Liputan6.com, Jakarta - Raja Charles III telah membuat seruan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Raja Charles III mengesahkan penelitian independen tentang hubungan Kerajaan Inggris dengan perbudakan.
Dikutip dari New York Post, Jumat (7/4/2023), langkah yang diumumkan Istana Buckingham menandai pertama kalinya pemimpin kerajaan mendukung penyelidikan semacam itu. Hal ini terjadi setelah berabad-abad bungkam pada urusan resmi mereka dengan perdagangan budak.
Baca Juga
Camilla de Koning dari University of Manchester akan menyelidiki keterlibatan keluarga Kerajaan Inggris dalam perdagangan budak transatlantik dan cara-cara yang mendukung ekspansi monarki negara itu, The Guardian melaporkan pada Kamis, 6 April 2023. Studi De Koning, yang dimulai pada Oktober mendatang, disponsori bersama oleh Historic Royal Palaces, sebuah organisasi nirlaba independen yang mengelola beberapa situs milik monarki di London dan Irlandia Utara.
Advertisement
Penelitiannya akan selesai pada musim gugur 2026. Dalam sebuah pernyataan yang diperoleh The Post, juru bicara Istana Buckingham mengatakan bahwa raja menganggap pekerjaan ini "sangat serius," mengulangi pesannya pada para pemimpin Persemakmuran di Rwanda tahun lalu.
"Saya tidak dapat menggambarkan kesedihan pribadi yang mendalam atas penderitaan begitu banyak orang, karena saya terus memperdalam pemahaman saya sendiri tentang dampak abadi perbudakan," katanya.
"Proses itu berlanjut dengan semangat dan tekad sejak aksesi Yang Mulia," lanjut perwakilan istana, seraya menambahkan bahwa para peneliti akan diberikan akses ke koleksi dan arsip kerajaan. "Mengingat kerumitan masalah, penting untuk mengeksplorasinya selengkap mungkin."
Enggan Membahas
Sementara itu, The Guardian juga baru saja meluncurkan dokumen yang terkubur sebelumnya yang ternyata menegaskan keterlibatan Raja William III dalam Perusahaan Perdagangan Budak Royal African, menunjukkan transfer saham perusahaan senilai 1.000 pound Inggris pada uang 1689, dari Edward Colston, wakil gubernur perusahaan, pada raja.
Keluarga kerajaan secara tradisional enggan membahas hubungannya dengan perdagangan budak pada abad ke-17 dan ke-18. Namun demikian, sejarawan telah lama menegaskan kembali bahwa raja Inggris memang didukung atau diuntungkan dari perdagangan jutaan orang dari Afrika ke Karibia dan Amerika Utara.
"Dokumen ini menawarkan bukti yang jelas tentang keterlibatan pusat monarki Inggris dalam perluasan perdagangan budak, dan pentingnya dukungan mahkota untuk pelayaran perbudakan ke Afrika," kata sejarawan Brooke Newman, yang menggali dokumen arsip tersebut.
"Edward Colston telah menjadi terkenal sekarang karena penelitian dan kampanye sejarawan yang berdedikasi di Bristol, tetapi sebenarnya dia adalah sosok yang jauh lebih tidak penting daripada raja dan ratu berturut-turut yang berinvestasi dan memberikan dukungan kerajaan pada perbudakan dan perdagangan budak," tambahnya.
Advertisement
Diskusi Panjang Rencana Akhir Kedatangan Pangeran Harry dan Meghan Markle ke Penobatan Raja Charles III
Keluarga House of Windsor, yang mengambil alih monarki pada 1917, juga baru-baru ini dipaksa memperhitungkan rasisme sistemik di dalam institusi mereka, seperti mantan bangsawan Pangeran Harry dan istrinya Meghan Markle, menuduh bahwa anggota keluarga mengkhawatirkan warna kulit anak sulung mereka, Archie, sekarang berusia 3 tahun, dan Markle sendiri telah mengaku jadi korban rasisme kerajaan.
Sementara, beberapa hal yang terkait penobatan Raja Charles III masih menjadi sorotan dunia. Salah satunya adalah rencana yang sedang diselesaikan agar Pangeran Harry dan Meghan Markle bisa terbang ke Inggris untuk penobatan Raja Charles III, kata beberapa sumber pada Page Six.
Dikutip dari Page Six, Kamis, 6 April 2023, tersisa waktu satu bulan sebelum penobatan Raja Charles III di Westminster Abbey di London, Inggris. Orang dalam kerajaan mengatakan pada Page Six, "Ada diskusi panjang antara Sussex dan istana, tentu saja ada waktu yang sulit untuk hal ini. Ini adalah peristiwa bersejarah dan diharapkan Harry dan Meghan akan hadir di sana."
Keputusan akhir masih ada di tangan Harry, seperti yang diakui salah satu sumber terkemuka, "Semua keluarga itu sulit, tapi ini bukan keluarga normal, tentu saja. Harry punya banyak pertanyaan tentang bagaimana acara itu akan berjalan."
Pembicaraan juga sedang berlangsung tentang apakah Putri Wales akan mengenakan tiara untuk penobatan. Ia sebelumnya memakai headpiece favorit Putri Diana, tiara Lover's Knot.
Kehadiran Keluarga Kerajaan
Namun, Meghan Markle tidak mungkin memiliki akses ke perhiasan keluarga, selain dari apa yang telah Harry berikan padanya, kata sumber kerajaan. Pangeran Harry telah blak-blakan mengungkap rasa sakit hatinya pada anggota keluarga Kerajaan Inggris.
Saat mempromosikan memoarnya Spare, Harry mengatakan keluarga mungkin tidak akan pernah meminta maaf pada mereka. "Sekarang Anda bisa berargumen bahwa (ada) beberapa hal yang saya masukkan ke sana, yah, mereka tidak akan pernah memaafkan saya," tulisnya.
"Tapi menurut saya, saya bersedia memaafkan kalian atas semua yang telah kalian lakukan, dan saya berharap kalian benar-benar duduk bersama saya, dengan benar, dan alih-alih mengatakan saya delusi dan paranoid, duduklah dan membicarakan hal ini dengan benar, karena yang benar-benar saya sukai adalah akuntabilitas dan permintaan maaf pada istri saya," jelas Harry.
Istana Buckingham bersiap untuk upacara yang akan disaksikan di seluruh dunia pada 6 Mei 2023. Cucu tertua Charles, Pangeran George, mengambil peran utama, bersama tiga cucu Permaisuri Camillia sendiri, Gus dan Louis Lopes, Freddy Parker Bowles dan keponakannya Arthur Elliot. Sedangkan, pasangan Sussex sepenuhnya sadar bahwa ini adalah momen semua mata akan tertuju pada mereka pada hari itu.
Namun yang belum diketahui adalah apakah mereka akan membawa anak mereka, Archie, yang akan merayakan ulang tahunnya yang ke-4 pada 6 Mei dan Lilibet yang berusia satu tahun. Lilibet yang biasa dipanggil Lili, berusia 1 tahun saat keluarganya berada di Inggris untuk merayakan Platinum Jubilee Ratu Elizabeth II pada Juni tahun lalu.
Advertisement