Liputan6.com, Jakarta - Lagi, kontroversi berputar di sekitar Kim Kardashian. Kali ini, pilihan bungkus kado Natalnya telah memicu kontroversi di media sosial, dengan para pengguna mengasosiasikannnya dengan kain kafan pembungkus jenazah warga Palestina yang meninggal dunia karena serangan militer Israel.
Melansir Roya News, Senin (25/12/2023), bintang reality show ini memilih "kain katun putih" dari merek SKIMS-nya. Kehebohan ini muncul di jagat maya setelah pemotretan produk Zara juga diklaim mengejek penderitaan warga Palestina, yang mana item di dalam sederet potret dituduh mirip jenazah dibungkus kain kafan.
Baca Juga
Seorang pengguna menulis di X, dulunya Twitter, "Pertama, kaus sepak bola zombi untuk mengejek anak-anak Palestina yang terluka, dan sekarang membungkus hadiah Natalnya dengan kain putih untuk mengejek orang-orang Palestina yang meninggal dunia. @KimKardashian terus-menerus membuktikan bahwa ia tidak berperikemanusiaan. Ini bukan sekadar kebetulan. Cancel dia."
Advertisement
Referensi "kaus sepak bola zombie" mengacu pada kontroversi sebelumnya yang melibatkan Kardashian saat Halloween ketika anaknya berpakaian seperti zombie, namun terlihat mirip dengan anak-anak Palestina, yang semakin memicu tuduhan ketidakpekaan terhadap perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Warganet lain menekankan sifat pilihan yang bukan kebetulan, dan menunjukkan upaya yang disengaja untuk memicu kontroversi. Mereka berpendapat bahwa Kim Kardashian harus bertanggung jawab atas tindakannya, mengingat itu dibagikan di platform publik dan betapa besar pengaruhnya.
Â
Dikecam Warganet
Kritik terhadap Kim Kardashian meluas melampaui potensi ketidakpekaan budaya, dengan pengguna menyoroti bahwa putih tidak secara tradisional dikaitkan dengan warna Natal. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa pilihan Kardashian mungkin bukan sekadar kekhilafan, melainkan upaya yang disengaja untuk menarik perhatian.
Pengguna lain menyebutkan bahwa meski itu kebetulan, Kardashian seharusnya lebih sadar akan potensi implikasinya. Mereka berargumentasi bahwa pilihan seperti itu secara tidak sengaja dapat dianggap sebagai "pembiasaan" orang-orang Palestina meninggal dunia karena perang.
Sebagaimana telah disinggung, jenama fast fashion Zara sudah lebih dulu dirujak warganet setelah kampanye terbaru mereka untuk "The Jacket" dituduh mengejek warga Palestina yang tengah jadi korban serangan Israel. Hal ini terjadi setelah model Kristen McMenamy berpose dengan manekin yang dilapisi kain putih dan plastik.
Awal bulan ini, Zara merilis koleksi busana yang diklaim "menonjolkan keserbagunaan pakaian tersebut."Â Item-nya merupakan bagian dari seri Atelier merek tersebut yang dideskripsikan sebagai "koleksi edisi terbatas yang merayakan komitmen kami terhadap keahlian dan hasrat terhadap ekspresi artistik."
Advertisement
Komentar Zara
Di gambar yang jadi viral, tampak boneka-boneka yang ditutupi pakaian putih dan plastik, yang disamakan dengan orang-orang berbalut kain kafan yang tewas dalam pemboman di Gaza. Hindustan Times juga melaporkan bahwa publik dapat melihat peta Palestina yang terbalik di latar belakang iklan tersebut.
Kristen McMenamy berpose di tengah-tengah kampanye, membuat sang model ikut dihujat di dunia maya. Warganet membanjiri kolom komentar Instagram-nya, menuntut penjelasan mengapa ia mau jadi bagian "pemotretan bertema genosida." Beberapa juga menyayangkan, mengatakan "padahal Anda bukan model kemarin sore."
Terkait kontroversi ini, Zara telah buka suara. Setelah jadi viral di media sosial dan seruan boikot menggema, Inditex, perusahaan pemilik Zara, menurunkan sebagian materi iklan tersebut dan meninggalkan sisanya yang masih dibombardir komentar pedas.
Pihaknya mengatakan pada Al Jazeera, 11 Desember 2023, bahwa penghapusan iklan untuk koleksi "Atelier" perusahaan tersebut adalah bagian dari proses penyegaran konten yang normal. Mereka juga berdalih bahwa foto tersebut diambil pada September 2023, sebelum perang Israel-Hamas dimulai 7 Oktober 2023.
Bukan Kali Pertama
Zara juga mengatakan bahwa kampanye iklan tersebut mulai digagas pada Juli 2023 yang terinspirasi penjahitan pria dari abad yang lalu. Inditex tidak menanggapi permintaan komentar dari laman TIME.
Ini bukan pertama kalinya Zara mendapat reaksi keras dari aktivis pro-Palestina. Pada 2022, para aktivis menyerukan masyarakat berhenti berbelanja produk merek tersebut setelah pemilik waralaba toko Zara di Israel mengadakan acara kampanye untuk politisi sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir di rumahnya.
Insiden lain juga tercatat 2021 setelah kepala desainer merek tersebut, Vanessa Perilman, menuliskan pesan bernada kebencian di Instagram pada model berdarah Palestina, Qaher Harhash. Harhash diketahui aktif menyampaikan dukungan untuk tanah airnya melalui unggahan media sosial.
Saat itu, Zara mengecam komentar Perilman. "Zara tidak menerima segala bentuk kurangnya rasa hormat terhadap budaya, agama, negara, ras, atau kepercayaan apapun. Zara adalah perusahaan yang inklusif dan kami tidak akan pernah menoleransi diskriminasi dalam bentuk apapun," kata perusahaan itu.
Advertisement