Liputan6.com, Jakarta - Badan Pariwisata Thailand (TAT) berharap "numpang promosi" di perjalanan Lisa BLACKPINK, baru-baru ini, ke kampung halamannya di Negeri Gajah Putih. Mengenakan kain tradisional ke kota kuno dekat Bangkok, perjalanan Lisa BLACKPINK diharapkan menarik lebih banyak wisatawan ke Situs Warisan Budaya UNESCO.
Melansir SCMP, Kamis (8/6/2023), minggu ini, Lisa mengunggah foto dirinya memakai kain tradisional Thailand dan blus lengan pendek ke Instagram saat mengunjungi reruntuhan kuil Buddha, dan makan malam di restoran berbintang Michelin di Ayutthaya. Itu merupakan wilayah Kerajaan Siam yang dihancurkan pengepungan pasukan Burma pada 1767.
Baca Juga
Perjalanan idol kelahiran Thailand itu diprediksi akan membantu meningkatkan ekonomi lokal yang bergantung pada pariwisata, termasuk toko-toko yang menyewakan kostum tradisional Thailand dan mengundang pengunjung ke lokasi tersebut. Eksekutif TAT, Thapanee Kiatphaibool, mengatakan agensinya mempromosikan tempat suci, seperti Wat Na Phra Meru dan Wat Mahathat, yang dikunjungi Lisa dalam upaya memikat penggemar pelantun lagu MONEYÂ tersebut.
Advertisement
Selain, budaya dan pakaian Thailand juga didorong popularitasnya. "Lisa adalah influencer online terkenal. Perjalanannya ke Ayutthaya akan berdampak positif bagi industri pariwisata dan membantu memacu perekonomian bisnis lokal," kata Thapanee.
Ia menambahkan, penjualan pakaian yang dikenakan Lisa melonjak setelah foto media sosialnya jadi viral, lapor Bangkok Post. Seorang penjual juga berterima kasih pada Lisa karena menghidupkan kembali minat pada pakaian tradisional Thailand yang membuat bisnisnya meningkat.
Â
Bukan Kali Pertama
Pedagang itu berkata, "Terima kasih Lisa karena telah mengenakan pakaian tradisional dan berpose di depan situs kuno di Ayutthaya, mendorong pemulihan ekonomi, dan mengundang wisatawan menyewa pakaian Thailand saat berkunjung ke tempat tersebut" katanya.
Ini bukan kali pertama Lisa BLACKPINK "meminjamkan" kekuatan mereknya pada produk budaya Thailand. Pada 2021, penjual makanan dan pedagang pakaian di kampung halamannya, Buriram, yang terpukul pandemi, mengalami lonjakan permintaan barang jualan setelah ia mengoceh tentang mereka selama acara bincang-bincang untuk mempromosikan single solo pertamanya LALISA.
Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha telah memuji Lisa karena menampilkan budaya Thailand pada dunia. Apa yang dilakukan Lisa, baru-baru ini, sebenarnya selaras dengan promosi pergeseran proporsi wisatawan dari kota besar ke kota sekunder.
Melansir The Thiager, selama lima bulan pertama tahun 2023, kunjungan wisatawan mancanegara di negara itu tercatat mencapai 10.568.485, dengan 1.972.033 kunjungan pada Mei 2023 saja. Lima negara teratas dalam jumlah pengunjung adalah Malaysia, Cina, India, Korea Selatan, dan Laos.
Advertisement
Dorongan Berwisata ke Non-Kota Besar di Thailand
Demi merangsang perjalanan ke kota-kota sekunder, TAT telah bermitra dengan Central Pattana untuk meluncurkan kampanye "Go Local, Love Local." Fase pertama berfokus pada empat provinsi: Nakhon Si Thammarat, Ayutthaya, Ubon Ratchathani, dan Chanthaburi.
Tujuannya adalah meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota-kota sekunder dari rasio saat ini 10 persen dengan kota-kota besar sebesar 90 persen, jadi 20 persen di kota-kota sekunder dan 80 persen di kota-kota besar pada akhir tahun 2023. Sebagai bagian dari upaya kolaboratif, TAT, Central Pattana, operator pariwisata lokal, dan perusahaan rintisan perjalanan akan mengembangkan rute dan pengalaman baru.
Antara Januari hingga Mei 2023, terdapat 134 juta kunjungan wisatawan domestik dan internasional di Negeri Gajah Putih. Turis Thailand menyumbang 100 juta dari kunjungan ini, menghasilkan pendapatan sebesar 9,59 juta baht, sedangkan turis asing menyumbang 5,8 juta baht.
Penekanan TAT adalah memperpanjang durasi perjalanan wisata untuk meningkatkan lama tinggal dan pengeluaran keseluruhan. Thapanee menyatakan bahwa target 25 juta pengunjung asing dapat dicapai, dengan harapan mencapai 28--30 juta.
Usulan Pajak Keberangkatan
Jumlah wisatawan ini akan sangat menguntungkan industri pariwisata Thailand, karena jumlah wisatawan asing telah meningkat dibandingkan dengan 11 juta pada 2022. Namun, tantangannya tetap apakah tiga bulan terakhir tahun ini dapat mempertahankan tingkat pertumbuhan yang diperkirakan.
Thapanee juga mencatat bahwa perlambatan perjalanan domestik disebabkan penurunan daya beli, meningkatnya utang rumah tangga, dan faktor politik. Ketika orang jadi lebih sadar akan berita dan peristiwa, hal itu dapat menyebabkan frustrasi dan melakukan perjalanan sebagai pelarian.
Jadi, selama masa politik yang tidak menentu, sektor pariwisata dapat jadi bagian dari pengurangan konflik dan peningkatan kebahagiaan, lapor Khaosod Online. Sebelumnya pada awal Mei 2023, Departemen Pendapatan Thailand sudah mengusulkan penerapan "pajak keberangkatan" sebesar 1.000 baht atau sekitar Rp434 ribu untuk semua penumpang pesawat yang akan berangkat ke luar negeri, baik turis asing maupun warga Thailand.
Usulan itu dalam rangka mencegah pengeluaran berlebihan. Ide tersebut muncul di tengah resistensi dari pejabat pariwisata. Penumpang pesawat akan dikenakan pajak 1.000 baht saat meninggalkan Thailand, sedangkan yang keluar via darat dan laut akan dikenakan biaya 500 baht.Â
Advertisement