Sejarah Gedung Arsip Nasional yang Jadi Tempat Deklarasi TPN Ganjar Pranowo-Mahfud MD

Pada masa lalu, Gedung Arsip Nasional sempat beberapa kali berpindah kepemilikan, dan bahkan pada abad ke-9 berubah menjadi panti asuhan. Gedung yang jadi tempat deklarasi TPN Ganjar Pranowo-Mahfud MD ini memang punya sejarah panjang.

oleh Henry diperbarui 19 Okt 2023, 02:05 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2023, 22:47 WIB
Mengenang Sejarah Kemerdekaan Lewat Pameran Indonesia Bergerak
Koleksi foto arsip tentang sejarah Indonesia pada pameran Indonesia Bergerak 1900-1942 (Revamped) di Gedung Arsip Nasional Jakarta, Selasa (15/12/2020). Pameran menceritakan kiprah bangsa Indonesia serta para tokoh dalam masa pergerakan nasional hingga jelang kemerdekaan. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Gedung Arsip Nasional RI menjadi lokasi deklarasi bakal calon presiden (Bacapres) Ganjar Pranowo dan dan bakal calon wakil presiden (Bacawapres) Mahfud MD pada Rabu malam (18/10/2023). Ganjar Pranowo dan Mahfud MD yang diusung PDI Perjuangan, Partai Perindo, PPP, dan Hanura beserta Tim Pemenangan Nasional (TPN) menggelar deklarasi di gedung yang berlokasi di Jalan Gajah Mada nomor 111, Taman Sari, Jakarta Barat.

Pemilihan gedung ini pun menarik karena punya sejarah yang panjang. Dilansir dari laman resmi Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan berbagai sumber lainnya, gedung ini dibangun pada 1760 oleh Reiner de Klerk.

Selain sebagai arsitek gedung ini Reiner de Klerk juga tercatat sebagai gubernur jendral VOC pada 1777. Gedung ini pun awalnya dikenal sebagai Rumah de Klerk. Pada masa lalu, Rumah de Klerk beberapa kali berpindah kepemilikan, dan bahkan pada abad ke-9 berubah menjadi panti asuhan.

Pada saat itu bangunan mulai terbengkalai karena kekurangan dana untuk perbaikan. Akibatnya pada 1900 ada rencana membongkar rumah tersebut. Perkumpulan Batavia untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan kemudian melobi Pemerintah Hindia Belanda untuk membeli rumah De Klerk.

Mereka berhasil dan bangunan tersebut menjadi Departemen Pertambangan. Pada 1925 pemerintah Hindia Belanda melakukan pemugaran besar pertama di abad ke-20 atas rumah De Klerk. Setelah selesai gedung dipakai sebagai tempat arsip hingga disebut Gedung Arsip Nasional.

Pada 1992 koleksi arsip terakhir di gedung tersebut dipindahkan ke gedung baru Arsip Nasional di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Walaupun sudah tidak menyimpan arsip, ternyata nama gedung ini tetap Gedung Arsip Nasional.

 

 

Gedung Arsip Bisa untuk Menggelar Berbagai Acara

[Bintang] Potret Indonesia Tahun 1908
Foto arsip gedung Kebangkitan Nasional tempo dulu

Saat itu sempat beredar kabar kalau gedung tersebut akan dibongkar keluarga mantan presiden Soeharto untuk membangun pertokoan. Gedung ini kemudian diselamatkan sekelompok usahawan Belanda yang mendirikan Stichting Cadeau Indonesia (Yayasan hadiah Indonesia) yang ingin memberikannya sebagai hadiah ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-50.

Yayasan tersebut mengumpulkan dana untuk memugarnya dan menjadikannya sebuah museum. Pemugaran rampung pada awal 1998. Saat ini gedung tersebut difungsikan kembali sebagai kantor Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan, Arsip Nasional Republik Indonesia.

Unit ini adalah unit kerja setingkat Eselon II di bawah Arsip Nasional Republik Indonesia. Di bagian depan yang merupakan bangunan Cagar Budaya difungsikan sebagai lokasi pameran berkala, sedangkan di bagian belakang yang merupakan gedung baru difungsikan sebagai diorama arsip kepresidenan.

Gedung Arsip Nasional juga bisa disewakan untuk menggelar berbagai acara termasuk resepsi pernikahan dan sempat digunakan untuk tempat syuting film baik di dalam gedung maupun di halamannya yang sangat luas.

Di bulan lalu, Presiden ke-5 Republik Indonesia yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Megawati Soekarnoputri, meresmikan dan menandatangani prasasti Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan.

 

Pameran Tetap di Gedung Arsip

Megawati
Presiden ke-5 Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri, meresmikan dan menandatangani prasasti Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan. (Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro).

Diketahui, dalam Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan terdapat Pameran Tetap Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Sukarno di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia.

 

“Pada saat itu umur saya 14 tahun. Saya diperbolehkan untuk jalan-jalan oleh Bapak (Presiden Ir. Sukarno), asalkan tetap memperhatikan pidato pada KTT GNB I di Beograd," kenang Megawati soal pengalamannya saat menjadi delegasi termuda dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok (GNB) I di Beograd, seperti dilansir dari kanal News Liputan6.com yang mengutip dari siaran pers, Rabu , 13 September 2023.

Megawati menambahkan, saat ini arsip KTT GNB I di Beograd telah ditetapkan UNESCO sebagai Memory of the World (MoW). Oleh karena itu, maka semua orang boleh menggunakan pidato Bung Karno sebagai pembelajaran.

Senada dengan itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala ANRI, Imam Gunarto menyampaikan bahwa program Memori Kolektif Bangsa (MKB) dan MoW merupakan ruh dari program arsip kepresidenan. Maka dari itu, program MKB dan MoW harus terus dikembangkan.

Bapak Bangsa Indonesia di Gedung Arsip Nasional

Mengenang Sejarah Kemerdekaan Lewat Pameran Indonesia Bergerak
Pengunjung mengamati koleksi foto arsip tentang sejarah Indonesia dalam pameran Indonesia Bergerak 1900-1942 (Revamped) di Gedung Arsip Nasional, Jakarta, Selasa (15/12/2020). Pameran tersebut berlangsung mulai 11 hingga 16 Desember 2020. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

"Di samping program arsip kepresidenan, ANRI juga memiliki program yang sangat terkait dan menjadi roh dari arsip kepresidenan, yaitu program MKB dan MoW,” tutur Imam.

Penyelenggaraan pameran arsip statis Presiden Pertama RI, Ir. Sukarno ini juga sejalan dengan salah satu misi ANRI yakni memberikan akses arsip kepada publik untuk kepentingan pemerintahan, pembangunan, penelitian, dan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan rakyat sesuai peraturan perundang-undangan dan kaidah-kaidah kearsipan demi kemaslahatan bangsa.

Berlokasi strategis dekat dengan Kota Tua Jakarta, diharapkan Pameran Tetap Arsip Statis Presiden Sukarno tidak hanya dikunjungi masyarakat lokal dan mancanegara untuk dapat menikmati sajian informasi pameran ini, mengingat Sukarno pun merupakan seorang tokoh yang mendunia.

Untuk diketahui, Pusat Studi Arsip Presiden Pertama RI Ir. Sukarno terdiri dari 4 hall. Tiap hall menampilkan pameran tetap arsip Sukarno sebagai Bapak Bangsa Indonesia, yaitu:

• Hall 1 Aku Indonesia (kisah Sukarno dari lahir hingga berpulang)

• Hall 2 Jalan Politik (perjuangan dan dedikasi politik)

• Hall 3 Patron Budaya (estetika dan peradaban)

• Hall 4 Kesejahteraan dan Kerakyatan (ekonomi dan kemandirian).

 

Infografis Wisata Museum di 5 Wilayah DKI Jakarta
Infografis Wisata Museum di 5 Wilayah DKI Jakarta.  (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya