Liputan6.com, Jakarta - Sudah lama sejak jamu dipercaya sebagai minuman tradisional Indonesia yang punya segudang manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun demikian, mengonsumsi jamu secara berkelbihan juga tidak direkomendasikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Melansir situs webnya, Senin, 15 Mei 2023, efek samping konsumsi jamu secara berlebihan terbagi jadi tiga: efek jangka pendek, menengah, dan panjang.
Baca Juga
1. Efek Jangka Pendek
Gangguan pencernaan, seperti diare dan muntah, disebut sebagai efek jangka pendek konsumsi jamu melebihi takaran seharusnya.
Advertisement
2. Efek Jangka Menengah
Potensi efek jangka menengah karena berlebihan mengonsumsi jamu adalah gangguan fungsi liver. Pasalnya, ketika jamu atau bahan herbal lain masuk ke dalam pencernaan, proses metabolisme akan berlangsung di liver.
3. Efek Jangka Panjang
Bila mengonsumsi jamu secara berlebihan, pekerjaan liver akan jadi berat dan akhirnya terganggu. Dalam catatan efek jangka panjang, kebisaan ini berpotensi menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
Dijelaskan bahwa ginjal harus bekerja keras untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme jika dikonsumsi melebihi dosis. Karena itu, mencari jamu yang tidak mengandung beragam zat kimia, pengawet, dan terbukti higienis adalah sedikit tips aman mengonsumi jamu setiap hari. Jika meminum jamu yang dijual dalam bentuk kemasan, cari yang sudah teruji Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Kemudian, jika ingin menggunakan jamu untuk pengobatan penyakit tertentu, ada baiknya konsultasikan langsung pada dokter agar menggunakan jamu dengan jenis dan dosis yang tepat. Perlu diingat bahwa untuk kondisi kesehatan tertentu, jamu tidak dapat menggantikan obat-obatan yang diresepkan dokter.
Memilih Bahan Jamu Segar
Selain itu, dikutip dari laman Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Puskesmas Indonesia (PDPKMI), 28 Maret 2023, Kemenkes juga merilis cara memilih bahan jamu segar. Sebagai awalan, pihaknya menjelaskan jamu segar sebagai jamu yang baru dibuat dari ramuan bahan tumbuhan obat untuk segera dikonsumsi.
"Jamu segar sebaiknya untuk dikonsumsi (dalam) satu hari (setelah dibuat)," sambung mereka. "Namun, dapat juga disimpan di kulkas maksimal 2–3 hari." Dalam memilih bahan baku jamu, pihaknya mencatat beberapa poin, yakni:
- Jenis tumbuhan benar, bebas dari cemaran bahan lain, seperti tanah, pasir, dan rumput;
- Cukup umur;
- Bebas dari hama penyakit;
- Bagian tumbuhan yang dibutuhkan tepat;
- Rimpang/akar;
- Kulit batang/kayu;
- Daun;
- Bunga;
- Biji;
- Buah; dan
- Herba.
Ketagori pemilihan rimpang/akar adalah:
- Segar. Dinyatakan segar jika kulit rimpang tampak halus atau tidak kisut, kaku, dan mengkilat.
- Utuh. Rimpang dinyatakan utuh bila tidak ada patahan dan tidak rusak.
- Tidak bertunas
- Penampang melintang cerah
- Bebas serangga dan hama penyakit. Semua organisme yang dapat dilihat dengan mata tanpa pembesaran.
- Tidak busuk. Tidak ada bagian lunak atau bonyok yang disebabkan jamur atau bakteri pada rimpang yang masih segar. Dengan ktata lain, rimpang sebagai bahan pembuat jamu tidak boleh busuk maupun berbau tidak enak.
Advertisement
Kayu sampai Herbal untuk Membuat Jamu
Memilih kulit batang/kayu:
- Segar;
- Warna cerah dan tidak kusam;
- Bebas jamur dan hama penyakit; dan
- Kering dan mudah patah.
Memilih daun:
- Segar;
- Warna cerah dan tidak layu; dan
- Bebas hama penyakit.
Pemilihan biji:
- Tidak keropos;
- Bebas hama penyakit; dan
- Warna cerah dan tidak kusam.
Buah sebagai bahan pembuat jamu:
- Buah segar dengan ciri-ciri kulit mengilat;
- Buah kering dengan warna cerah dan bau khas; dan
- Bebas hama penyakit.
Pemilihan herbal:
- Tumbuhan lengkap tanpa akar;
- Dipanen sebelum berbunga;
- Bau khas; dan
- Bebas hama penyakit.
Lebih lanjut pihaknya menerangkan tahapan penanganan bahan baku jamu segar. Pertama, pilih bahan yang segar, lalu sortir. Kemudian, cuci bahan dengan air mengalir dan tiriskan.
Kemenkes juga mengimbau untuk tidak memakai botol bekas air mineral sebagai tempat menampung produk jamu. Alih-alih, pilih botol tertutup, seperti botol kaca, yang lebih aman digunakan untuk menyimpan jamu.
"Botol dan tutup dicuci, disikat pakai sabun sampai bersih dan bilas dengan air," tulisnya. "Rebus botol dalam air sampai mendidih selama 15 menit. Tiriskan hingga kering sebelum disimpan pada tempat khusus."
Jamu Tidak Boleh Dikonsumsi Anak Kurang dari 6 Bulan
Ketua Umum Persatuan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania menegaskan bahwa ramuan herbal, termasuk jamu, tanpa petunjuk dokter ahli tidak boleh diberikan pada bayi berumur di bawah enam bulan. Pernyataan ini dirilis menyusul berita bayi berumur 54 hari meninggal akibat sesak nafas dan infeksi paru setelah meminum ramuan daun kecipir dan kencur.
"Atas petunjuk dokter ahli, ibu menyusui dibolehkan mengonsumsi beberapa ramuan herbal tertentu dalam takaran yang aman," sebut dr. Inggrid dalam keterangan resmi pada Liputan6.com, 20 Januari 2023. "Misalnya, empon-empon termasuk kunyit, kencur, dan sebagainya, serta herbal dalam bentuk sayuran, termasuk kelor, kecipir dan lain-lain."
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kecipir merupakan tanaman kacang-kacangan sarat protein dari setiap bagian tanamannya yang kaya nutrisi. "Namun, (kecipir) berisiko menimbulkan alergi pada bayi seperti halnya kedelai," sebutnya.
Karenanya, agar konsumsinya tetap aman, setiap bagian tanaman kecipir bisa diperkenalkan sebagai pangan sayur pada bayi berusia mulai dari satu tahun dengan takaran sebagaimana sayur pada umumnya, yakni 1--2 sendok makan maksimal 3--4 kali sehari.
Â
Disclaimer: Jamu adalah ramuan tradional berbahan alami yang bisa membantu kesehatan tubuh. Bila ada keluhan kesehatan, sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter.
Advertisement