Liputan6.com, Jakarta - EKI Dance Company memboyong kisah Ken Dedes ke panggung teater musikal yang akan dipertunjukkan di Ciputra Artpreneur, Jakarta, pada 18 dan 19 Maret 2023. Dalam pementasan, lakon tersebut mencoba memasukkan unsur kekinian, mulai dari naskah, musik, hingga adegan.
Teater musikal ini menceritakan Ken Dedes, seorang tokoh perempuan yang sangat berpengaruh dalam sejarah Singasari dan Kerajaan Majapahit yang akan menjadi keterkaitan antar sejarah di Indonesia. Dikisahkan bahwa di balik sifatnya yang ekspresif, vokal, dan kuat, ia memiliki sisi lemah nan gelap.
Aiko Senosonoto, produser Ken Dedes, menyebutkan dalam jumpa pers di bilangan Jakarta Selatan, Jumat, 13 Januari 2023, "Saat ini, (teater) musikal (adalah) pertunjukan yang sedang tren dan digemari masyarakat. Ken Dedes hadir untuk memberikan warna tersendiri bagi dunia hiburan Indonesia."
Advertisement
Baca Juga
Penulis naskahnya, Tittien Wattimena, disebut telah menyiapkan skrip sedemikian rupa dengan banyak plot twist dalam pementasan dua babak itu. Sebelumnya, ia melakukan riset dari beberapa kisah Ken Dedes.
"Kalau kita lihat, Ken Dedes biasanya identik dengaan cantik, punya kekuasaan, dan harta. Nah, di sini kami mencoba memotretnya dengan sisi di mana Ken Dedes punya tabungan luka yang banyak," tuturnya. Sisi gelap Ken Dedes ini akan diperlihatkan di babak kedua petunjukan.
Demi pengembangan plot twist, ia juga melakukan diskusi intensif dengan Rusdy sebagai sutradara. Pihaknya juga mencoba menjadikan kisah sejarah tersebut bisa dinikmati anak muda saat ini dengan membuat beberapa materi kekinian.
Pementasan ini juga diperankan generasi milenial, yakni Ara Ajisiwi (Ken Dedes), Taufan Purbo (Ken Arok), Nala Amrytha (Ken Umang), Nino Prabowo (Kebo Ijo), Iqbal Sulaiman (Suho), Fatih Unru (Anusapati), Geraldo Tanor (Tohjaya), Yosep Wahyu (Regawa), dan Uli Herdi (Tunggul Ametung).
Lebih Detail
Rusdy menyebut, peran anak-anak dari Ken Arok, Ken Dedes, Ken Umang, dan Tunggul Ametung jadi detail yang begitu diperhatiakn tim produksi. Pasalnya, mereka dimaksudkan memiliki sifat warisan kedua orangtuanya.
"Ini yang didiskusikan setengah mati saat pembuatan skrip. Kira-kira dia benar enggak ya kalau bertindak begini?" ia menyebutkan.
Selain itu, penempatan set dan kostum para pemain juga jadi perhatian berikutnya. Rusdy mengatakan, karena disajikan dalam dua babak, tentu ada penggantian set dan kostum.
Kedua babak punya karakter dan tampilan berbeda. Pada babak pertama, ia menyebut, berlokasi di Tumapel, sementara babak kedua berlatar di Singasari. Menurutnya, butuh pemikiran kreatif untuk mengganti dari satu set ke set yang lain dengan cepat, sehingga bisa menciptakan kesan berbeda di mata penonton.
Terkait biaya produksi, pihaknya mengaku telah mengeluarkan dana Rp1 miliar sampai saat ini, dengan total 70 orang yang terlibat, termasuk para pemain dan pemusik.
Advertisement
Tantangan
Produksi terater musikal ini juga memiliki banyak tantangan di belakang layar. Salah satunya, Rusdy berbagi, "Tantangan dalam menggarap musikal ini adalah bagaimana menyajikan kisah sejarah yang relevan, namun tetap aktual untuk penonton masa kini."
Sementara dari sisi pemain, Nino Prabowo, yang berperan jadi Kebo Ijo, merasa kesulitan untuk mengimbangi koreografi, karena baru kali ini melakukan tarian dalam adegan yang akan ditampilkan.
Untuk pembuatan dialog dan semua lirik lagu dibuat sendiri oleh Tittien. Ia menyebut, kendala dalam pembuatan dialog yang nantinya akan dinyanyikan membuatnya harus menyusun kata secara berima, sehingga terkesan lebih bagus.
Dalam hal penyerahan pada tim produksi, Tittien sering kali mengirimkan strukturnya terlebih dahulu, dengan dialog dan lirik lagu akan menyusul kemudian. "Karena kalau nulis sendiri kan butuh waktu lagi," ucapnya.
Sementara, dalam latihan vokal, Gabriel Harvianto menyebutkan bahwa masing-masing pemain memiliki suara yang berbeda sehingga ia lebih suka menyatukan visi agar lebih mengenal suara pemain satu sama lain.
Replikasi Broadway
Aiko menyebut, pihaknya selalu membuat pertunjukkan konten lokal karena bertujuan mendirikan replikasi Broadway di Indonesia. "Jadi harus buat sebuah musikal yang berbau Indonesia dan bernuansa Indonesia," katanya.
Ia juga berharap bahwa nantinya, lakon Ken Dedes bisa dibawa dan ditampilkan di Broadway New York. Dalam lingkup lebih kecil, Aiko berharap pertunjukan lakon ini bisa dibawa keliling Indonesia.
Di kesempatan yang sama, Rina Ciputra Sastrawinata, Presiden Direktur Ciputra Artpreneur, tertarik memproduksi lakon Ken Dedes karena meyakini musikal ini memberi dampak positif bagi kesenian. "Sudah jadi visi misi kami untuk menggelar pertunjukan yang sejalan dengan nilai budaya Indonesia, dan Ken Dedes sangat mampu untuk (mewakili) itu," katanya.
Rina menyebutkan, memang sudah waktunya tidak melulu membawa pertunjukkan dari Broadway ke Indonesia. Kali ini, justru karya lokal yang perlu dikirim ke luar negeri. "Saya ingin sekali mimpi itu tercapai, yaitu pertunjukkan ini bisa pergi ke negara tetangga, Singapura dan Malaysia," ucapnya.
Tiket teater Ken Dedes sudah bisa dibeli melalui aplikasi Loket.com. Tiketnya dibanderol Rp337,5 ribu untuk kelas Gold dan VIP Rp637,5 ribu. Sementara untuk kelas VVIP, calon penonton harus merogoh kocek Rp937 ribu.
Advertisement