Liputan6.com, Jakarta - Bagi orang Indonesia yang mayoritas beragama Islam, gerakan salat tentu bukan jadi satu pemandangan asing. Tapi di belahan dunia berbeda, praktik ini justru disalahartikan seorang guru asal Floria, Amertika Serikat (AS).
Dalam sebuah video viral di TikTok, guru yang kini sudah dipecat itu kedapatan "mengganggu" siswa-siswanya yang tengah salat. Melansir New York Post, Senin (12/12/2022) mereka bahkan dituduh mempraktikkan ilmu gaib.
Advertisement
Baca Juga
Video yang dibagikan akhir pekan lalu itu menunjukkan tiga siswa di Franklin Academy, sebuah sekolah piagam di Pembroke Pines, sedang salat. Salah satunya terdengat melantunkan surah At-Tin, lapor NBC News.
Saat para siswa tengah salat, guru yang belum diidentifikasi secara publik terdengar di latar belakang sambil berkata, "Tunggu, ini kantor saya dan kalian semua melakukan semua praktik ilmu gaib ini." Ia kemudian tampaknya meniup peluit untuk mencoba mendapatkan perhatian mereka.
Guru itu juga terlihat berjalan-jalan di depan siswa-siswa yang salat tersebut, bahkan terlihat menendang salah satu tangan siswa, menurut klip itu. "Saya percaya pada Yesus, jadi saya menyela," kata guru itu, sebelum bertanya lagi mengapa mereka ada di kantornya.
Para siswa mengabaikan guru tersebut dan terus salat, sementara orang lain masuk untuk menjawab, "Mereka sedang salat." Video yang saat artikel ini ditulis sudah mengumpulkan 7,2 juta penayangan itu kemudian memicu kemarahan di media sosial.
Pernyataan Sekolah
Sebagai tanggapan, sekolah mengeluarkan pernyataan, "Sebelumnya hari ini, video TikTok yang sangat meresahkan dibagikan pada tim kepemimpinan kami. Video tersebut memperlihatkan seorang guru menginterupsi siswa-siswanya yang saat salat. Setelah menerima video tersebut, kepemimpinan organisasi dan sekolah mulai menyelidiki situasi tersebut."
Sekolah kemudian mencatat bahwa "tidak menoleransi perilaku diskriminatif." "Meski kami tidak membahas masalah personal, kami dapat berbagi dengan Anda bahwa guru yang bersangkutan bukan lagi anggota staf Akademi Franklin,” lanjut pernyataan itu.
"Kami berterima kasih pada para orangtua karena telah bermitra dengan kami dan mempercayakan kami dengan anak-anak mereka dan pendidikan mereka. Melalui komunikasi berkelanjutan yang kami bina sebagai sebuah tim, sekolah kami hanya bisa jadi lebih kuat," tutupnya.
Dewan Hubungan Amerika-Islam Florida (CAIR-Florida) mengatakan, insiden seperti ini jadi salah satu alasan penting bagi staf sekolah untuk memiliki pengetahuan tentang praktik agama lain. Terlebih, Muslim diwajibkan salat lima waktu dalam sehari.
Advertisement
Kasus Lain
Ini bukan catatan pertama tindakan diduga diskriminasi Muslim tercatat di sekolah AS. Pada 2019 lalu, siswi sekolah atlet di AS didiskualifikasi saat mengikuti lomba lari di Ohio karena mengenakan hijab. Padahal, melansir Says, siswi sekolah atlet bernama Noor Alexandria Abukaram itu telah memakai hijab sejak 2016.
Sejak itu, Noor tercatat berkompetisi di tiga jenis olahraga. Hingga Sabtu, 19 Oktober 2019, New York Times melaporkan, gadis tersebut tidak boleh mengenakan hijab saat mengikuti lomba lari tanpa izin khusus.
Noor yang merupakan bagian dari Sylvania Northview Cross Country Team didiskualifikasi oleh Ohio High School Athletic Association (OHSAA). Di sebuah unggahan di Facebook, Noor mengklaim, OHSAA tidak memberi tahu soal ketentuan memakai hijab saat lomba.
"Mereka membiarkannya berlari dengan pikiran semua baik-baik saja. Setelah lomba, saat sedang mencari tahu catatan waktunya dan teman-teman satu timnya, ia tidak menemukannya (catatan waktu)," tulis sepupu Noor lewat akun Facebook Zobaidaf.
Ketika menanyakan alasannnya, salah seorang anggota tim mengatakan itu terjadi karena hijab Noor. OHSAA mengatakan pada Good Morning America, peserta dengan atribut agama, termasuk hijab, harus melapor lebih dulu dengan alasan perubahan regulasi seragam.
"Setelah lomba, OHSAA berkomuniksi dengan sekolah, kemudian mengajukan permintaan tersebut (peserta memakai hijab). Permintaan itu langsung diterima dan membuat siswi sekolah alet bisa berlomba pada akhir pekan ini di kompetisi setempat," pihak OHSAA memaparkan.
Merasa Dipermalukan
Noor, yang sebelumnya berlari tanpa penolakan dari OHSAA, merasa sangat dipermalukan. Good Morning America melaporkan, Noor mengklaim sudah enam kali mengkuti enam lomba lari pada 2019, yang mana semuanya dikelola OHSAA, dan tidak pernah dihadapkan pada isu tersebut.
Berdasarkan pernyataanya, Noor tidak pernah diingatkan akan regulasi seragam maupun perihal izin tertentu. Pelatih Noor juga mengatakan, tidak ada larangan memakai hijab dalam buku aturan OHSAA.
Karenanya, tidak pernah ada imbauan untuk Noor melepaskan hijab saat megikuti lomba, di samping menghargai keyakinan gadis tersebut. Saat Noor berlari, dikatakan semua anggota tim dan pelatihnya sudah tahu tentang diskualifikasi tersebut.
"Saya menghargai keputusan pelatih saya untuk tetap membiarkan saya berlari," tuturnya.
Kasus ini menarik banyak perhatian, termasuk Elizabeth Warren, calon presiden saat itu dari Partai Demokrat Amerika Serikat yang turut mengkritisi kemungkinan diskriminasi busana dari agama minoritas. Pendapat serupa juga disuarakan Ibtihaj Muhammad, perempuan Amerika pertama yang memakai hijab saat mengikut lomba Olymipcs mewakili Amerika Serikat.
"Kalian seharusnya malu OHSAA," tulisnya lewat akun Facebook pribadi.
Advertisement