Sandiaga Uno Pinta Anak Kos Antisipasi Kenaikan Harga Mi Instan

Kata Sandiaga Uno, pelaku ekonomi kreatif kuliner yang berjualan mi instan harus nenyiapkan strategi dan inovasi.

oleh Henry diperbarui 10 Agu 2022, 13:22 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2022, 13:22 WIB
Sandiaga Uno
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. (Liputan6.cm/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat yang gemar makan mi instan kemungkinan harus merogoh kocek yang lebih dalam untuk mengonsumsi makanan favoritnya. Pasalnya, harga mi instan bakal naik tiga kali lipat.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkap kenaikan harga itu akan terjadi dalam waktu dekat. Itu sebagai dampak tertahannya 180 juta ton gandum di Ukraina.

"Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan perang Ukraina dan rusia, di mana di sana gandum tertimbun 180 juta ton. Ndak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mie banyak dari gandum besok harganya (naik) 3 kali lipat itu," kata dia mengutip webinar Direkorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, dilansir dari kanal Bisnis Liputan6.com, Selasa , 9 Agustus 2022.

Hal serupa juga dikatakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno. Ia mengatakan anak kos harus siap mengantisipasi kenaikan harga mi instan.

Para pelaku ekonomi kreatif kuliner yang berjualan mi instan diminta nenyiapkan strategi dan inovasi. Hal itu ditulis Sandiaga dalam unggahan di akun Instagram miliknya pada Selasa, 9 Agustus 2022.

Ia juga menuliskan, dampak dari ketidakstabilan ekonomi global karena pandemi dan juga perang Rusia-Ukraina berdampak pada lonjakan harga gandum,termasuk mi instan dan turunannya. Alasannya, karena kedua negara tersebut merupakan penyuplai hampir 30-40 persen produksi gandum dunia.

Sandiaga mengajak para pengusaha kuliner yang berjualan mi instan untuk mengoptimalkan produk ekonomi dari sumber pangan lokal, sehingga tak terus bergantung pada produk yang berbahan baku impor.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Masih Normal

Realisasi KUR Pertanian Capai Rp66,303 Triliun Perkuat Ketahanan Pangan Nasional
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. (Dok. Kementan)

"Kondisi seperti ini jangan lantas membuat kita pasrah, justru harus menjadi momentum bagi kita untuk mengoptimalkan sumber pangan dan berbagai produk ekonomi kreatif lokal sehingga kita tidak terus menerus ketergantungan dengan bahan baku impor!" tulisnya lagi. 

Lalu, bagaimana harga mi instan di pasaran saat ini? Dari pantauan Liputan6.com di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat, sampai Rabu siang (10/8/2022) belum terjadi kenaikan harga mi instan baik di minimarket maupun warung kelontong.

"Harganya masih normal, semua harga mi instan belum ada yang naik. Indomie Goreng harganya masih sekitar Rp2.600 per bungkus," kata seorang pegawai minimarket di kawasan Rawa Belong.

Harga varian lain maupun merek lainnya juga masih normal, yaitu sekitar Rp2.500 sampai Rp3.000 per bungkus. Di warung kelontong maupun sembako harganya juga tak jauh beda dan belum ada kenaikan.

Mereka mengakui sudah mendengar kabar bakal ada kenaikan harga mi instan tapi belum tahu pasti apakah memang akan naik, ditunda atau bahkan tidak jadi naik.

 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Bahan Alternatif

Ilustrasi mi instan
Ilustrasi mi instan. (Photo KamranAydinov Copyright by Freepik)

Sebagai salah satu solusi atas kenaikan harga gandum, Mentan mengajak pada jajarannya untuk adanya diversifikasi pangan. Artinya, menggunakan alternatif dari bahan lain, seperti singkong hingga sorghum.

"Maafkan saya, saya bicara ekstrem aja ini, ada gandumnya, tapi harganya akan mahal banget, sementara kita impor terus," ucapnya. "Kalau saya sih jelas, ngggak setuju (selalu impor), apapun kita makan saja, singkong, sorghum, makan saja sagu," tambahnya.

Mentan menambahkan, rantai pasok dunia terganggu dengan adanya pandemi Covid-19, kemudian diperparah dengan ancaman perubahan iklim, ditambah adanya perang Rusia-Ukraina. Akibatnya, kata dia, 62 negara di dunia masuk dalam kategori krisis pangan.

Ada sekitar 13 juta orang di dunia yang bisa mengalami kelaparan dan itu sudah terjadi di Ethiopia. Pernyataan itu mengutip keterangan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Di sisi lain, mi instan adalah salah satu hidangan favorit banyak orang, lantaran mudah disajikan dengan cepat dan tanpa membutuhkan keahlian khusus. Mie instan juga sangat digandrungi karena harganya yang sangat murah, serta cocok disantap dengan berbagai lauk.


Negara Terbanyak Mengonsumsi Mi Instan

Ilustrasi – Toko modern atau mini market. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Toko modern atau mini market. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Selain kaya akan protein dan karbohidrat, mi juga memiliki tekstur yang kenyal sehingga sangat disukai oleh semua kalangan, dari anak kecil hingga lansia. Mi instan dikenal dengan dua jenis, yaitu mi instan goreng dan berkuah.

Sejalan dengan berbagai perkembangan zaman, hingga saat ini terdapat berbagai macam pilihan rasa dan jenis mi instan, sehingga membuat konsumen memiliki banyak pilihan. Saking banyak penikmat mi instan, terdapat 10 negara yang jumlah konsumen mi instan ini terbanyak. Dilansir dari world instant noodles associations (WINA) per 13 Mei 2022, berikut daftarnya:

1. China/Hong Kong 43,99 miliar porsi mie instan

2. Indonesia 13,27 miliar porsi mie instan

3. Vietnam 8,56 miliar porsi mie instan

4. India 7,56 miliar porsi mie instan

5. Jepang 5,85 miliar porsi mie instan

6. Amerika Serikat 4,98 miliar porsi mie instan

7. Philippines 4,44 miliar porsi mie instan

8. Korea Selatan 3,79 miliar porsi mie instan

9. Thailand 3,63 miliar porsi mie instan

10. Brasil 2,85 miliar porsi mie instan.

Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya