Membumikan Sejarah dengan Teater Musikal di Festival Musikal Indonesia

Festival Musikal Indonesia akan digelar pada Agustus 2022 dan melibatkan tujuh sanggar musikal ternama Tanah Air.

oleh Henry diperbarui 13 Jun 2022, 16:02 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2022, 16:02 WIB
Menarasikan Sejarah dengan Kemasan Baru Lewat Festival Musikal Indonesia
Menarasikan Sejarah dengan Kemasan Baru Lewat Festival Musikal Indonesia. (Liputan6.com/Henry)

Liputan6.com, Jakarta - Tujuh sanggar musikal akan mengikuti Festival Musikal Indonesia (FMI) yang digelar pada 20-21 Agustus 2022 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Produser Festival Musikal Indonesia, Reda Gaudiamo mengatakan, festival digelar untuk mengingatkan kembali kepada para generasi muda bahwa Indonesia memiliki sejarah seni musikal yang panjang.

"Anak muda Indonesia harusnya tahu bahwa Indonesia itu punya sejarah yang panjang, termasuk tentang sendratari dan drama yang di dalamnya ada musik," ujar Reda saat Peluncuran Festival Musikal Indonesia yang digelar virtual pada Selasa, 7 Juni 2022.

"Selain mereka tahu Broadway di Amerika, mereka juga harus tahu roots musikal kita yang perjalanannya cukup panjang. Jadi kenapa enggak sekalian kita kenalkan?" tambahnya.

Festival ini merupakan kolaborasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek) dan Yayasan Eksotika Karmawibhangga Indonesia. Ahmad Mahendra, Direktur Musik, Perfilman dan Media Kemendibudristek RI, selaku panitia penyelenggara menyatakan bahwa festival ini mengangkat konsep seni musikal di Tanah Air.

"Musikal yang sudah terlanjur diketahui berasal dari Inggris dan Amerika, sebetulnya seni yang mengandung unsur-unsur musikal ini, musik – akting – tari, sudah ada dalam sebuah pentas tradisional seperti di wayang kulit, lenong betawi atau ludruk," terangnya.

Ia juga mencontohkan bagaimana pementasan monolog “Inggit Garnasih”, seri “Di Tepi Sejarah”, atau program Sandiwara Sastra dalam bentuk siniar (podcast) yang belum lama ini diluncurkan mampu menarasikan sejarah dengan kemasan yang baru. "Itu adalah misi kami sehingga cerita-cerita itu (dapat) masuk dan didengar generasi muda," tuturnya. 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pemajuan Kebudayaan

EKI Dance Company
EKI Dance Company. (dok. EKI Dance Company/Henry)

Mahendra mengatakan pihaknya mendukung gelaran FMI yang digerakkan oleh para seniman dan pelaku budaya. Hal tersebut sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Festival Musikal Indonesia yang kelak dibuat rutin ini, mengangkat musikal Indonesia kepada masyarakat luas, melalui pameran, pentas dan kegiatan lainya. Menurut Rusdy Rukmarata selaku direktur festival, FMI kali ini adalah sejarah Indonesia.

"Tema Festival Musikal Indonesia kali ini adalah Sejarah Indonesia, yang akan direspons oleh tujuh sanggar musikal dalam cuplikan pentas musikal Indonesia," jelas Rusdy.  Ia menambahkan, pertunjukan akan berlangsung selama dua hari dan di masing-masing hari, penonton akan dimanjakan dengan pertunjukan drama musikal berdurasi 30 menit dari berbagai komunitas musikal di Indonesia.

Ia tak menampik bahwa musikal berdurasi 30 menit tidak terlalu lama. Ia mengatakan begitulah konsep yang akan diusung. Waktu yang cukup singkat itu dinilai cukup ideal untuk menyuguhkan beragam teater musikal kepada para penonton.

Tidak Dipungut Biaya

Menarasikan Sejarah dengan Kemasan Baru Lewat Festival Musikal Indonesia
Menarasikan Sejarah dengan Kemasan Baru Lewat Festival Musikal Indonesia. (Liputan6.com/Henry)

Mereka akan mengangkat cerita-cerita sejarah, seperti Artswara dengan Tjut Nya’ Dien, Ken Dedes oleh EKI Dance Company, Teka Iku Flores Timur dari Flodanzoka, 9 Sembilu (9 Perempuan Rembang) dari Jakarta Movin, Blood Brothers Kampus Betawi, Sultan Agung dari Swargaloka, dan Teman Production mengangkat tentang Bhinneka Tunggal Ika.

Reda Gaudiamo juga menyiapkan sejumlah acara di area Teater Jakarta yang ikut mendukung festival seperti, panggung showcase musikal, kuliner nusantara, pameran musikal Indonesia, dan lain sebagainya. Penonton tidak dipungut biaya untuk menonton festival ini. "Festival ini menjadi keriaan seni budaya milik semua kalangan untuk merayakan musikal Indonesia," kata Reda.

Sementara, Produser FMI lainnya sekaligus Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta, Yola Yolfianti, mengungkapkan bahwa pihaknya harus cermat memanfaatkan kesempatan yang ada, terutama dalam konteks pandemi yang sedang mereda.

"Kami di Komite Tari melihat gejala yang timbul di seniman dan gercep karena situasinya sekarang sudah menuju endemi. masa sih kita dari Komite Tari nggak ikut serta, apalagi perkembangan dunia tari ini sangat progresif termasuk di masa pandemi ini," jelas Yola.

Profil Sanggar

EKI Dance Company
EKI Dance Company. (dok. EKI Dance Company/Henry)

Berikut profil singkat tujuh sanggar musikal yang akan terlibat dan garis besar cerita yang ditampilkan nanti di FMI 2022.

1. Art Swara

Produser : Maera Panigoro.  Sutradara : Rusmedie Agus

Judul : Dien

Menceritakan kehidupan Cut Nyak Dien setelah dibuang ke Sumedang oleh Pemerintah Belanda.

2. EKI Dance Company

Produser : Aiko Senosoenoto.  Sutradara : Rusdy Rukmarata

Judul : Ken Dedes

Ken Dedes meyakinkan Ken Arok agar menjadi raja, menguasai dunia. Ken Arok yang selalu merasa ia melebihi dewa, luluh oleh godaan Ken Dedes. Mereka menghabisi siapapun yang menghalangi niat mereka, hingga tersisa satu manusia yang tak mau kalah begitu saja. Dia adalah Ken Umang, istri Ken Arok.

3. Flodanzkoa

Produser : Sari Cikata. Dramaturgi : M Aidil Usman

Sutradara dan koreografer : Maria Bernadeta.

Judul : Teka Iku Boa Ga’i

Mengangkat tokoh nasionalis dari daerah Sikka, Maumere, Flores Timur yaitu Teka Iku . Keberanian, ketangkasan dan strategi merupakan bagian yang melekat pada dua sosok ini. Teka Iku bagi masyarakat Sikka merupakan figur heroik yang mempertahankan harga diri dan tanah moyang dari cengkraman penjajah. “Teka“ dalam bahasa setempat artinya muncul dari belahan bambu.

4. Jakarta Movin

Produser : Barly Armandita, Pradipta Kartika.  Sutradara : Barly Armandita

Judul : 9 Sembilu

Bercerita tentang 9 perempuan warga Pegunungan Kendeng (“9 Kartini Kendeng”) yang dikenal karena memperjuangkan tanah kelahiran mereka di Kendeng, Rembang, Jawa Tengah dari ancaman berdirinya sebuah pabrik semen.

Di tahun 2017, 9 Kartini Kendeng melakukan sebuah aksi penolakan dengan menyemen kaki mereka di depan Istana Negara. Mereka berjuang hingga kehilangan, terus maju untuk memadamkan pembangunan, dengan tekad yang tajam tanpa bermaksud jahat. Namun, kini suara mereka dipadamkam dengan kaki yang tertanam dalam-dalam.

5. Kampung Betawi

Sutradara : Atin Kisam

Judul : Blood Brothers

Menceritakan tentang dua orang lelaki yang memiliki sifat yang sangat berbeda, mereka berkelana mencari jati dirinya hingga mereka saling dipertemukan di persimpangan hati untuk memperebutkan seorang wanita yang sangat tangguh baik pendirian maupun kemahiran bela dirinya. Akankah mereka tetap mempertahankan harga diri sebagai laki-laki dan melupakan bahwa mereka ternyata saudara sedarah?

6. Swargaloka

Produser : Suryandoro.  Sutradara : Bathara Saverigadi

Judul : Sejarah Sultan Agung - Tahta Mas Rangsang

Kisah Masa muda Raja ke-3 Kerajaan Mataram yang berguru di padepokan Jejeran, dengan nama muda yang dikenal dengan Mas Rangsang. Dikisahkan Raden Mas Rangsang harus segera menaiki takhta sebagai raja setelah ayahnya Panembahan Hanyokrowati wafat. Menjadi pemimpin kerajaan besar di usia remaja bukanlah hal yang mudah. Raden Mas Rangsang yang kemudian bergelar Sultan Agung, sering diragukan kepemimpinannya.

7. Teman Production

Producer : Chriskevin AdefridMusic director : Ivan TangkulungDirector : Venytha Yoshiantini

Judul : Bersatu Atau Mati

Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan nasional yang tentu telah dikenal oleh setiap rakyat Indonesia. Namun kenyataanya, manifestasi dari semboyan tersebut kadang tidak tercermin dari sepak terjang masyarakatnya. Padahal katanya “berbeda-beda tapi tetap satu”, namun yang terjadi: kita itu satu kalau kita satu yaitu satu pendapat, satu etnis, atau satu “tipe”. Semboyan keren Indonesia itu jadinya cuma sekadar ideologi tanpa realita yang berarti

Infografis Kisah Bersejarah Olimpiade (Liputan6.com/Deisy Rika)
Infografis Kisah Bersejarah Olimpiade (Liputan6.com/Deisy Rika)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya