Cerita Akhir Pekan: Lebaran yang Lebih Ramah Lingkungan

Lebaran akhirnnya bukan tentang berheboh-heboh, tapi merefleksikan apa yang sudah dipelajari, serta dihargai tentang Bumi.

oleh Asnida Riani diperbarui 23 Apr 2022, 10:07 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2022, 10:07 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi perayaan Lebaran yang lebih ramah lingkungan. (dok. pexels/RODNAE Productions)

Liputan6.com, Jakarta - Makna Lebaran yang acap kali dikaitkan dengan titik balik seharusnya juga tentang mengubah kebiasaan selebrasinya, sehingga tidak menambah beban ibu Bumi. Tidak mudah memang mengatur kembali kultur yang sudah dijalani sekian lamanya. Tapi, itu juga bukan sesuatu yang mustahil.

PR and Communications Sustaination, Amira, menyebut bahwa Lebaran lebih ramah lingkungan adalah tentang berkaca pada setiap kebiasaan yang mungkin semula tidak terpikirkan dampaknya. "Makin ke sini, makin banyak hal-hal yang kayak, 'Yuk, kita refleksikan bersama-sama!'" katanya melalui pesan suara pada Liputan6.com, Jumat, 22 April 2022.

Sementara itu, Lebaran lebih ramah lingkungan berarti menjalankannya secara sadar, dengan tidak berlebih-lebihan, menurut Head of Public Relations and Marketing Zero Waste Indonesia, Amanda Zahra Marsono. Ini juga tentang berusaha mencari kecukupan pada keseharian dan menghindari perilaku yang bisa dikendalikan.

"Karena biasanya Lebaran sering dijadikan alasan berpesta pora, sehingga merasa lumrah untuk mengesampingkan hal-hal yang bisa berefek kurang baik untuk lingkungan," ujarnya melalui pesan, Jumat, 22 April 2022.

Berkaca dari Lebaran tahun lalu, Amira mengatakan, tercatat ada lebih dari 2,1 ribu ton sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang. Ia berkata, "Jadi, memang sangat luar biasa (banyak sampah yang dihasilkan) orang Jakarta saja."

Soal sampah apa saja yang biasanya menumpuk di waktu Idulfitri, Amanda menyebut di antaranya ada amplop, alas salat Idulfitri di masjid berupa koran atau barang sekali pakai serupa, alat makan sekali pakai, makanan yang tidak termakan, serta kembang api dan petasan. "Bahkan pakaian, lho," ia menambahkan.

Amira mengatakan, pembungkus makanan sekali pakai juga jadi limbah yang umum ditemukan di momen Lebaran. Juga, pembungkus hamper Lebaran.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Titik-Titik Lalai

makanan tradisional-kezo
Ilustrasi menghindari menyediakan makanan berlebih, supaya bisa merayakan Lebaran lebih ramah lingkungan/pexels

Di titik mana saja sebetulnya kita sering lalai memilikirkan dampak lingkungan selama perayaan Idulfitri? Pertama, Amira mencotohkan pada kebiasaan membeli baju baru. "Apa betul perlu baju baru? Kemudian, kita gali makna di balik baju baru saat Lebaran. Ini kan berarti memiliki sifat-sifat baik yang sebelumnya belum dimiliki. Dibanding hanya simbolis, yuk sama-sama kita praktikkan kebiasaan baiknya!" ia mengajak.

Kemudian, makanan. Ia mengatakan, apa yang dipahami sepanjang Ramadan, yakni sebetulnya tidak perlu hal-hal berlebihan untuk membuat diri kita lebih sehat. "Saat Lebaran, justru ayo dipraktikkan!" tuturnya. "Jangan malah pas Lebaran kayak balas dendam, semua dikeluarkan, semua disediakan. Pikirkan lagi apa yang pantas dihadiahkan ke tubuh kita setelah sebulan berpuasa."

Selama ini, Amira menyebut, tanpa Lebaran pun, limbah dominan di rumah tangga adalah sampah organik yang sebenarnya bisa diminimalkan. Caranya, mulai dari pilah sampah dari rumah

"Menyadari (banyaknya) sisa makanan itu sendiri jadi pelajaran yang luar biasa buatku. Karena begitu dipilah, sadar ternyata aku berlebihan sekali," ia bercerita. "Melihat dengan mata kepala sendiri sebanyak apa sampah organik dari rumahku sekaligus membuat sadar betapa besar perubahan yang bisa diberikan lewat mengolah sampah itu, bahkan menghindari (sampah makanan)."

 

 

Secukupnya dan Bertanggung Jawab

Ilustrasi
Ilustrasi perayaan Lebaran yang lebih ramah lingkungan. (dok. pexels/RODNAE Productions)

Secukupnya dan bertanggung jawab akhirnya jadi kunci. "Misalnya, ada makanan enggak habis, bisa berbagi ke tetangga atau orang lain yang membutuhkan. (Lakukan hal-hal supaya) seminimal mungkin sampah organiknya dikirim ke TPA," tutur Amira.

Pilihan masakan yang lebih awet juga bisa jadi alternatif lain. "Kemudian, hamper Lebaran. Sudah seharusnya sekarang jadi pelanggan cerdas dengan memilih mana yang lebih banyak membawa kebaikan. Diseleksi beli di mana, apakah hamper (Lebaran) diperlakukan dengan bertanggung jawab," ucapnya.

Selain itu, hubungan dengan keluarga, Amira menambahkan. Momen Lebaran dinilainya sebagai waktu yang tepat untuk menularkan kebiasaan baik. "Ada tamu berkunjung, atau kita yang berkunjung, sebaiknya tidak pakai minuman gelas sekali pakai yang akhirnya menambah sampah untuk tuan rumah," ia mengatakan.

Semangat ini sebenarnya bisa ditularkan sebelum silaturahmi berlangsung. Amira berkata, "Mulai dari keluarga kita sendiri, memberi saran, bahwa misalnya bisa lho mengisi minuman sendiri dari galon. Tidak perlu pakai air kemasan gelas atau botol plastik," ia mengutarakan.

 

 

Meninggalkan Kultur Kurang Baik

Baju - Vania
Ilustrasi bijak memaknai kebiasan beli baju baru, supaya Lebaran lebih ramah lingkungan/https://unsplash.com/Priscilla Du Preez

Soal kultur perayaan Lebaran yang sebaiknya diubah untuk mendukung kelangsungan Bumi adalah kebiasaan membeli baju baru, menurut Amanda. Ia mengungkap, "Lebaran enggak beli baju baru bisa kok sesuai sub kampanye #TukarBaju yang #MulaidariLemari. Amplop THR juga. Sekarang bahkan bisa transfer pakai uang digital."

Sementara itu, Amira mengajak untuk merapkan kebiasan mudik lebih ramah lingkungan. "Bisa dipikirkan untuk membawa bekal," ia mengatakan. "Bawa air minum sendiri, jadi tidak perlu beli barang-barang dengan kemasan sekali pakai. Tidak mengurangi keriaan kembali ke kampung halaman dengan lebih sadar, apa sih hal-hal yang enggak perlu dan akhirnya jadi sampah."

Ia mengatakan, membangun kebiasaan mudik lebih ramah lingkungan juga bisa jadi cara menyenangkan untuk diperkenalkan pada anak-anak. "Mereka (anak-anak) bisa bawa bekal masing-masing dari rumah. Jadi aktivitas bareng keluarga yang lebih sehat dan menantang. (Menerapkan perilaku) ramah lingkungan enggak jadi susah, tapi justru seru."

 

 

Memulai Kebiasaan Baik

Ilustrasi Idul Fitri, Idulfitri, Lebaran
Ilustrasi perayaan Lebaran yang lebih ramah lingkungan. (dok. pikisuperstar/Freepik)

Sustaination, Amira menyambung, telah menghadirkan banyak produk untuk membuat perayaan Lebaran bisa lebih ramah lingkungan. "Mulai dari dapur, bisa menggunakan bumbu dapur kami yang 100 persen natural dan tanpa MSG, serta dapat diisi ulang saat habis nanti," tuturnya.

"Ada snack Brownies Crisps dan Macaroni Crisps yang cocok jadi teman mudik. Juga, bisa mulai mengolah sampah organik dengan bantuan komposter Sustaination. Ada juga hamper lebaran yang bisa variasinya bisa dipilih sesuai kebutuhan," ia menambahkan.

"#MulaidariPilihanku bersama Sustaination, supaya bersama-sama kita dapat memaknai Hari Bumi dan Hari Raya Idulfitri dengan lebih bertanggung jawab," ucapnya.

Amira menggarisbawahi bahwa tradisi Idulfitri akhirnnya bukan tentang berheboh-heboh, tapi merefleksikan apa yang sudah dipelajari, serta dihargai tentang Bumi. Nilai-nilai itulah yang kemudian dipraktikkan selama Lebaran.

"Lebaran adalah lembaran baru, yang mana bisa dimaknai dengan memulai kebiasaan-kebiasaan baik. Mulai dari pilihanku, mulai dari hal-hal sederhana yang bisa dilakukan seterusnya," tutupnya.

6 Destinasi Ekowisata yang Menarik di Indonesia
Infografis 6 Destinasi Ekowisata yang Menarik di Indonesia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya