Liputan6.com, Jakarta - Serentetan serangan yang dilancarkan oleh pasukan Israel Defence Force (IDF) di Jalur Gaza, Palestina sejak 7 Oktober 2023 banyak menjatuhkan korban, terutama masyarakat sipil termasuk wanita dan anak-anak tak bersalah. Situasi semakin terguncang ketika sebuah video menyebar, memperlihatkan tentara Israel menangkap seorang anak berusia 2 tahun.
Aksi yang terdokumentasi tersebut menunjukkan anak kecil itu menangis tersedu-sedu karena ditangkap, berusaha melepaskan diri tapi tidak berhasil. Salah seorang tentara terlihat memegangi erat tangan mungil sang anak.
Baca Juga
Berdasarkan unggahan pada akun Instagram @sahabatsurga pada Kamis, 23 November 2023, terlihat seorang pria dan perekam video mencoba mengambil kembali anak kecil yang menangis tersebut. Konfrontasi pun tak terhindarkan, dengan kedua belah pihak bersikeras mempertahankan posisinya dengan saling mendorong satu sama lain.
Advertisement
"👳🏻♂️: Bang, carilah lawan sepadan. Bukan anak kecil. 🐵: Lha ini lawan sepadanku, wak," begitu bunyi keterangan pada video tersebut, dikutip Sabtu, 25 November 2023.
Sementara mereka terlibat dalam perdebatan, seorang bocah tiba-tiba muncul dan berusaha menyelamatkan anak kecil tersebut dengan menerobos. Perjuangan sengit pun terjadi, tetapi akhirnya, dengan usaha bersama dua pria dan seorang bocah yang berani, anak kecil itu berhasil diselamatkan dari genggaman tentara Israel.
Perilaku tentara Israel terhadap anak berusia 2 tahun berhasil menarik perhatian. Selain menjadi objek candaan publik karena mencoba menantang seorang anak kecil, para warganet juga mengungkapkan kecaman terhadap dua anggota tentara Israel tersebut.
Kritik dan Kecaman dari Warganet
"Cari lawan kok lawan bayi sama anak-anak kecil.. emang pantes dengan julukannya.. Isrewel Diapers Force !!!," tulis salah satu warganet di kolom komentar.
"Beraninya sama anak ga berdaya. Ya Allah, lindungilah warga Palestine dari set*n jah*nam isriwil 😢," bubuh suatu akun.
"Astaghfirullah. Aslinya takut maka milih anak kecil. Ya Allah lindungi anak kecil itu. Tidakkah terluka hati para pemegang kekuasaan penuh suatu negeri muslim melihat saudaranya apalagi anak kecil diperlakukan keji?," kata warganet lainnya.
"Mereka menargetkan anak kecil karena ingin menghabisi generasi penerus hamas. Selama anak-anak terus lahir di Gaza, mereka akan terus menjadi pejuang sampai generasi yang akan datang. Oleh karena itu ziones sengaja menargetkan calon penerus pejuang ini sebelum mereka tumbuh," bubuh seseorang menimpali.
"Ya Allah, gak bs berkata2 lagi liat si Israhell Diapers Forces @idf , kok berani ny ma batita dan pkai senjata lagi, apa gk malu tuh ma dunia?" Tulis seorang warganet.
Advertisement
Alih Fungsi Oven untuk Membuat Makanan
Sementara itu, oven tanah liat jadi penyelamat warga Gaza di tengah minimnya pasokan bahan bakar akibat serangan Israel. Stok terbatas bahan bakar dan listrik di sebagian besar Jalur Gaza telah mendorong warga Palestina kembali ke tradisi mereka dan mencari al-Aqra sebagai satu-satunya perempuan yang bisa membuatkan mereka taboon.
Ini sekarang jadi satu-satunya sumber pendapatan bagi keluarganya setelah pasukan Israel membakar kapal nelayan suaminya bulan lalu.
Aroma kayu bakar dan roti yang baru dipanggang memenuhi udara di salah satu sudut Gaza di tengah serangan Israel. Inshirah Salem al-Aqra yang berusia 53 tahun bersumpah pada siapapun yang mau mendengarkan bahwa makanan yang dimasak di taboon berbahan bakar kayu jauh lebih kaya rasa.
Melansir Al Jazeera, Kamis, 23 November 2023, al-Aqra telah lama membuat oven tanah liat tradisional untuk siapa pun yang menginginkannya. Terbuat dari tanah liat, kotoran hewan, dan jerami, oven ini dibentuk dengan tangan dan dijemur. "Orang-orang membuat mandi (ayam yang dimasak perlahan) di oven ini atau membuat roti," kata ibu 10 anak ini.
"Dalam perang ini, semuanya sangat sulit. Orang-orang membutuhkan bahan bakar, bahkan untuk membuat kopi atau teh," tambahnya.
Semoga Perang Segera Berakhir
Iq telah membuat dan menjual lima oven sejak minggu lalu, dengan lebar mulai dari 50cm hingga 90cm, lebih banyak dari yang ia buat dalam sebulan lalu. Ia tetap mempertahankan harga lamanya, dan menjelaskan, "Saya tidak ingin mengambil keuntungan dari orang lain, terutama pada saat-saat seperti ini."
Oven terkecil berharga 80 shekel (sekitar Rp333 ribu) dan yang terbesar seharga 150 (sekitar Rp624 ribu). Satu-satunya pabrik di Jalur Gaza tidak dapat menggiling gandum karena kekurangan bahan bakar setelah Israel mengepung total wilayah tersebut.
Al-Aqra telah membuka rumahnya untuk pengungsi perempuan yang berlindung di sekolah-sekolah terdekat. "Mereka membawakan saya tepung, jadi saya bisa membuatkan roti untuk mereka," katanya. "Kalau saya punya air bersih, saya isi jerigennya juga."
Ia berharap perang, yang telah menewaskan 13 ribu warga Palestina dan menghancurkan Jalur Gaza, segera berakhir. "Cukup," katanya. "Kami telah kehilangan banyak hal. Sudah cukup."
Advertisement