Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, sosis babi merek Arabiki menuai kontroversi karena namanya dianggap menyinggung Muslim. Sementara umat Islam tidak makan babi karena kepercayaan agama mereka, kata "Arab," yang identik dengan lokasi kota-kota suci bagi para Muslim, di produk tersebut dianggap "tidak sensitif."
Produsen dan distributornya, NTUC FairPrice, jaringan supermarket terbesar di Singapura, pun menanggapi sensasi online tersebut, seperti dilansir dari MS News, Sabtu, 11 Februari 2023. Pihaknya menjelaskan bahwa nama "Arabiki" dalam sosis adalah ungkapan bahasa Jepang untuk "digiling kasar."
Advertisement
Baca Juga
Namun, karena tidak ingin memperpanjang kesalahpahaman itu, mereka mengganti nama sosis Arabiki jadi "Sosis Babi Gaya Jepang," bahkan sejak 2020. Sementara, keriuhan terbaru berasal dari unggahan Facebook, baru-baru ini, yang menuduh FairPrice "sangat tidak sensitif" karena menamai produknya sosis Arabiki.
Warganet itu mempertanyakan mengapa nama tersebut mengandung kata "Arab," yang menurut mereka dapat membingungkan umat Islam. Dalam tanggapannya, jaringan supermarket itu menulis, "Kami mengetahui unggahan Facebook memuat foto sosis Arabiki FairPrice."
"Gambar ini pertama kali dilaporkan pada kami pada Juli 2020, dan telah terlihat beredar kembali secara berkala. Kemasan di foto (yang baru-baru ini) juga menunjukkan "2020" sebagai tahun kedaluwarsa," imbuhnya.
"Sejak unggahan pertama kali muncul pada 2020, kami telah mengubah kemasan produk sosis kami untuk menghindari kesalahpahaman lebih lanjut," tuturnya. "Kami harap ini membantu mengklarifikasi kekhawatiran apa pun tentang masalah ini."
Justru Tidak Disetujui?
Selepas klarifikasi FairPrice, banyak komentator, termasuk beberapa dari komunitas Muslim, menyatakan ketidaksetujuan mereka dengan keputusan mengganti nama produk tersebut. Salah satu pengguna menganggap kesalahpahaman itu lebih disebabkan ketidaktahuan, bukan salah label.
Alih-alih menghapus kata "Arabiki" sepenuhnya, mereka menyarankan menambahkan definisi istilah tersebut ke kemasan sosis tersebut. Sementara itu, seorang pengguna lain yang mengaku beragama Islam menyatakan bahwa Muslim umumnya "hanya mencari simbol halal" saat membeli produk makanan.
Dengan demikian, kata "Arab" tidak memiliki konotasi yang signifikan. Yang lain berkomentar, "Kita hidup di negara multikultural dan multinasional, mengapa harus sejauh ini untuk menyenangkan satu dan menghilangkan yang lain? Jika kata itu sangat sensitif dan menyesatkan, lalu mengapa kata ham dan bacon tidak?"
"Mengapa menyebutnya ham ayam atau bacon kalkun padahal biasanya yang mereka maksud adalah daging babi yang diawetkan??? Mengapa tidak ada konsumen (makanan) non-halal yang pernah mengeluh bahwa ham atau bacon yang mereka beli bukan babi saat memesan pizza Hawaii atau carbonara," imbuhnya.
Advertisement
Kasus Serupa
Sebelum ini, video seorang perempuan Malaysia yang mengklaim bahwa bumbu cajun mengandung babi setelah salah membaca labelnya jadi viral. Dalam klip berdurasi satu menit tersebut, ia memperingatkan publik untuk membaca label dengan hati-hati saat membeli bumbu rempah di toko bahan makanan mana pun.
"Kalau melihat bumbu cajun ini, bahannya mengandung daging babi," kata wanita itu. Namun, di sepanjang rekaman, wanita tersebut gagal menyadari bahwa ia salah membaca label. Ia membaca saran "penggunaan," bukannya bahan pada label.
Menyusul video viral tersebut, banyak warga Malaysia turun ke media sosial untuk berbagi meme yang terinspirasi dari situasi tersebut.Tidak ingin ketinggalan, peritel AEON ikut bergembira dengan mengunggah meme kocak di laman Facebook mereka, dikutip dari Says, 25 Januari 2023.
Mereka membagikan foto sebotol McCormick's Mixed Spice dengan keterangan, "Cocok untuk marinasi hanya jika Anda memiliki 'edukesyen' (pendidikan) bahasa Inggris yang tepat." Warga Malaysia terhibur dengan unggahan tersebut dan memuji peritel atas selera humor mereka.
Â
Bukan Kali Pertama
Seorang pengguna berkomentar bahwa ini harus jadi pelajaran bagi semua orang Malaysia untuk membaca label dengan cermat sebelum mengunggah apa pun. "Anda akhirnya diejek perusahaan besar," tulis seorang warganet.
Sementara itu, salah satu pengguna menyarankan agar AEON memindahkan bumbu tersebut ke bagian non-halal. "Ya, kami akan menangani masalah ini dengan serius, tentu saja, kami tidak dapat mencampur bahan non-halal dengan bahan halal. Itu bertentangan dengan kebijakan dan praktik standar kami," jawab pengecer.
Nyatanya, ini bukan kali pertama terjadi. Pada 2021, seorang warganet Malaysia juga membuat klaim keliru tentang penemuan bahan mengandung babi di produk MSG, Ajinomoto. Kala itu, berita tidak benar ini dikoreksi Divisi Keamanan dan Mutu Pangan (FSQD) Kementerian Kesehatan Malaysia (MOH).
Saat itu, beredar tangkapan layar menunjukkan orang memperingatkan orang lain untuk berhenti menggunakan Ajinomoto karena bumbu umami "terbuat dari tulang babi." FSQD kemudian mengatakan bahwa umami adalah rasa MSG.
"Dalam bahasa Jepang artinya rasa daging. Coba deskripsikan rasa daging dalam satu kata," tanya FSQD. "Anda ingin menyebutnya asin, tapi tidak asin, juga tidak manis."
Advertisement