Liputan6.com, Jakarta - Otoritas kesehatan Perancis mengulang peringatan pada jutaan penduduknya agar tidak memakan telur ayam hasil ternak mandiri di wilayah Île de France. Peringatan ini muncul setelah sebuah penelitian baru mengonfirmasi bahwa tanah dan telur terkontaminasi bahan kimia forever yang beracun.
Peringatan pencegahan pertama kali dikeluarkan pada Februari 2022 untuk daerah tertentu di wilayah tersebut, menurut Euronews, dikutip Selasa, 22 November 2023. Tindakan pencegahan ini kemudian diperluas ke seluruh wilayah pada Mei 2023 setelah dilakukan penyelidikan awal.
Hasil penelitian menyeluruh akhirnya dikonfirmasi dan dirilis minggu ini. Disebutkan bahwa 410 kota madya yang membentuk wilayah perkotaan Paris, termasuk Paris, semua kotamadya Seine-Saint-Denis, Hauts-de-Seine, Val-de-Marne, kota madya tertentu Seine-et-Marne, Yvelines, Essonne dan Val-d'Oise, jadi daerah terdampak.
Advertisement
Pengujian yang dilakukan ToxicoWatch Foundation pada 2022 menemukan tingkat dioksin yang sangat tinggi di kandang ayam yang "diternak mandiri di halaman belakang rumah" dekat insinerator limbah terbesar di Eropa, yang terletak di Paris. Pihak berwenang kini meneliti sendiri di 25 kandang ayam dan mengonfirmasi penemuan mereka.
Terdapat "kontaminasi (yang tersebar luas) pada tanah dan telur dari peternakan ayam domestik di Paris dan pinggiran kota bagian dalam oleh polutan organik persisten (POPs)," seperti dioksin, furan, bifenil poliklorinasi, serta zat per dan polifluoroalkil (dikenal sebagai PFAS atau bahan kimia forever), badan tersebut menjelaskan.
PFAS, atau zat per dan polifluorinasi, adalah keluarga besar bahan kimia buatan manusia. Mereka dikenal sebagai "bahan kimia forever" karena tidak terurai secara alami di lingkungan. Bahan kimia tersebut telah digunakan sejak 1940-an karena sifatnya yang tidak lengket, anti-air, panas, dan anti-noda.
Bahan Kimia Forever
Bahan kimia forever ditemukan dalam segala hal, mulai dari pakaian hingga panci anti lengket dan kemasan makanan. Dalam beberapa tahun terakhir, PFAS telah dikaitkan dengan masalah kesehatan yang serius, termasuk cacat lahir.
Menurut otoritas kesehatan Perancis, konsumsi rutin "beberapa kali seminggu selama beberapa tahun" mengarah pada "potensi efek gangguan endokrin yang dapat memicu penyakit kronis dan memengaruhi perkembangan fungsi reproduksi dan kekebalan tubuh."
Penelitian sebelumnya telah mengaitkan PFAS dengan respons yang lebih lemah terhadap vaksin dan peningkatan risiko jenis kanker tertentu, khususnya kanker ginjal dan testis. Pihak berwenang mengatakan bahwa karena studi baru ini hanya meneliti kandang ayam non-profesional, rekomendasinya baru berlaku untuk itu.
"Ayam umumnya dipelihara lebih lama dibandingkan di peternakan profesional, yang tujuannya adalah memaksimalkan hasil," katanya.
Mereka menyambung, "Akumulasi polutan organik yang persisten meningkat seiring lamanya paparan. Misalnya saja, seekor ayam yang telah berada di kandang ayam selama beberapa tahun lebih besar kemungkinannya untuk terkontaminasi dibandingkan ayam yang baru berada di kandang tersebut selama beberapa bulan."
Advertisement
Bukan Masalah Telur, tapi Pencemaran Lingkungan
Otoritas kesehatan Prancis juga menambahkan bahwa telur komersial harus melalui pemeriksaan untuk memastikan produk tersebut mematuhi standar Eropa. Di salah satu laporan biomonitoring terbaru ToxicoWatch, yayasan Belanda tersebut mengatakan, "Melarang konsumsi telur ayam halaman belakang merupakan jawaban hasil studi biomonitoring mengenai emisi dioksin, tidak mengatasi penyebab sebenarnya dari polusi dioksin."
Dikatakan bahwa ayam ternak mandiri umumnya mencari makan di luar, di atas tanah, memakan tanaman dan serangga. Karena itu, ini bukan masalah telur, tapi masalah pencemaran lingkungan akibat emisi racun industri di lingkungan.
Pihaknya menambahkan, "Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui bagaimana sumber kontaminasi dioksin dan PFAS dapat mengurangi beban racun di lingkungan melalui pengelolaan yang benar-benar baik untuk kepentingan kesehatan manusia dan lingkungan sebagai solusi berkelanjutan."
Sebelumnya, para ilmuwan dari University of Southern Denmark dan University of Copenhagen mulai mempelajari dampak paparan PFAS terhadap berat badan. Mereka menggunakan data dari uji coba tahun 2011 yang meneliti hubungan antara berbagai diet dan risiko kardiovaskular.
Studi asli melibatkan peserta dengan obesitas dari delapan negara Eropa: Bulgaria, Republik Ceko, Denmark, Jerman, Yunani, Belanda, Spanyol, dan Inggris.
Hubungan dengan Kenaikan Berat Badan
Setelah ditugaskan untuk menurunkan delapan persen dari berat badan mereka, para responden secara acak ditempatkan dalam lima kelompok diet berbeda. Beberapa di antaranya bertujuan mendorong penurunan berat badan selama 26 minggu.
Para peneliti Denmark memeriksa tingkat lima jenis PFAS dalam plasma dari 381 peserta tersebut. Mereka menemukan hubungan yang signifikan antara peningkatan berat badan dan tingkat kimiawi, terlepas dari pola makannya.
Dua kelompok bahan kimia: PFOA dan PFHxS, hampir dua kali lipat sejalan dengan kenaikan berat badan 1,5 kg di semua kelompok diet. Penambahan berat badan yang terkait dengan paparan PFAS juga ditemukan lebih signifikan daripada penambahan berat badan yang dikaitkan dengan diet suboptimal.
Karena itu, paparan racun lingkungan tertentu dapat menjelaskan keberhasilan variabel dari beberapa diet, seperti diet rendah karbohidrat. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa PFAS dapat mengubah metabolisme energi, kontrol glukosa, dan homeostasis hormon tiroid, yang semuanya berimplikasi pada berat badan.
Advertisement