Liputan6.com, Jakarta - Siapa ibu-ibu di Indonesia yang tidak kenal Tupperware? Label wadah makanan itu terkenal bereputasi baik di kalangan konsumen Indonesia karena awet dipakai hingga bertahun-tahun. Belum lagi soal jaminan penggantian produk seumur hidup dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Siapa sangka, kondisinya dikabarkan kini babak belur. Mengutip laman CNN, Rabu (12/4/2023), saham Tupperware dilaporkan turun hampir 50 persen pada Senin, 10 April 2023, menyusul peringatan soal masa depan perusahaan yang suram.
Dalam pelaporan kepada otoritas pada Jumat malam, pekan lalu, produsen wadah makanan menyampaikan soal 'keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan usaha'. Mereka juga mengatakan bekerja sama dengan penasihat keuangan untuk mendapatkan pembiayaan agar dapat bertahan.
Advertisement
Tupperware mengatakan tidak akan memiliki cukup uang untuk mendanai operasinya jika tidak mendapatkan uang tambahan. Perusahaan mengatakan sedang menjajaki potensi PHK, dan sedang meninjau portofolio real estatnya untuk upaya penghematan uang potensial.
New York Stock Exchange juga memperingatkan bahwa saham Tupperware terancam dihapus dari bursa karena tidak mengajukan laporan tahunan yang diwajibkan. "Tupperware telah memulai perjalanan untuk membalikkan operasi kami dan hari ini menandai langkah penting dalam mengatasi posisi modal dan likuiditas kami," kata CEO Tupperware Miguel Fernandez dalam siaran pers.
Ia menyambung. "Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami."
Akar Masalah yang Belit Tupperware
Bisnis berusia 77 tahun itu telah berjuang dalam beberapa tahun terakhir untuk mempertahankan relevansinya di tengah persaingan. Merek itu berusaha melepaskan citranya yang tenang dan menarik pelanggan yang lebih muda dengan produk yang lebih baru dan lebih trendi.
Perusahaan itu pada tahun lalu bersepakat dengan jaringan supermarket di Amerika Serikat, Target, untuk menjual produknya. Kerja sama itu, kata Tupperware, adalah bagian dari reinvention merek, yang mencakup rencana untuk menumbuhkan bisnis melalui beberapa saluran ritel dan menampilkan produknya kepada konsumen yang lebih muda yang bahkan belum pernah mendengar tentang pesta Tupperware.
Tapi, usaha tersebut dianggap gagal. Saham perusahaan turun 90 persen selama setahun terakhir yang memicu otoritas mengeluarkan peringatan "going concern" November 2022.
Menurut Neil Saunders, analis ritel dan direktur pelaksana di GlobalData Pengecer, beberapa masalah merugikan Tupperware, termasuk "penurunan tajam dalam jumlah penjual, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, dan merek yang masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen yang lebih muda". Dia mengatakan Tupperware berada dalam "posisi genting" secara finansial karena berjuang untuk meningkatkan penjualan, dan karena asetnya ringan, ia tidak memiliki "banyak kapasitas untuk mengumpulkan uang".
"Perusahaan ini dulunya merupakan sarang inovasi dengan gadget dapur pemecah masalah, tetapi sekarang benar-benar kehilangan keunggulannya," katanya.
Advertisement
Sejarah Pendirian Tupperware
Mengutip laman tupperware.co.id, perusahaan itu diprakarsai oleh Earl Silas Tupper, pebisnis kelahiran Amerika Selatan. Pada usia 21 tahun, Tupper bergabung dengan perusahaan yang berbasis inovasi. Lewat berbagai riset yang dilakukan, ia berhasil menemukan metode untuk memurnikan ampas biji hitam polyethylene (bahan dasar pembuat plastik) menjadi plastik yang fleksibel, kuat, tidak berminyak, bening, aman, ringan dan tidak berbau.
Pada 1938, Tupper mendirikan usaha plastik miliknya sendiri, Earl S Tupper Company dan mematenkan produknya dengan nama Poly-T. Pada 1946, Tupper meluncurkan produk pertamanya berupa wadah penyimpan makanan Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler dengan merek Tupperware.
Dalam mempromosikan produknya, Tupperware menggunakan pendekatan Tupperware Party, yakni cara berjualan dengan menggelar acara pesta di rumah. Cara tersebut diperkenalkan pertama kali oleh Brownie Wise. Diperkirakan hampir setiap 1,3 detik diselenggarakan Tupperware Party di salah satu sudut dunia.Â
Konsep jualan itu juga dipraktikkan di Indonesia. Perusahaan juga menggunakan konsep keanggotaan untuk merekrut para penjual dari berbagai kalangan, khususnya para perempuan.
Luncurkan Koleksi Sambut Ramadan dan Lebaran
Awal Ramadan lalu, Tupperware meluncurkan Tupperware Gourmet Servers, piranti saji yang cocok digunakan untuk menyajikan makanan di momen Ramadan dan Lebaran. Koleksi ini lahir dengan sentuhan warna tosca yang memberikan nuansa damai dan mewah.
"Warna hijau ini cocok dengan nuansa Ramadan. Dengan gabungan hijau tosca dan hijau segar, kita menyebutnya sebagai ‘hijau berkah’," terang Rina Sudiana, Product Manager Marketing Department Tupperware Indonesia, pada acara peluncuran produk di Kantor Tupperware, South Quarter, Jakarta Selatan, pada Selasa, 28 Maret 2023.Â
Warna ini juga bisa menampilkan sajian elegan di rumah dan membuat masakan tampak lebih menggugah selera. Dalam satu set Gourmet Servers, terdapat beberapa ukuran wadah, yaitu ukuran 2L sebanyak dua buah dan ukuran 1,3L sebanyak dua buah disertai dengan empat sendok. Dengan ukuran yang cukup besar tersebut, koleksi itu mampu menampung aneka makanan dalam jumlah besar hingga makanan berkuah.
Produk itu diklaim memiliki tiga fungsi Bukan hanya sekadar wadah saji biasa, tetapi produk ini juga dapat digunakan untuk tiga kegunaan lain, yaitu menyajikan makanan di meja makan, menyimpan makanan tersisa di dalam lemari es, dan menghangatkan makanan kembali di dalam microwave.
"Materialnya juga food grade, dipilihkan yang aman untuk pemanasan singkat di dalam microwave selama 1-3 menit," jelas Rina.Â
Advertisement