Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria ditangkap awal April 2023 di Bandara Internasional Boston Logan karena diduga membawa "sedotan vampir" di tas jinjingnya. Nama barang itu disamakan dengan Drakula dan kelelawar penghisap darah, meski sedotan itu sebenarnya tidak ada hubungannya dengan vampir.
Dikutip dari CNN, Senin (1/5/2023), istilah "sedotan vampir" digunakan untuk merujuk pada sedotan titanium dengan ujung runcing. Polisi Massachusetts mengatakan kepada CNN bahwa sedotan yang disita dari turis tersebut telah dibeli dari Szabo Inc., yang menjual sedotan vampir titanium seharga 85 dolar AS atau setara Rp1,2 juta.
Baca Juga
Sedotan tersebut banyak kegunaan, menurut daftar produk Szabo. Sedotan ini "memungkinkan pengguna untuk minum dengan mudah setiap minuman shake atau smoothie yang kental."
Advertisement
Sedotan vampir juga "dirancang untuk pertahanan diri" dan "cukup panjang untuk digunakan seperti belati". Daftar mencatat sedotan dapat dengan mudah dibawa di depan umum "tanpa menarik perhatian" dan juga dapat digunakan untuk mengempiskan ban.
Ujung sedotan yang dipahat cukup tajam untuk menusuk sebagian besar bahan sintetis, kata daftar itu. Beberapa perusahaan lain juga mengiklankan sedotan titanium untuk pertahanan diri.
Legalitas membawa sedotan vampir bergantung pada undang-undang pisau setempat, kata kantor TSA New England kepada CNN melalui email. Di Massachusetts, tempat pria itu ditangkap, adalah ilegal untuk membawa "instrumen bermata" tertentu, termasuk stiletto dan belati, kata polisi negara bagian kepada CNN.
Polisi negara bagian dan TSA menemukan bahwa sedotan itu "masuk kategori itu," kata polisi. Pelanggar dapat didenda atau hukuman hingga lima tahun penjara jika mereka memiliki tuduhan kejahatan sebelumnya. Selain itu, TSA melarang membawa benda tajam di dalam tas jinjing.
Didenda Rp27 Juta karena Bawa Sandwich Subway dari Singapura
Sebelumnya, seorang perempuan Australia berbagi pentingnya mengisi formulir deklarasi imigrasi dengan benar. Pasalnya karena kelalaian tersebut, ia didenda setelah tidak menyatakan isi sandwich Subway yang dibawanya dari Singapura.
Melansir CNA, Selasa, 19 Juli 2022, hal itu melanggar undang-undang biosekuriti Australia yang ketat. Dalam video TikTok yang diunggah pada 1 Juli 2022, Jessica Lee berkata, "Saya baru saja membayar (denda) 2.644 dolar Australia untuk (sandwich) Subway yang saya bawa dari Singapura, Anda tahu?"
Ia pulang ke Perth setelah perjalanan ke Eropa dengan transit singkat di Singapura. Sambil mengakui bahwa itu adalah kesalahannya, Lee melanjutkan, "Saya membeli Subway di Bandara Singapura (Changi), karena saya adalah lapar setelah penerbangan 11 jam."
"Saya makan enam inci sebelum penerbangan kedua saya, dan menyimpan enam inci lain untuk penerbangan, yang membuat mereka lebih dari senang," ia menuturkan. Namun, yang tidak ia sadari adalah, selain barang bawaan dan koper, formulir pernyataan juga berlaku untuk sandwich-nya.
"Saya tidak mencentang ayam, dan saya tidak mencentang selada. Ayam dan selada!" katanya bercerita.
Lee kemudian mengangkat formulir dengan pemberitahuan pelanggaran, menunjukkan denda 2.664 dolar Australia (sekitar Rp27 juta) yang telah ia bayarkan. Penumpang pesawat ini menyimpulkan bahwa membayar denda dalam waktu 28 hari sejak pemberitahuan tidak akan mudah. "Saya berhenti dari pekerjaan saya sebelum perjalanan ini, dan saya harus membayar sewa," tuturnya.
Advertisement
Dikeluarkan dari Pesawat karena Bawa Mesin Pencuci Darah
Kasus penumpang dikeluarkan dari pesawat kembali terjadi. Kali ini, kejadian tersebut menimpa seorang pria asal Tennessee, Amerika Serikat. Ia dikeluarkan dari penerbangan United Airlines rute Denver-Knoxville, baru-baru ini, setelah diketahui membawa mesin pencuci darah ke dalam kabin pesawat.
Adron McCarter mengatakan pada WBIR bahwa ia telah menyelesaikan dokumen tambahnan untuk membawa mesin tersebut. Alat itu digunakan sebagai bagian dari pengobatan penyakit ginjal yang diidapnya, seperti dilansir dari Newsweek, Selasa, 12 Oktober 2021.
Namun dalam perjalanan pulang, McCarter mengklaim pilot tidak mengizinkannya terbang. "Mereka datang dan meminta kami turun dari pesawat. Jadi, saya bangun dan keluar. Ketika saya melakukannya, pilot itu berdiri di depan istri saya," kata McCarter.
Melalui mikrofon, pihak maskapai mengatakan lelaki itu mencoba membawa "sesuatu yang tidak diizinkan di pesawat." Mereka kemudian memintanya turun di depan semua penumpang. "Seolah-olah kami teroris," katanya.
McCarter mengatakan bahwa ia harus menjalani perawatan mental setelah insiden yang terjadi pada 5 Oktober 2021 tersebut. Ia mengaku sangat sedih karena kejadian tersebut.
"Saya mengalami serangan panik yang hebat dan itu membuat saya marah pada saat yang sama. Anda tidak bisa memperlakukan orang seperti itu," katanya.
Bawa Kotoran Sapi dalam Koper
Petugas bea cukai di Bandara Dulles di pinggiran kota Washington, DC, Amerika Serikat (AS), terkejut setelah menemukan setumpuk kotoran sapi kering tertinggal di bagasi penumpang Air India. Kotoran itu kemudian dibawa dan dihancurkan oleh petugas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS yang kebingungan pada Selasa, 18 Mei 2021.
CBP memperingatkan para ppelancong agar tidak mengimpor barang-barang semacam itu di masa depan. Spesialis pertanian CBP menemukan dua kotoran sapi kering di dalam koper yang ditinggalkan penumpang dari penerbangan Air India.
Menguraikan temuan mereka, agensi tersebut mengungkapkan kotoran sapi dilaporkan menjadi energi vital dan sumber memasak di beberapa bagian dunia. Kotoran sapi juga dilaporkan digunakan sebagai detoksifikasi kulit, antimikroba, dan pupuk.
Namun, AS melarang impor kotoran sapi karena berpotensi membawa Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), penyakit yang tidak pernah diderita ternak negara itu sejak 1929. Namun, satu kasus berpotensi membawa perdagangan ternak ke tingkat internasional macet total.
"PMK adalah salah satu penyakit hewan yang paling ditakuti oleh pemilik ternak, memiliki konsekuensi ekonomi yang serius, dan ini merupakan fokus ancaman kritis dari misi perlindungan pertanian Pabean dan Perlindungan Perbatasan," komentar Keith Fleming, penjabat direktur operasi lapangan untuk CBP's Baltimore Field Office .
"Pakar pertanian CBP adalah pelindung garis depan bangsa kita atas pertanian vital dan sumber daya alam yang membantu menjaga ekonomi bangsa kita kuat."
Advertisement