Liputan6.com, Jakarta - Adalah Anita House, perempuan asal Flowery Branch, Georgia, Amerika Serikat (AS) yang bercerita bahwa jempol kakinya terpaksa diamputasi setelah melakukan perawatan pedikur. Wanita berusia 59 tahun ini percaya, salon kuku merupakan tempat infeksi jarinya dimulai.
"Saat cuaca mulai hangat, Anda berpikir, 'sandal' dan Anda berpikir, 'pedikur,"" kata House pada Fox News Digital, dikutip dari New York Post, Rabu, 22 Februari 2023. Ia melanjutkan, itu adalah akhir pekan terakhir di bulan Februari 2019 ketika ia dan saudara perempuannya pergi ke salon kuku lokal untuk melakukan perawatan pedikur.
House mengatakan, ia sering mengunjungi salon yang sama beberapa kali sebelumnya, dan tidak ada masalah sama sekali. Menurutnya, staf menggunakan apa yang tampak seperti liner bersih dan sekali pakai di bak pedikur.
Advertisement
Baca Juga
Ada sekitar 15 pelanggan yang menerima layanan salon hari itu, termasuk ia dan saudara perempuannya, kenang House. Pedikur dimulai dan pekerja salon yang menangani kaki House berupaya menghilangkan kuku jari kaki yang tumbuh ke dalam di jempol kaki kanan House, praktik yang bisa dibilang sering dilakukan di salon kuku.
"Mereka sering melihatnya dan mengeluarkannya," kata House tentang kuku kakinya yang tumbuh ke dalam. "Saya tidak pernah memiliki masalah dengan itu, tapi dia memotongnya, dan dia memotongnya dalam-dalam. Berdarah."
"Itu (tebakan saya) saat bakteri masuk," tambahnya. "Saya tidak bisa membuktikannya di pengadilan, tapi jika saya adalah seorang wanita penjudi, itu akan jadi taruhan saya."
House menggambarkan apa yang terjadi selama beberapa minggu berikutnya sebagai "menyakitkan." Selama empat hari berikutnya, jari kakinya jadi "merah dan bengkak," katanya. "Saya berkata, 'Jika tidak membaik dalam empat atau lima hari lagi, saya akan pergi ke dokter penyakit kaki,'" kenang House.
Ia akhirnya menemui dokter penyakit kaki, yang memberinya krim antibiotik ditambah antibiotik oral, meminta House meminuknya selama tujuh hari. Perawatan tidak berhasil, sementara jari kakinya jadi lebih merah dan bengkak.
"Saat itu pertengahan Maret," kata House, menambahkan bahwa lukanya menjadi sakit. "Tidak sampai Anda tidak bisa berjalan, tapi itu sakit."
Penyebaran Infeksi
House memutuskan menemui ahli penyakit kaki kedua, yang memberinya resep antibiotik lagi, tapi keadaan tidak membaik. "Ia berkata, 'Oke, kami akan mencabut kuku itu,'” House mengenang apa yang diputuskan dokter saat itu. "Saya melihat ke langit-langit, berbicara sendiri, berdoa… Itu tidak menyenangkan."
Empat minggu setelah kuku kaki House dicabut, ia tidak melihat perbaikan dan bertemu dengan Dr. Manuel Rodriguez, seorang spesialis penyakit menular. Rodriguez memberi tahu Fox 5 Atlanta bahwa kultur tidak pernah diambil dari bakteri di dalam jari kaki House untuk menentukan di mana ia tertular infeksi.
Rodriguez mengatakan bahwa ia telah melihat jenis infeksi yang dimiliki House pada orang yang memiliki masalah kesehatan lain, seperti diabetes. "Dalam kasus Nyonya House, ia tidak memiliki penyakit penyerta yang khas untuk mengatakan, 'Wow, wanita ini akan memiliki masalah dalam waktu dekat,'" kata Rodriguez kepada Fox 5 Atlanta.
"Jadi, sangat tidak biasa dalam kasusnya untuk berkembang jadi seperti itu." imbuhnya.
House berkata bahwa ia bersyukur telah menemukan Rodriguez. Ia diinfus dan ketika pembuluh darahnya bermasalah, sebuah port ditempatkan di dadanya dengan harapan untuk mengobati infeksi bakteri.
"Pada saat itu dia (Rodriguez) khawatir bahwa infeksi akan menyebar, dan dia tidak menginginkannya masuk ke aliran darah saya," kata House. "Dia tahu itu ada di tulang di jari kaki pada saat itu."
Advertisement
Akhirnya Diamputasi
Tetap saja, House berusaha menjalani hidupnya dengan normal, bahkan berlibur di bulan September tahun itu. Namun pada bulan yang sama, ia mulai merasa sakit. Hingga pada 15 Oktober 2019, jari kaki kanan House diangkat seluruhnya dengan operasi oleh seorang dokter di Rumah Sakit Universitas Emory di Atlanta
"Melalui itu, itu sangat menarik," katanya. "Saya selalu menganggap diri saya kuat dalam iman saya. Izinkan saya memberi tahu Anda, itu adalah ujian. Saya melakukannya dengan cukup baik. Hanya ada dua kali di mana saya putus asa dan jadi sangat kesal."
Suami House, Rob, juga ada di sana untuk mendukungnya. "Rob sangat santai. Dia tidak pernah cemas, tidak pernah marah, tidak pernah khawatir," katanya. "Saya lebih suka kehilangan jari kaki daripada kehilangan kaki saya. Begitu kami melakukan percakapan itu, dia berkata, 'Oke. Itulah yang akan kami lakukan.'"
House mengatakan bahwa Dr. Rodriguez memberitahunya bahwa infeksinya membuatnya "bingung," karena dia tidak memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. House juga mengatakan dokter lain yang merawatnya karena infeksi ini telah menyebutkan bahwa ia melihat infeksi terkait perawatan kuku lainnya, tapi insiden tersebut telah diobati dengan antibiotik.
Setelah operasinya, House dipindahkan empat minggu kemudian. Ia mengenakan sepatu bot selama dua hingga tiga minggu.
House mengatakan, ia merasa tidak percaya diri di pantai, dan kehilangan jari kakinya telah mempengaruhi hobinya berlatih yoga. Ia sekarang menggunakan alas penari untuk membantu menopang bola kakinya.
Salon Kuku Masih Beroperasi
House memang berbicara dengan seorang pengacara setelah kejadiannya, serta departemen kesehatan daerah. Ia mengatakan bahwa pandemi COVID-19 menunda tindakan yang seharusnya dilakukan. Salon kuku tempat dia yakin penyebab infeksinya terjadi saat ini masih "beroperasi dan berjalan."
"Bukan berarti saya ingin mereka dihukum, tapi (lebih kepada), 'Anda harus menyadari apa yang telah Anda lakukan,'" kata House.
Dusan Sajic, seorang dokter kulit dan asisten asisten profesor kedokteran klinis di McMaster University, sebuah universitas riset publik di Hamilton, Ontario, Kanada, mengatakan pada Fox News Digital bahwa jamur dan ragi telah dilaporkan ada di salon kuku, selain "beberapa bakteri."
Bakteri yang banyak ditemukan di salon antara lain methicillin-resistant staphylococcus aureus (MRSA), kuman penyebab infeksi staph; pseudomonas aeruginosa, kuman yang sering menyebabkan infeksi darah atau paru-paru; serta mikobakteri, kuman yang berpotensi menyebabkan tuberkulosis dan lepra.
"Pada tahun 2000, terjadi wabah besar mycobacterial furunculosis di California utara, yang menyebabkan tindakan keras kesehatan masyarakat yang menunjukkan bahwa sebagian besar salon tidak secara teratur membersihkan layar dan filter yang menjebak kotoran kulit di bak air mereka," Sajic mengatakan.
"Kelalaian ini mengakibatkan wabah infeksi mikobakteri besar dan kecil secara sporadis pada tulang kering individu yang melakukan perawatan pedikur dalam waktu dua minggu setelah prosedur," lanjutnya. "Infeksi mikobakteri cenderung menjadi yang paling umum, serta paling sulit didiagnosis dan diobati."
Infeksi mikobakteri sulit dideteksi karena benjolan merah kecil merupakan tanda awal infeksi, yang terlihat mirip dengan gigitan serangga, menurut Sajic. Benjolan merah dilaporkan dapat membesar, jadi lunak, berubah warna jadi ungu, serta mengeluarkan nanah dalam beberapa minggu atau bulan.
Advertisement