Liputan6.com, Jakarta - Seorang sopir taksi di Tokyo ditahan polisi setelah mobilnya menabrak kawanan burung merpati dan membunuh salah satu di antaranya. Polisi mengatakan bahwa dia sangat marah pada burung-burung yang sedang santai di jalan raya.
Juru bicara kepolisian Tokyo menyebutkan sopir taksi bernama Atsushi Ozawa (50) telah menggunakan 'mobilnya untuk membunuh merpati liar, yang bukan hewan buruan'. Insiden itu terjadi di ibu kota Jepang pada Senin, 13 November 2023, tetapi ia baru ditahan pada Minggu, 3 Desember 2023, dengan tuduhan telah melanggar undang-undang perlindungan hewan liar.
Mengutip AFP, Rabu (6/12/2023), Ozawa terpaksa menghentikan kendaraannya di lampu merah saat penunjuk jalan itu berubah menjadi hijau. Ia lalu menabrakkan taksinya ke kawanan burung dengan kecepatan 60 kilometer per jam, kata media lokal.
Advertisement
Suara mesin dilaporkan membuat orang yang lewat terkejut dan melaporkan kejadian tersebut. Polisi meminta dokter hewan mengautopsi merpati malang tersebut dan menentukan penyebab kematiannya karena syok traumatis, menurut media lokal.
"Jalanan adalah milik manusia, jadi merpati seharusnya menyingkir," kata Ozawa seperti dikutip media lokal kepada penyelidik.
Polisi menyebut perilakunya "sangat jahat" bagi seorang pengemudi profesional, sebelum memutuskan untuk melanjutkan penangkapannya, kata penyiar Fuji TV.
"Wow, bisakah kamu ditangkap karena menabrak merpati?" satu pengguna menulis di X.
"Dia bisa saja membunyikan klakson mobilnya atau apalah. Tapi dengan sengaja mematikannya? Itu sudah melewati batas," tulis yang lain.
Didenda karena Merpati Peliharaan Berisik
Di tempat berbeda, tepatnya di New Forest, Inggris, seorang pria paruh baya dinyatakan bersalah setelah merpati peliharaannya mengganggu ketenangan tetangganya. Alan Pidgley yang berusia 70 tahun itu diketahui memelihara sedikitnya 15 ekor burung merpati.
Sepanjang hari burung merpati piaraannya mengeluarkan bunyi layaknya merpati pada umumnya. Sebelumnya, suara kepakan sayap merpati juga menjadi bahan aduan tetangganya kepada pihak berwenang.Â
Melansir dari Daily Mail, Selasa, 11 Januari 2022, salah satu tetangganya memutuskan untuk pergi dari Distrik New Forest dan mencari rumah baru. Pidgley berusaha mencari solusi dengan memindahkan merpati dan tidak membiarkan mereka keluar sampai pagi.Â
Namun, hal itu tak kunjung menyelesaikan masalah dan Pidgley didatangi oleh pihak berwenang akan banyaknya aduan. Dia harus melakukan persidangan melalui Dewan Distrik New Forest dan diharuskan membayar denda.Â
"Sekarang, saya harus menyingkirkan merpati sesegera mungkin atau menghadapi denda lebih lanjut," ujar Pidgley.Â
Petugas Kesehatan Lingkungan menganggap kicauan dan kepakan burung sebagai gangguan hukum. Pihak berwenang memproses kasus ini sebagai layanan pengurangan kebisingan. Hakim memerintahkan Pidgley untuk membayar denda sebesar 500 pound sterling atau setara dengan Rp9,7 juta. Â
Advertisement
Terpaksa Berpisah
Atas dakwaan tersebut, istri Pidgley, Tara menangis di belakang ruang sidang. Mereka menghadapi kemungkinan mengucapkan selamat tinggal kepada merpati kesayangannya karena perintah itu masih berlaku dan berisiko didenda lebih lanjut jika gangguan masih terjadi.
Gill Waring, yang juga tinggal di sebelah Mr Pidgley mengatakan dia senang mendengar suara burung. Pria berusia 72 tahun itu berkata, "Saya tidak pernah punya masalah dengan merpati."
Mereka tidak pernah membangunkan saya di pagi hari dan saya senang mendengar mereka mendengung di pagar. Saya bahkan telah menyiapkan makanan untuk mereka sebelumnya, tetapi mereka tidak ingin meninggalkan rumah mereka di rumah Alan.
Selain itu, Christina Ball dan suaminya John tinggal tepat di seberang Mr Pidgley juga mendukungnya. Dirinya mengatakan bahwa mereka memelihara burung merpati untuk cucu mereka.Â
"Saya senang untuk melihat merpati dan cucu saya senang saat melihat mereka juga, dan melihat mereka terbang," ujarnya kepada Daily Mail.
Tradisi Berkaitan dengan Merpati
Dari dalam negeri, Kabupaten Jember memiliki tradisi panjang yang berkaitan dengan merpati yang dinamakan Tota'an. Tradisi itu berawal dari Kecamatan Semboro, kemudian menyebar ke daerah lain di Jember, seperti Tanggul hingga Mangli di pusat kota Jember. Acara Tota'an digelar setahun dua kali.
Tradisi tersebut dikhususkan bagi kalangan masyarakat pecinta burung merpati. Mereka berkumpul dan menjadikan acara ini sebagai sarana merekatkan persaudaraan.Â
Dalam acara ini, para penggemar burung merpati saling bertukar informasi seputar perawatan burung, sembari makan-makan. Ada juga arisan dan pengocokan undian meski hadiah yang tak terlampau mewah. Tak jelas juga apa makna kata Tota'an.Â
Namun, realitas acap melampaui makna kata. Lihatlah, bagaimana saat siang datang, ratusan orang meriung membawa keranjang berisi burung dara dengan tak menampik rasa bangga.
Jumlah merpati bisa mencapai ribuan ekor. Setiap burung dara yang hadir dalam acara itu Tota'an diÂdandani dengan berbagai pernik. Ada pita warna-warni hiasan jambul.Â
Advertisement