Uniknya Paket Wisata Kumpul Kebo di Kabupaten Semarang

Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang sendiri memiliki total dua desa wisata yang potensinya telah dinilai mumpuni.

oleh Asnida Riani diperbarui 01 Apr 2022, 13:04 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2022, 13:02 WIB
Camp coffee di Kampoeng Kopi Banaran, Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Camp coffee di Kampoeng Kopi Banaran, Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Semarang - Sekarang sudah banyak paket wisata unik yang bisa dipilih pelancong. Salah satu yang menarik ada di Kabupaten Semarang, tepatnya di Desa Wisata Lerep, Ungaran Barat.

Bagaimana tidak, pihaknya menggagas paket wisata kumpul kebo. "Ini jangan diartikan secara istilah, namun harfiah," kata Heru Subroto, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Jawa Tengah ketika ditemui di acara media tour Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) di Kampoeng Kopi Banaran, Bawen, Kabupaten Semarang, Rabu, 30 Maret 2022.

Lebih lanjut ia mengatakan, paket wisata ini akan memugkinkan pengunjung melihat kerbau membajak sawah, juga tahap-tahap lain dalam bertani. Ini termasuk bercocok tanam, mengolah tanah, serta menanam padi.

Heru menjelaskan, pengunjung juga nantinya akan disajikan atraksi budaya dan kerajinan lokal. Selain itu, ada pula embung sebagai salah satu daya tarik di sini. "Ada juga homestay (yang dikelola warga lokal)," tuturnya. "Total ada 70 desa wisata di Kabupaten Semarang,” ucapnya. “Tapi, yang mumpuni baru dua, yang lain masih rintisan."

Selain Desa Wisata Lerep, desa wisata lain yang telah dianggap pantas untuk dikunjungi adalah Desa Wisata Patemon, Tengaran. "Kalau di sana, salah satu pengembangan wisatanya adalah lomba membuat gazebo antar RT," Heru bercerita.

"Melihat ini, yang mana salah satu kreasi gazebonya ditawar (Rp)20 juta, saya menyadari tingginya potensi swadaya masyarakat," ia menyambung.

Melihat tren pariwisata tahun ini, Heru menilai pengembangan desa wisata punya peran krusial. Terkait ini, pihaknya mengklaim telah melakukan pembinaandan penilaian terhadap para rintisan desa wisata.

"Pantas enggak (untuk ditetapkan sebagai desa wisata), dan kami punya indikator internal dalam menentukan hal itu. Kemudian, regulasi dengan mengeluaran SK (Surat Keputusan) Bupati untuk mengembangkan ekistensi desa wisata," ia mengutarakan. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pembinaan UMKM di Desa Wisata

Pemandangan dari Skyview di Kampoeng Kopi Banaran, Bawen, Kabupaten Semarang
Pemandangan dari Skyview di Kampoeng Kopi Banaran, Bawen, Kabupaten Semarang. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Heru juga mengatakan bahwa pihaknya melakukan pembinaan pada kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat. Juga, mendorong pengembangan Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Semarang secara keseluruhan.

Terkait upaya meningkatkan kunjungan wisata, Heru menyebut penting untuk memahami tren dan punya trik tertentu. "Pertama, orang lebih senang wisata di luar terbuka," tuturnya.

Menangkap Tren Pariwisata

Skyview Kampung Kopi Banaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Skyview Kampung Kopi Banaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Tren berwisata di ruang terbuka, Heru mengatakan, jadi suatu peluang untuk Kabupaten Semarang. Pasalnya, di samping desa wisata, pihaknya punya banyak tawaran destinasi wisata alam, seperti Candi Gedong Songo dan Bukit Cinta.

"Tapi, (walau wisata luar ruang) harus tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat," ia menegaskan.

Kemudian, pariwisata sekarang bertitik berat pada fasilitas wisata keluarga. "Kunjungannya tidak hanya 1–2 orang," ucapnya.

Berdasarkan CHSE

Wisata Candi Gedong Songo
Wisatawan menaiki kuda saat berkunjung ke Candi Gedong Songo, kompleks percandian peninggalan Hindu di lereng Gunung Ungaran, Bandungan, Kab. Semarang, Jawa Tengah, Senin (18/12). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Terakhir, pihaknya akan berfokus pada pengelolaan pariwisata berdasarkan Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan) (CHSE). "Jadi, kekhawatiran penyebaran COVID-19 bisa dikurangi," tutur Heru.

Di samping, ia menyebut bahwa pengembangan potensi pariwisata, termasuk di Kabupaten Semarang, tidak hanya bisa digerakkan dinas pariwisata. Ini merupakan gerakan yang perlu dikeroyok banyak pihak.

4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya