Liputan6.com, Jakarta - Mohamed Al Fayed meninggal dunia di usia 94 tahun. Dia adalah tokoh penting kelahiran Mesir di balik kesuksesan dua ikon London, Harrods Department Store dan klub sepakbola Fulham. Namanya paling banyak dibicarakan setelah kematian Putri Diana dan putranya, Dodi Al-Fayed.
"Nyonya Mohamed Al Fayed, anak-anak dan cucunya ingin mengonfirmasi bahwa suami, ayah, dan kakek mereka tersayang, Mohamed, meninggal dunia dengan tenang karena usia tua pada Rabu, 30 Agustus 2023," demikian pernyataan resmi keluarga yang dirilis oleh Fulham FC pada Jumat, 1 September 2023.
Baca Juga
Mengutip CNN, Sabtu (2/9/2023), Al Fayed lahir di Alexandria, Mesir, pada 1929. Ia sempat menikah dengan Samira Khashoggi, seorang penulis Arab dan saudara perempuan dari miliarder pedagang senjata Adnan Khashoggi. Pernikahan mereka berjalan singkat, tetapi ia memanfaatkan peluang untuk mengembangkan bakat bisnisnya.
Advertisement
Setelah bekerja dengan Adnan Khasoggi, ia mendirikan perusahaan pelayarannya sendiri. Al Fayed lalu pindah ke London, Inggris, dan mulai membangun portofolio real estate yang luas yang berfokus pada destinasi mewah.
Pada 2021, kekayaan bersihnya sekitar USD 1,8 miliar, menurut Forbes. Bisnisnya termasuk Punch Magazine, Kurt Geiger, gedung pencakar langit Manhattan 75 Rockefeller Plaza, dan blok apartemen mewah Hyde Park Residence di London. Ia juga sempat memiliki Hotel Ritz di Paris selama empat dekade.
Namun, jantung utama sumber kekayaan yang bernilai miliaran dolar adalah department store Harrods yang tersebar di seluruh blok lingkungan Mayfair yang bergengsi di London. Toko itu telah menjadi tujuan belanja paling glamor di kota itu selama beberapa dekade.
Pertikaian Bisnis
Al Fayed kerap membandingkan department store miliknya dengan salah satu keajaiban dunia di negeri asalnya. "Harrods adalah piramida saya," katanya kepada CNN pada 2004.
Ia agresif mengembangkannya, termasuk tak segan membuat penawaran besar-besaran untuk grup House of Fraser, termasuk tokonya. Ia memaksanya berhadapan langsung dengan taipan Inggris kontroversial Roland “Tiny” Rowland. Keduanya terlibat dalam beberapa putaran pertikaian publik. Pada akhirnya, Al-Fayed membeli grup tersebut dengan kesepakatan USD 842 juta.
Di sisi lain, Al Fayed terkenal berhubungan baik dengan pemerintah Inggris dan juga karena investasinya. Selama beberapa dekade, ia secara terbuka memperjuangkan kewarganegaraan Inggris, sebuah upaya yang dimulai ketika Rowland mengajukan pertanyaan di depan umum tentang sumber pendapatannya.
Pada 1994, ia memicu skandal politik ketika ia menyebutkan nama anggota parlemen Inggris yang menerima uang darinya sebagai imbalan untuk mengajukan pertanyaan di Parlemen atas namanya.
Advertisement
Tuduhan Pembunuhan Anaknya dan Putri Diana
Al Fayed memiliki enam anak, termasuk pengusaha aktivis lingkungan Omar Fayed dan Dodi yang meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas bersama Putri Diana pada 1997. Selama beberapa dekade, Al Fayed meyakini bahwa pasangan itu telah dibunuh, meski penyelidikan membuktikan sebaliknya, dan ia berbalik mengkritik Kerajaan Inggris di sisa hidupnya.
Al-Fayed sering melontarkan hinaan kepada keluarga kerajaan Inggris sehingga ia di-persona non grata-kan di kalangan elit negara. Hubungannya dengan keluarga kerajaan digambarkan pada musim kelima “The Crown” tahun lalu.
"Saya tinggal di negara di mana saya merasa kasihan pada masyarakat biasa dan sebagian besar orang yang tinggal di negara ini. Nasib dan hak asasi mereka diculik oleh gangster dan orang-orang yang menyebut diri mereka mapan," katanya suatu kali kepada CNN.
Pada pemeriksaan kematian Diana pada 2008, dia menyebut kelompok itu sebagai 'keluarga Drakula'. Dia berjanji selama bertahun-tahun dengan sia-sia untuk menemukan bukti yang bertentangan dengan kesimpulan resmi tentang kecelakaan mobil yang menewaskan Putri Diana. Ia mengatakan kepada pengadilan yang sama bahwa dia tidak akan beristirahat 'sampai aku mati', bahkan jika dia kehilangan 'segalanya untuk menemukan kebenaran'.
Jasanya bagi Klub Sepak Bola Fulham
Al Fayed diinterogasi oleh polisi pada 2008 terkait tuduhan pelecehan seksual padanya. Namun, dia membantahnya, kata juru bicara Harrods pada saat itu. Al Fayed akhirnya menjual toko tersebut kepada keluarga kerajaan Qatar pada 2010, dengan harga USD2,25 miliar.
Sang taipan juga menjadi pemain utama dalam olahraga terpopuler di dunia, dengan membeli klub sepak bola tertua di London, Fulham, ketika mereka terpuruk di liga-liga bawah Inggris. Kadang-kadang dia hampir tidak bisa menahan kecenderungannya untuk tampil mencolok dan mewah, seperti dengan mendirikan patung emas Michael Jackson di stadion Craven Cottage di Fulham, sebuah penghormatan kepada teman superstar popnya.
Namun, para penggemar tim tetap bersyukur atas investasi finansial yang membawa tim ini keluar dari kelesuan pertandingan Inggris menuju Liga Premier dan final besar Eropa. Nama taipan itu masih dinyanyikan setiap minggu di teras pertandingan Fulham, setidaknya sepuluh tahun setelah dia menjual klub tersebut.
Advertisement