Liputan6.com, Jakarta - Bepergian ke salah satu destinasi paling populer di Afrika tampaknya akan menjadi lebih mudah pada 2024. Hal tersebut setelah pemerintah Kenya mengumumkan wisatawan tidak lagi memerlukan visa.
Dikutip dari CNN, Kamis, 11 Januari 2024, orang-orang mulai membaca cetakan kecilnya. Meskipun banyak wisatawan asing tidak perlu lagi membeli visa dengan biaya lebih dari 51 dolar AS (setara Rp793 ribu), kini hampir semua orang, termasuk beberapa negara yang warganya sebelumnya menikmati tiket masuk gratis, harus membayar 34 dolar AS (Rp528 ribu) untuk mendapatkan Electronic Travel Authorization (ETA).
Baca Juga
Tindakan ini telah memicu kontroversi dan banyak orang menggunakan media sosial untuk menyuarakan kemarahan mereka. Beberapa pelaku industri perjalanan telah memperingatkan bahwa hal ini dapat berdampak serius pada pariwisata saat negara tersebut berharap dapat menarik lebih banyak wisatawan.
Advertisement
Kebijakan baru ini mengharuskan pengunjung untuk mengajukan permohonan secara online setidaknya tiga hari sebelum perjalanan dan membayar 34 dolar AS sebagai biaya pemrosesan. Presiden Kenya William Ruto telah mengadvokasi Afrika tanpa batas, mendesak negara-negara untuk tidak lagi menggunakan visa dan mengupayakan pergerakan bebas orang dan barang di seluruh benua.
Namun sejak kebijakan baru ini berlaku pada awal Januari 2024, masyarakat di seluruh benua ini mengeluhkan hal sebaliknya di media sosial. Ketika ETA mulai berlaku pada minggu pertama Januari, Jones Ntaukira, yang sering melakukan perjalanan bisnis dari Malawi, menyatakan keterkejutannya atas langkah tersebut.
Keluhan Warga
Ia menambahkan, "Ini bukan 30 dolar AS, tapi menurut saya prosesnya adalah Anda harus mengajukan permohonan secara online dan menunggu selama tiga hari lalu menyerahkan dokumen. Kami tidak memilikinya sebelumnya."
Yang lain mempermasalahkan persyaratan baru yang dikenakan pada anak-anak. Sebelumnya, anak-anak di bawah 16 tahun dari beberapa negara tidak perlu membayar visa.
Dewan Pariwisata Kenya berharap dapat menarik 5,5 juta pengunjung setiap tahunnya dalam empat tahun ke depan. Namun, para pengkritik kebijakan baru ini mempertanyakan dampak kebijakan tersebut terhadap kedatangan pengungsi.
"Waktu yang Anda habiskan untuk hal-hal ini (aplikasi), terkadang membuat Anda enggan, Anda memutuskan untuk tidak melakukan sesuatu yang biasanya Anda lakukan dan Anda melakukannya di tempat lain atau dengan cara yang berbeda," kata Ntaukira.
"Ini adalah salah satu rezim visa yang paling keras di Afrika saat ini, dan ini menyamar sebagai liberalisasi perjalanan," kata Sean Mendis dalam sebuah unggahan di LinkedIn.
Advertisement
Kekhawatiran Berdampak pada Pariwisata Kenya
Mendis, yang menggambarkan dirinya sebagai seorang eksekutif penerbangan, menambahkan, "Dalam jangka panjang, tidak akan baik bagi pariwisata Kenya." Ada juga kekhawatiran bahwa sistem baru ini dapat berdampak pada wisatawan Kenya jika negara-negara yang saat ini menawarkan akses tidak terbatas kepada mereka berupaya menerapkan ketentuan timbal balik.
Pihak berwenang Kenya bersikeras bahwa ETA adalah sebuah langkah maju bagi negaranya. Pada Minggu, 7 Januari 2024, sebuah pernyataan dari Kementerian Dalam Negeri mengatakan bahwa penerapan sistem ini "didasarkan pada kebutuhan untuk memiliki sistem yang adil, lebih cepat dan dapat diandalkan yang juga menangani keamanan Kenya dan kepentingan strategis lainnya."
Warga negara dari negara-negara di blok regional Komunitas Afrika Timur (EAC), yang dikecualikan dari ETA selama enam bulan ke depan, juga akan segera mengajukan permohonan untuk melakukan perjalanan ke Kenya. "Warga negara EAC akan diberikan ETA gratis (ETA gratis)," kata Nixon Ng'ang'a, direktur komunikasi di Kementerian Dalam Negeri Kenya dan koordinasi pemerintah nasional, kepada CNN.
Kata Pelaku Wisata
Nixon menyebut, "Kami sedang mengembangkan sistem untuk mengenali berbagai jenis dokumen EAC yang digunakan untuk perjalanan di wilayah tersebut. Beberapa dari (dokumen perjalanan) ini tidak mematuhi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional. Jangka waktu enam bulan tersebut akan digunakan untuk menyelaraskan kepentingan regional dan kepatuhan terhadap protokol perjalanan internasional."
Muthuri Kinyamu, salah satu pendiri operator tur Kenya Turnup.Travel, mengatakan penerapan langkah-langkah baru ini menimbulkan kebingungan setelah pengumuman yang berfokus pada aspek bebas visa, namun secara keseluruhan hal itu bisa berdampak positif. "Kami belum melihat dampaknya terhadap kedatangan atau kemudahan perjalanan ke Kenya, namun semangatnya adalah menjadikan destinasi tersebut menjadi destinasi yang terbuka dan mudah diakses dengan melakukan standarisasi tarif," katanya.
Kenya terkenal sebagai salah satu destinasi safari. Sempat mandeg selama pandemi, industri pariwisata negara itu mulai menggeliat pada 2022. Namun, kehadiran mereka memunculkan beragam paket wisata safari kontroversial yang melibatkan pembunuhan antar-hewan.
Para pemandu wisata dan ahli konservasi menilai hal seperti itu sudah terjadi sejak pemerintah melonggarkan aturan beriwsata saat pandemi Covid-19 mulai mereda. Banyak paket tur safari yang mengajak para turis untuk bisa lebih dekat dengan sejumlah hewan agar bisa mengambil gambar atau membuat video. Hal itu dinilai berbahaya karena beberapa hewan buas bisa saja menyerang para turis maupun siapa saja yang mendekati mereka.
Advertisement