Truk Penjual Ganja Diserbu Turis Asing Setelah Dilegalkan di Thailand

Truk penjual ganja di Thailand itu kini menjadi atraksi populer bagi turis asing maupun penduduk lokal.

oleh Henry diperbarui 16 Jun 2022, 10:01 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2022, 10:01 WIB
Thailand Pamerkan Ganja Medis Pertama di ASEAN
Contoh ganja ditempatkan di atas meja saat konferensi pers Kementerian Kesehatan Thailand di Bangkok, Rabu (7/8/2019). Ganja medis tersebut bisa diresepkan oleh dokter untuk pasien penyakit alzheimer, parkinson, hingga perawatan paliatif. (AP Photo/Sakchai Lalit)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak Thailand melegalisasi ganja pada 9 Juni 2022, para turis asing di Khaosan Road, Bangkok, menyerbu salah satu truk N ’Louis’ Happy Buds yang menjual ganja. Mereka membeli ganja yang telah dihapus dari daftar narkotika di bawah hukum Thailand.

Truk penjual ganja di Bangkok itu kini menjadi lokasi populer bagi turis asing maupun penduduk lokal. Dilansir dari AsiaOne, pada Rabu, 15 Juni 2022, truk itu menjual beberapa jenis ganja seperti "Amnesia", "Jack Haze", dan "Night Nurse".

Para staf terlihat menimbang dan mengemas kuncup dan daun ganja yang dihancurkan pesanan turis asing dan penduduk lokal. Mereka menjual ganja seharga 700 baht atau sekitar Rp294 ribu per gram.

Para staf mengatakan 'obat' itu dapat memengaruhi pengguna dengan berbagai cara seperti membantu mereka tidur lebih nyenyak atau mengurangi kecemasan. Dilihat dari kanal YouTube Lepetitjournal De Bangkok, truk berwarna hijau itu berada di dalam bar yang gelap.

Pelanggan bisa membeli dari berbagai daun yang dipotong-potong ke dalam stoples. Nantinya, penjual akan menimbang daun tersebut dan mengguntingnya menjadi semakin kecil dan dimasukkan ke dalam wadah. 

Seorang pelanggan dari Kanada bernama Keira Gruttner, termasuk di antara turis yang mengantre di truk di surga wisata Khaosan Road. Ia sabar menunggu staf yang sedang menimbang dan mengemas kuncup dan daun ganja yang dihancurkan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Mimpi Jadi Kenyataan

Ganja Sitaan
Para pejabat Thailand menunjukkan beberapa ganja sebelum konferensi pers di Bangkok, Selasa (25/9). Kepolisian Thailand menyerahkan sekitar 100 kilogram ganja yang disita untuk penelitian medis. (AP/Sakchai Lalit)

"Saya pikir ini akan membawa orang-orang dari negara-negara yang tidak melegalkan ganja. Dan bisa menjadi daya tarik pariwisata lain bagi banyak orang," kata wanita berusia 32 tahun tersebut.

Kentaro Kajima selaku pelanggan asing lainnya juga turut senang dengan kehadiran truk tersebut. Ia menggambarkan pembeliannya sebagai mimpi yang mejadi kenyataan, terutama saat berdansa dengan seorang teman di depan truk.

Pekan lalu, Thailand menjadi negara Asia pertama yang melegalkan pertumbuhan ganja. Kini, mereka bisa mengonsumsinya dalam makanan dan minuman dengan menghapusnya sebagai narkotika.

Pemerintah berharap langkah itu akan membantu sektor pertanian dan penelitian medis ekonomi. Selain itu, penjual obat yang terimbas industri pariwisata yang terpukul pandemi Covid-19 juga harus mendapat dorongan.

Namun, merokok ganja di tempat umum dapat melanggar undang-undang kesehatan. Parlemen masih memperdebatkan rancangan undang-undang peraturan ganja yang berarti ada kebingungan tentang bagaimana ganja dapat digunakan secara legal. (Natalia Adinda)

Undang-Undang Narkotika Thailand

Klinik Pengobatan Berbasis Ganja
Perawat mendaftarkan pasien selama pembukaan klinik khusus pengobatan tradisional dan alternatif berbahan utama ganja di Bangkok, 6 Januari 2020. Peresmian klinik itu merupakan bagian dari program pemerintah Thailand untuk mengembangkan industri kesehatan berbasis ganja itu. (Mladen ANTONOV / AFP)

Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, Thailand menjadi negara pertama di Asia yang menyetujui dekriminalisasi de facto ganja pada 25 Januari 2022. Namun, belum ada penjelasan lebih lanjut soal dibolehkannya penggunaan penggunaan ganja untuk tujuan rekreasi.

Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul mengumumkan bahwa Badan Pengendalian Narkotika setuju menghapus ganja dari daftar obat terlarang kementerian itu, dikutip dari VOA Indonesia.

Penghapusan dari daftar Badan Pengawas Pangan dan Obat kementerian itu sekarang perlu ditandatangani secara resmi oleh menteri kesehatan dan mulai berlaku 120 hari setelah diterbitkan dalam lembaran pemerintah. Bulan lalu, ganja ditarik dari daftar obat terlarang berdasar Undang-Undang Narkotika Thailand.

Polisi dan pengacara yang dihubungi kantor berita Associated Press mengatakan tidak jelas apakah memiliki ganja tidak lagi dianggap sebagai pelanggaran dan pemiliknya tak bisa ditangkap.

Kerumitan undang-undang terkait berarti bahwa produksi dan kepemilikan ganja tetap diatur untuk sementara ini, dan status hukum penggunaan ganja untuk rekreasi masih belum jelas.Thailand pada 2020 menjadi negara pertama di Asia yang mendekriminalisasi produksi dan penggunaan ganja untuk tujuan pengobatan.

Jadi Menu Restoran

Thailand Perkenalkan Pizza Ganja
Pizza dengan daun ganja disajikan kepada pelanggan di sebuah restoran di Bangkok, Thailand pada 24 November 2021. Thailand pada Februari tahun ini mengizinkan bagian tertentu dan ekstrak ganja untuk digunakan dalam makanan dan minuman. (AP Photo/Sakchai Lalit)

Thailand mempromosikan ganja sebagai tanaman penghasil uang bagi petani. Selain itu, menanam ganja juga bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan lain. "Setiap orang berhak menanam mariyuana, bekerja sama dengan rumah sakit provinsi untuk keperluan medis," kata wakil juru bicara pemerintah Thailand Traisulee Traisoranakul.

Dikutip dari laman Free Malaysia Today, Traisoranakul juga melanjutkan bahwa, bagi mereka yang tertarik harus meminta persetujuan dari pihak berwenang. "Sejauh ini, 2.500 rumah tangga dan 251 rumah sakit provinsi telah menanam 15.000 tanaman ganja," katanya.

Orang lain yang dapat meminta izin untuk menanam ganja termasuk universitas, perusahaan komunitas, profesional medis dan profesional pengobatan tradisional. Ganja jadi salah satu bahan dalam menu restoran di sebuah rumah sakit Thailand. Namun, makanan ini tak membuat mereka yang menyantap sajian yang dibumbui daun ganja jadi "high."

Dilansir dari laman The Thaiger, dalam sajian ganja, masakan ini hanya memanfaatkan bagian tanaman yang mengandung komponen psikoaktif tetrahydrocannabinol atau THC dengan kadar sangat rendah dan legal menurut hukum setempat untuk dikonsumsi. Sementara, tunas yang kaya THC dan memicu euforia masih ilegal. Tunas tersebut juga diklasifikasikan sebagai narkotika Kategori 5 dalam hukum Thailand.

Rumah Sakit Chao Phraya Abhaibhubejhr menyediakan beberapa menu ganja. Sebut saja salah satunya salad pedas yang berisi daun ganja goreng. Ada pula roti dengan daun ganja dan daging yang digoreng dengan kemangi, juga daun ganja. Restoran yang menyediakan menu ganja ini buka dari pukul 9.00--16.00 waktu setempat.

Infografis Negara-Negara Pendukung Produk Ganja untuk Pengobatan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Negara-Negara Pendukung Produk Ganja untuk Pengobatan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya