Ubah Pola Pikir Agar Puasa Tidak Menjadi Rutinitas yang Membosankan

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengajak umat Islam mengubah pola pikir agar puasa tidak hanya menjadi rutinitas tahunan yang membosankan, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas diri secara spiritual dan fisik.

oleh Abdul Jalil Diperbarui 03 Mar 2025, 12:30 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2025, 12:30 WIB
Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir
Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat diwawancarai wartawan usai meresemikan Gedung Jenderal Sudirman milik Universitas Kalimantan Timur (UMKT) di Samarinda, Rabu (17/5/2023).... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengajak umat Islam untuk menjadikan ibadah puasa Ramadan sebagai momentum "mikraj ruhani" yang penuh makna dan semangat baru. Ia menekankan pentingnya mengubah pola pikir agar puasa tidak hanya menjadi rutinitas tahunan yang membosankan, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas diri secara spiritual dan fisik.

Dalam pesannya, Haedar mengajak umat Islam untuk menyambut puasa tahun ini dengan spirit baru yang lebih baik, penuh semangat, dan jauh dari kebosanan.

“Hari ini, kita umat Islam memulai berpuasa Ramadhan 1446 H. Selamat berpuasa! Puasa dengan spirit baru yang lebih baik. Semoga semuanya sehat walafiat dan makin bersemangat,” tulis Haedar Nashir di awal tulisannya yang diterbitkan di Muhammadiyah.or.id, Sabtu (1/3/2025).

Haedar menekankan pentingnya mengubah pola pikir dalam menjalani ibadah puasa. Ia mengingatkan puasa tidak boleh sekadar menjadi rutinitas tahunan yang terasa stagnan atau bahkan membosankan.

“Jangan biarkan kerutinan itu menjadikan puasa seakan berjalan di tempat. Puasa involutif. Apalagi, jangan menjadi puasa dan Ramadhan yang terasa bosan,” tegasnya.

Untuk itu, Haedar mengusulkan konsep “puasa anti-boring” dan “mindful-fasting” yang mengedepankan kesadaran penuh serta aktivitas bermakna. Ia mendorong umat Islam untuk menjadikan puasa sebagai sarana menyegarkan tubuh dan jiwa, bukan sekadar ibadah yang melelahkan.

“Ubah ke spirit baru. Puasa itu bikin tubuh dan jiwa fresh. Dunia publik menyebutnya puasa anti-boring,” katanya.

Haedar juga memberikan sejumlah saran praktis agar puasa lebih bermakna. Ia mengajak umat Islam untuk memperbanyak tadarus Al-Quran beserta terjemahan dan tafsirnya, membaca hadis berikut penjelasannya, serta mengikuti kajian-kajian keislaman untuk menambah ilmu dan wawasan.

Selain itu, aktivitas seperti berdzikir dengan khusyuk, beramal kebaikan, membantu sesama, membaca buku ringan yang bermutu, menulis, hingga berolahraga ringan juga dianjurkan untuk mengisi waktu selama Ramadhan.

“Pendek kata, lakukan aktivitas yang bermakna. Jangan biarkan waktu sia-sia begitu saja. Agar tubuh dan jiwa makin sehat. Puasa pun perlu makin bergairah, bersemangat, sarat arti,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Haedar mengingatkan, meskipun puasa secara fisik melibatkan rasa lapar dan haus, hal itu tidak seharusnya membuat seseorang fokus pada kelemahan tubuh. Dengan menjalani puasa secara tulus, rileks, dan berlandaskan nilai-nilai Islam, rasa lapar dan haus dapat dikonversi menjadi energi positif.

“Bawalah seluruh denyut organ tubuh dan perasaan ke kedalaman hati yang teduh, damai, tenang, dan bersemangat tinggi. Dampaknya, puasa tidak terasa lelah, lapar, dan dahaga. Bahkan ada rasa gembira dan bahagia,” tuturnya.

Mengutip hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Haedar menegaskan bahwa puasa membawa dua kegembiraan bagi yang menjalankannya. “Allah Ta’ala berfirman: ‘Li-shaimin farhatani. Farhatun ‘inda fithrihi wa farhatun ‘inda liqai rabbihi’. Artinya, orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka puasa, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” katanya.

Haedar berharap puasa Ramadhan 1446 H menjadi “mikraj ruhani” bagi umat Islam, mengantarkan mereka pada kebahagiaan dunia dan akhirat melalui ibadah yang penuh kesadaran dan semangat.

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya