single Member Constituency): Pemilih memilih satu individu sebagai wakil mereka.

Total 97 kursi diperebutkan di 33 konstituensi, dengan rincian 18 GRC & 15 SMC. 

Singapura menggunakan sistem "pemenang undi terbanyak", di mana kandidat atau kelompok kandidat yang mendapat suara terbanyak di suatu daerah pemilihan langsung memenangkan kursi, tanpa perlu mayoritas mutlak.

Partai yang memenangkan mayoritas kursi di parlemen akan membentuk pemerintah.

Pemilu Singapura 2020 mencatat dua perkembangan penting: meskipun Partai Aksi Rakyat (PAP) tetap dominan dengan meraih 61,24 persen suara dan 83 dari 93 kursi, oposisi melalui Partai Buruh (WP) berhasil memperluas pengaruh dengan merebut GRC Sengkang sebagai wilayah keduanya setelah Aljunied, sekaligus mempertahankan basis yang ada.

Kemenangan tersebut membuat Ketua WP Pritam Singh secara resmi ditetapkan sebagai Pemimpin Oposisi (Leader of the Opposition) pertama dalam sejarah Singapura, dengan hak-hak khusus yang menguatkan peran oposisi dalam parlemen. Hasil pemilu ini menunjukkan bahwa meski sistem politik masih didominasi PAP, ruang bagi oposisi mulai terbuka lebar, menandai potensi perubahan dalam lanskap politik Singapura yang tradisionalnya sangat terpusat pada satu partai.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya