Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa tragis yang menimpa seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) baru-baru ini menyisakan duka mendalam sekaligus menyulut berbagai pertanyaan di tengah masyarakat.
Mahasiswa UGM yang sebelumnya dilaporkan hilang itu ditemukan dalam kondisi tak bernyawa setelah sempat menghilang selama tiga pekan.
Advertisement
Dalam suasana yang diliputi rasa kehilangan dan keprihatinan, muncul berbagai spekulasi mengenai penyebab kepergiannya. Mulai dari kemungkinan kecelakaan tunggal, hingga hal-hal yang bersifat gaib.
Advertisement
Baca Juga
Tidak sedikit yang kemudian mengaitkannya dengan keberadaan makhluk halus, jin, atau entitas gaib lain yang sering kali menjadi bagian dari cerita mistis di masyarakat.
Lantas, apakah benar jin memiliki kekuatan untuk mencelakakan bahkan menyebakan kematian bagi manusia? Dalam kajiannya, Ustadz Maulana menyebutkan sejatinya jin tidak dapat mencelakakan atau menyebabkan kematian seseorang.
"Kalau berbicara bisa enggak mereka? Tidak bisa sebenarnya, secara langsung tidak bisa. Tapi harus melalui perantara dan sebagainya," ujar beliau dikutip dari YouTube TRANS TV Official.
Saksikan Video Pilihan ini:
Sifat Dasar Jin dan Potensi Bahayanya
Salah satu bentuk gangguan jin terhadap manusia bukan melalui keterlibatan fisik secara langsung, melainkan dengan cara memengaruhi fokus atau pikiran seseorang. Contohnya, seseorang yang sedang menyetir bisa mengalami kecelakaan akibat kehilangan konsentrasi.
"Nah untuk mengganggu seseorang mungkin orang lagi nyetir bisa jadi kecelakaan, karena apa? Blank, bank ya," jelas Ustadz Maulana.
Jin hanya bisa membahayakan secara fisik jika mereka mengubah wujudnya menjadi kasar, atau tampak nyata di alam manusia. Namun, dalam kondisi ini, justru mereka menjadi rentan, karena telah masuk ke dalam dimensi manusia.
"Jin itu kan makhluk gaib, nah bisa nggak membahayakan? Ndak mungkin karena dia halus, sementara kita kasar. Nah kapan dia jadi kasar, maka kita jadi kasar, maka bisa dibunuh ya," sambungnya.
"Justru dia bisa dibunuh, bisa dicelakakan karena dia merubah posisi halusnya menjadi kasar, sementara kita adalah 'Inni ja'ilun fil ardhi khalifah' menjadi khalifah," pungkasya.
Advertisement
Bacaan Doa Berkendara
Dikutip dari laman NU Online sebagai salah satu upaya perlindungan selama berekendara, Imam Nawawi mengutip riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan An-Nasai dari Sayyidina Ali ra menganjurkan membaca sejumlah doa berikut:
1. Bismillah.
2. Kemudian membaca doa berikut:
الحَمْدُ للهِ/سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
Alhamdulillāhilladzī/subhānalladzī sakhkhara lanā hādzā wa mā kunnā lahū muqrinīna, wa innā ilā rabbinā lamunqalibūna.
Artinya: “Segala puji bagi Allah/maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami. Padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sungguh, kami akan kembali kepada Tuhan kami.”
3. Alhamdulillāh (3 kali).
4. Allāhu akbar (3 kali).
5. Kemudian membaca doa berikut:
سُبْحَانَكَ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْ لِى فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
Subhānaka innī zhalamtu nafsī faghfirlī fa innahū lā yaghfiruz dzunūba illā anta.
Artinya: “Maha suci Engkau, sungguh aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sungguh, tidak ada yang mengampuni dosa selain Engkau.”
