Di Balik Dapur Kopi Lokal Berharga Terjangkau

Calf Coffee & Milkbar bermaksud memajukan industri kopi ke pangsa pasar lebih luas tanpa mengurangi sensasi minum kopi seperti di coffee shop pada umumnya.

oleh Asnida Riani diperbarui 05 Nov 2023, 08:30 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2023, 08:30 WIB
Kopi Calf
Can Coffee sebagai salah satu minuman kopi berharga terjangkau dari Calf Coffee & Milk Bar. (dok. Instagram @kopicalf/https://www.instagram.com/p/CRYhde9regs/)

Liputan6.com, Jakarta - Seiring berkembangnya kopi sebagai budaya pop, termasuk di Indonesia, sekarang Anda bisa mendapati minuman ini dengan rentang harga lebih variatif. Tidak melulu mahal, kopi berharga terjangkau, namun bukan dalam kemasan saset konvensional, pun telah meramaikan industri kopi lokal.

Calf Coffee & Milkbar, yang kini sudah punya 40 cabang di Jakarta dan Bekasi, jadi salah satunya. Owner-nya, Danang Yuda Prawira, bercerita bahwa bisnisnya telah berjalan sejak 2019. "Saya melihat tren kopi berkembang baik," katanya melalui pesan suara pada Liputan6.com, Selasa, 31 Oktober 2023.

"Tapi, saya coba melakukan diferensiasi terkait produk dan bisnisnya, supaya lebih mudah dikenal," imbuhnya. "Calf kemudian bermaksud memajukan industri kopi ke pangsa pasar lebih luas tanpa mengurangi sensasi minum kopi seperti di coffee shop pada umumnya."

Jadi, kopi yang dipakai tetap premium, klaimnya, namun mereka memilih menjualnya dengan harga terjangkau. "Karena orientasi kami melengkapi kebutuhan kafein orang setiap harinya," ucapnya.

Secara bisnis, market share produk kopi berharga terjangkau pun lebih luas, menurutnya. "Kami bermaksud mengganti tren minum kopi yang menurut kami kurang tepat," katanya lagi.

"Jangan lagi minum kopi saset, tapi bagaimana orang bisa minum kopi dari biji kopi yang diproses secara benar dari hulu ke hilir," ucap dia. "(Jadi, orang yang) suka minum kopi saset, bisa berganti ke kopi yang benar (diolah) dari biji kopi, tapi harganya tetap terjangkau."

Mengubah Stigma Kopi Murah

Kopi Calf
Calf Coffee & Milkbar jadi salah satu merek kopi lokal yang menjual produk minumannya dengan harga terjangkau. (dok. Instagram @kopicalf/https://www.instagram.com/p/CyP0GVcySZT/)

Terkait membentuk komunitas pelanggan loyal, Danang mengatakan bahwa bisnis makanan dan minuman pada dasarnya memang soal kualitas rasa dan bahan. "Kami ganti cover dengan isi buku yang jauh lebih bermanfaat," tuturnya. "Bikin produk enggak asal, yang benar-benar bisa dinikmati sama orang, worth to buy lah."

Dengan begitu, pihaknya ingin mengubah stigma "kopi murah."  "Sebenarnya yang mahal itu lebih ke pengalaman dan principal setiap brand. Kami maju dengan segala aspek yang kami tawarkan. Bisa dibandingkan dengan brand lain," ia mengatakan.

Danang menyambung, "Kami percaya diri bahwa bahan yang kami gunakan itu yang paling atas (kualitasnya), tapi harga jual kami benar-benar terjangkau. Ini kembali ke tujuan kami yang mau orang bisa ngopi, tapi hemat, dan memang sudah waktunya begitu."

"Ke depan," ia melanjutkan. "Kami mau buat orang bisa ngopi, enggak perlu nunggu, tapi kopinya tetap fresh roast atau fresh serving. Karena sejauh ini, orang pasti nunggu buat di-serving." Namun demikian, ia tidak mengelaborasi lebih jauh tentang ini.

Perkembangan Bisnis Kopi Berharga Terjangkau

kulit kusam
Ilustrasi bubuk dan biji kopi. (Foto: Unsplash/Christina Rumpf)

Terkait perkembangan bisnis kopi berharga terjangkau tahun depan, Danang optimis pergerakannya akan kian masif. "Karena orang makin realistis membandingkan apa yang mereka konsumsi setiap hari," ujar dia.

Danang melanjutkan, "Konsumen akan lebih pintar dan kritis. Mereka akan mencari best product dengan harga terjangkau, dengan cara membandingkan (brand kopi) satu sama lain. Konsumen keinginannya makin mengecurut."

Secara general, memang apa saja sih faktor penentu harga kopi? Melansir D'Marge, Minggu (5/11/2023), aspek paling nyata penentu harga kopi adalah negara asal biji kopi tersebut. Menurut Juara Barista Australian 2019, Matt Lewin, Brasil telah lama memegang posisi teratas sebagai basis kopi berbahan dasar susu yang rata-rata ada di pasar global.

Makin masif produksinya, harganya juga kian bersaing. Ini kemudian menyambung pada faktor selanjutnya, yakni kelangkaan. Jika suatu jenis biji kopi lebih banyak beredar, harganya pun bisa lebih "masuk akal."

Bila pasokannya lebih tinggi, artinya sebagian besar pelanggan yang menginginkan kopi jenis tersebut bisa mendapatkannya. Karena permintaan produk seharusnya jadi cerminan harganya, itulah mengapa suatu jenis kopi bisa jauh lebih murah dibandingkan yang lain.

Tantangan Menghadirkan Kopi Berharga Terjangkau

Olahan Biji Kopi
Ilustrasi Olahan Biji Kopi (unsplash/ardi)

Sementara permintaan kopi berharga terjangkau mungkin saja naik, menyediakannya bukan tanpa tantangan. Pasalnya, menurut TIME, kembalinya El Nino dan prospek cuaca lebih panas dan kering di negara-negara produsen kopi, termasuk indonesia, mengancam akan memperburuk ketatnya pasokan.

Akhirnya, harga kopi bisa saja naik. Pada pertengahan tahun ini, harga kopi robusta melonjak ke level tertinggi sejak 2008. Produksi biji kopi robusta diperkirakan turun sebesar lima persen di Brasil, sementara di Indonesia, eksportir biji kopi Robusta terbesar kedua di dunia, produksinya diperkirakan turun sebesar 20 persen.

Ditambah, menyusutnya stok di Vietnam, produsen kopi Robusta terbesar, kemungkinan akan membuat harga tetap tinggi. Bukan hanya faktor cuaca, tapi juga harga pupuk, yang mencapai puncaknya tahun lalu karena pandemi, invasi Rusia ke Ukraina, dan masalah rantai pasokan lain, lapor CNA.

Secara global, produksi kopi turun 1,4 persen pada 2021/22. Meski diproyeksikan akan pulih tahun ini, konsumsi juga diperkirakan meningkat. Untuk tahun kedua berturut-turut, produsen kopi belum bisa mengimbanginya.

Infografis 6 Jenis Minuman Kopi yang Populer
Infografis 6 Jenis Minuman Kopi yang Populer. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya