Tips Hasilkan Audio Jernih untuk Konten, Kreator Baru Harus Tahu

Kualitas audio menjadi salah satu kunci dalam konten yang diproduksi, mengapa demikian?

oleh Putu Elmira diperbarui 12 Agu 2022, 14:01 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2022, 14:01 WIB
Ilustrasi Kreator, Video
Ilustrasi kreator, video. (dok. Unsplash.com/Joey Huang)

Liputan6.com, Jakarta - Pesatnya perkembangan teknologi dan dunia digital berjalan beriringan dengan munculnya berbagai macam konten di media sosial. Konten-konten tersebut diproduksi dan digarap oleh mereka para kreator yang menjadi ide di balik proses kreatif.

Dalam hal teknis membuat video, ada beberapa unsur pendukung yang sebaiknya diketahui. Terutama bagi para kreator baru, wajib tahu bahwa audio ternyata menjadi salah satu kunci utama dalam sebuah konten. Mengapa demikian?

"Aku selalu setiap kali ada kesempatan, aku selalu menekankan kepada semua orang sebenarnya audio dulu baru video, yang penting kualitas suaranya jernih dan bagus dulu. Kalau kualitas suaranya kurang dianggap kurang baik kualitasnya," kata sutradara sekaligus penulis skenario Rahabi Mandra saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Rabu, 10 Agustus 2022.

Sutradara dan penulis skenario film "Kadet 1947" melanjutkan bila gambar-gambar agak rusak dalam sebuah video namun dengan audio bagus, orang akan bertahan. Namun sebaliknya, bila video bagus tetapi kualitas suara menganggu, orang biasanya akan beralih ke video lain.

"Of course paling bagus dua-duanya, audio dan video, tapi sekarang alat-alat sudah canggih-canggih, handphone sudah bagus. Sebenarnya sudah tidak jadi masalah. Itu untuk kualitas yang penting dijaga," lanjut Rahabi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tips Audio

Ilustrasi Mikrofon
Ilustrasi mikrofon. (dok. Unsplash.com/John Esperancilla)

Selain itu, Rahabi menjelaskan bahwa biasanya video juga harus dibarengi dengan teks. "In case tidak mendengar tetap masuk informasinya budaya, pendidikan atau apapun itu," katanya.

Rahabi mengungkapkan, "Teks itu mengganti pendengaran juga, memang yang ditangkap visual itu wajib ada, tapi informasi itu yang harus sampai. Kadang-kadang, visual itu kurang cukup."

Ia pun memiliki tips untuk menghasilkan kualitas audio baik dan jernih bagi para kreator baru. Rahabi menyebut bahwa kini telah banyak dijual alat-alat audio di e-commerce dengan harga yang bervariasi.

"Cuma yang penting cari sebuah mikrofon yang memang bisa mendekat ke mulut itu dulu, jangan jauh-jauh. Kalau punya handphone mau jaraknya jauh, suaranya jadi kecil, suara kecil noise gede, noise gede jadi enggak nyaman," terangnya.

Dikatakannya, bisa mencari mikrofon yang bisa dekat dengan mulut, baik yang ada atau tidak ada kabel. Setelah itu, hubungkan mikrofon ke kamera, handphone, kamera, atau laptop dalam proses penggarapan video.

"Yang penting itu dulu, itu sudah kita mau ngomong apa nyaman, subjek mau ngomong apa tinggal taruh akan tersampaikan dengan baik. Mencari alatnya enggak mahal sekarang banyak juga yang affordable untuk memulai, atau kalau memang enggak punya, dekat-dekatkan mikrofon," ungkapnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Perhatikan Noise

[Fimela] Ponsel
Ilustrasi ponsel | unsplash.com/@clemono2

Rahabi juga mengingatkan ketika audio didengarkan, pastikan yang mau yang didengarkan saja yang tersampaikan. "Kalau yang mau didengarkan adalah musik, musiknya dibesarkan, yang lain dikecilkan. Kalau mau didengarkan ucapannya, jangan sampai ada suara-suara lain mengganggu," lanjutnya.

"Yang biasanya dilakukan oleh konten kreator baru, mereka melihat gambarnya bagus tapi mereka lupa sama suaranya," ujar Rahabi.

Kondisi ini digambarkannya saat membuat konten namun ada suara-suara lain seperti kendaraan dibiarkan saja bocor ke dalam video. Untuk mengatasinya, ada beberapa cara yang disarankan Rahabi.

"Ada baiknya ketika lewat berhenti dulu ulang lagi atau nunggu malam hari atau cari tempat yang lebih sepi, jangan dihajar semuanya. Tapi itu semua kadang-kadang ada keramaian-keramaian yang kita tidak bisa hindari," jelasnya.

Rahabi menambahkan, "Mikrofon dekat mulut itu membantu yang penting, biasanya mikrofon itu sudah otomatis akan menjaga noise di yang terendah, sementara suara kita di volume yang baik."

Jadi Kreator Konten Kian Digemari

Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok.
Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok. Kredit: antonbe via Pixabay

Jadi kreator konten kian digemari karena tak hanya dapat menggali kreativitas dalam menghasilkan konten, tetapi juga meraih insentif. Menurut data dari Kantor Media Trends Prediction 2022 Nielsen Indonesia, selama pandemi, sebanyak 28 persen orang mencari kegiatan hiburan sehari-hari.

Sementara, 83 persen orang Indonesia menonton video online. Di 2021, video online dianggap sebagai kanal media paling berpengaruh sebesar 71 persen dibanding medium lain.

Digital Activist dan Social Media Advocates Enda Nasution menyebut ada transformasi yang pesat dari kehadiran kreator konten saat ini. Ia menyebut, dahulu orang hanya memproduksi foto sebagai hobi, saat ini ada insentifnya.

"Kalau sekarang ada insentif lebih besar untuk konten kreator membuat konten secara rajin dengan kualitas lebih baik juga. Banyak yang mengambil jalur hiburan, ada juga edukasi dan informatif," kata Enda.

Enda mengatakan, kebanyakan memasuki era yang disebutnya sebagai "kreator ekonomi." "Semacam sebuah loop, kalau dulu brand atau pemilik produk biasanya beriklan atau berkomunikasi. Sekarang tetap berkomunikasi dan dibantu content creator yang menggunakan layanan atau produk itu dan pembuat konten jadi dapat insentif," jelasnya.

infografis journal
Infografis Bagaimana Antisipasi Konten Flexing ?. (Liputan6.com/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya